Mohon tunggu...
Elsa Zhalfa
Elsa Zhalfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Jambi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Darmawisata Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Bersama Kelompok Reak

21 Februari 2024   21:58 Diperbarui: 21 Februari 2024   22:08 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi  telah mewajibkan Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka untuk mengikuti kegiatan Modul Nusantara dengan harapan agar mahasiswa bisa memperluas wawasannya tentang Indonesia dan memahami budaya di luar daerah tempat asalnya.

Minggu, (18 Februari 2024), kelompok Reak yang beranggotakan 25 orang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 21 perempuan, pukul 08.00 WIB mobil kami berangkat menuju Taman Hutan Raya Ir.H Djuanda  yang ditempuh sekitar 30 menit. 

Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda yang merupakan bagian dari daerah cekungan Bandung, memiliki latar belakang sejarah yang erat kaitannya dengan zaman purba hingga sekarang. Secara geologis daerah ini mengalami perubahan bentuk alam dalam waktu yang lama. 

Tahura Djuanda terletak di sebelah utara Kota Bandung berjarak kurang lebih 7 km dari pusat kota, secara geografis berada pada 1070 30' BT dan 60 52' LS, secara administrasi berada di wilayah Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung dan sebagian masuk Desa Mekarwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Berdasarkan hasil data tata batas yang telah dihitung pada tahun 2003, Tahura memiliki luas area 526,98 ha.

Kami mengunjungi tiga destinasi yaitu Goa Jepang, Goa Belanda, dan Penangkaran Rusa. Saya sangat antusias untuk menjelajahi setiap sudut karena saya tahu Sejarah dengan baik terutama sebagai mahasiswa jurusan pendidikan sejarah. 

Ketika, mengunjungi Gua Jepang ini saya pun merasakan atmosfer autentik dari masa lalu seolah-olah telah berubah dimensi. Hal yang sangat meresahkan bahwasanya, pembangunan Gua Jepang tersebut melibatkan penggunaan masyarakat Indonesia secara paksa, yang dikenal dengan istilah Romusha. 

Tujuan utama pembangunan Goa Jepang adalah untuk dijadikan sebagai barak militer dan tempat berlindung tentara Jepang. Menariknya lagi, Gua Jepang memiliki bunker-bunker yang masih utuh dibiarkan dalam keadaan asli dan tidak mengalami renovasi hingga saat ini.

Selanjutnya kami beralih menelusuri Goa Belanda, terdapat perbedaan yang membuat saya pun terpukau karena hanya memiliki satu pintu masuk dan satu pintu keluar dengan tinggi sekitar 3 meter. Goa Belanda telah mengalami beberapa kali renovasi, yang menjadikannya tampak kokoh dengan dinding yang disemen. Kami meneruskan perjalanan. 

Dari Goa Belanda kondisi track-nya sudah semakin tidur semulus diawal. Akhirnya bertemu i dengan petunjuk arah, penangkaran rusa masih 400 meter lagi. Dari sini kami terus berjalan dan ketemu sungai, menyeberangi jembatan mengitari bendungan milik PDAM Kota Bandung. Penangkaran rusa ini terletak di kaki bukit dan dipagari. 

Di dekat pagar ada semacam rumah panggung, kami naik ke sana untuk duduk-duduk melepas penat. Kami melihat rusa-rusa dari atas sana. Dan hal yang membuat saya gembira akhirnya bisa mendengar suara rusa! Selama ini rasanya  melihat rusa di kebun binatang  hanya diam saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Bagi kami para pengunjung yang merupakan pertukaran mahasiswa merdeka mengunjungi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, menjelajahi Gua Jepang, Gua Belanda, dan Penangkaran Rusa  adalah pengalaman yang unik dan mungkin hanya dapat dialami satu kali. 

Ini adalah kesempatan untuk menggali lebih dalam tentang sejarah yang terkait dengan dua goa bersejarah ini, yang merupakan saksi bisu dari masa kolonialisme Belanda dan Perang Dunia II dan menjadi bekal ilmu baru bagi saya pribadi sebagai mahasiswa berlatar Sejarah. 

Setelah kami keluar dari pos 1 hujan pun turun membasahi tanah Bandung, namun rasa letih tracking Tahura terbayar lunas dengan semua keindahan alam dan rasa kebersamaan Kelompok Reak. Benar kata pepatah "Jika ingin berjalan cepat, maka jalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, maka jalanlah bersama-sama".

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Reporter: (Elsa Zhalfa)

Editor: (Salsha Solli Nafsika, M.Pd.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun