Mohon tunggu...
Elsa Yuliana
Elsa Yuliana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Analogi Payung dan Hijab

14 Februari 2016   15:51 Diperbarui: 14 Februari 2016   16:04 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beranalogi sebentar yuk.

Di siang yang panas akibat terik matahari yang mulai tidak bersahabat lagi, mungkin kita jadi sering berpapasan dan melihat mbak-mbak gemes menggunakan payung. Seperti beberapa hari yang lalu, saat Semarang masih setia dengan musim kemarau dan terik matahari yang membakar. Saat itu saya berpapasan dengan seorang wanita yang berkulit putih terawat, memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar. Di tengah siang yang terik, wanita itu ingin menjaga wajah dan kulitnya dengan berjalan menggunakan payung. Sayang kan, ke salon mahal-mahal buat perawatan wajah, terus jadi gosong kena sinar matahari. Mungkin itu sih alasan dia memakai payung di atas kepalanya.

Namun ada yang aneh dengan pemandangan saat itu. Wajar-wajar saja, normal-normal saja, seseorang melindungi dirinya dari panas maupun hujan menggunakan payung. Hanya saja, payung yang sedang dipakai wanita itu berukuran kecil. Payungnya memang imut sih. Kecil, bisa dilipat-lipat gitu. Jadi praktis. Mungkin itu alasan kenapa dia menggunakan payung berukuran kecil. Payung yang dipakainya itu hanya mampu menutupi wajah, namun tidak untuk pergelangan tangan dan kakinya. Yah, mau gimana lagi, badan si wanita itu besar dan tinggi. Payung berukuran kecil yang dibawanya itu tidak mampu menutupi seluruh kulitnya. Wajah sih aman dari paparan sinar matahari, tapi kulit kaki dan tangan?

Seketika itu saya jadi berfikir.

Dengan si wanita itu membawa payung, berarti dia sadar betul, jika dia tidak membawa payung itu, dia bisa saja terkena hujan atau terpapar sinar matahari di tengah perjalanan. Lalu pertanyaan muncul di kepala saya, “Mengapa payung yang dibawanya kecil? Yang jelas-jelas payung kecil itu tidak akan mampu melindungi seluruh tubuhnya,”. Mungkin jawabannya simple, “Ya, biar praktis dan yang penting pakai payung,”.

Nah, coba sekarang kita mulai menganalogikan.

Ketika kita memutuskan diri untuk berhijab, itu menandakan bahwa kita sadar betul, jika kita tidak berhijab akan ada siksa neraka yang mengancam. Bukankah sudah jelas perintah-perintah Allah dalam Al-Qur’an kepada para wanita untuk berhijab? Perintah untuk menutupi auratnya, karena hampir keseluruhan dari diri seorang wanita adalah aurat. Dan bukankah sudah jelas pula, peringatan Allah kepada manusia di dalam Al-Qur’an, bahwa siapa saja yang melanggar perintah Allah, maka neraka Jahanam bagi dirinya? InshaAllah, kita yang sudah berhijab paham betul, bahwa hijab adalah perintah Allah, yang bila dilanggar akan mendapat siksa neraka. Bukan hanya sebagai mode saja.

Lalu pertanyaannya adalah, “Mengapa berhijabnya masih setengah-setengah?”. Sama seperti, mengapa memakai payung kecil yang hanya menutupi wajah? Mengapa masih memilih memakai hijab yang masih mempertontonkan keindahan tubuh kita? Ah, mungkin seperti ini jawabannya, “Ya, biar praktis dan yang penting sudah berhijab,”.

Mungkin sebagian dari kita sudah banyak yang mendengar cerita-cerita dari Hadist shahih tentang siksaan neraka. Kalau ada yang lupa, coba dibaca Hadist ini sebentar.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun