Mohon tunggu...
Elsa Wulandari
Elsa Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2023.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menelusuri Aspek Positif dan Negatif dalam Konsep Diri Remaja SMK: Studi Kasus Gita Savta Marlina

20 Desember 2024   22:47 Diperbarui: 20 Desember 2024   22:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Woman with Notebook on Couch. Sumber: Pexels.com

Remaja sering diartikan sebagai fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini menjadi jembatan yang menghubungkan kedua tahap kehidupan tersebut. Dalam prosesnya, transisi ini ditandai dengan berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Secara umum, rentang usia remaja berada di kisaran 12/13 hingga 21 tahun. Menurut Erikson, masa remaja adalah periode yang snagat krusial di mana individu menghadapi krisis identitas, sebagai bagian dari upaya menemukan dan memahami jati dirinya (search for self-identity). Individu  yang  memiliki  identitas  diri  salah  satunya  ditandai  dengan  memiliki karakteristik  yaitu  konsep  diri.

Hurlock (2016) menyatakan bahwa konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep  ini  merupakan bayangan  cermin,  ditentukan  sebagian  besar  oleh  peran  dan  hubungan   dengan   orang   lain,   dan   apa  yang   kiranya   reaksi   orang  lain   terhadapnya.

Perkembangan individu (remaja) selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri (internal), luar diri (eksternal), maupun gabungan dari kedua faktor tersebut. Faktor internal meliputi aspek keturunan (hereditas) dan minat, sementara faktor eksternal mencakup lingkungan fisik seperti sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, serta lingkungan sosial (seperti keluarga, teman, sekolah, lembaga agama, dan layanan kesehatan). Oleh karena itu, semua elemen yang berkontribusi terhadap perkembangan remaja perlu bekerja sama untuk membantu mereka membangun konsep diri yang sehat dan positif. Konsep diri yang diharapkan dimiliki oleh remaja adalah konsep diri yang positif. Untuk itu dasarnya adalah penerimaan diri. Orang yang dengan konsep diri positif dapat memahami  dan  menerima  sejumlah  fakta  yang  sangat bermacam-macam  tentang  dirinya sendiri, menerima diri apa adanya. Konsep ini berasal dari hasil interaksi dengan orang lain baik orangtua, teman, dan Masyarakat.

Observasi Wawancara Anak SMA (Gita Savta Marlina). Sumber: Dokumen Pribadi
Observasi Wawancara Anak SMA (Gita Savta Marlina). Sumber: Dokumen Pribadi

Observasi dilakukan untuk mendalami konsep diri seseorang, yakni bagaimana individu memandang, menilai, dan menginterpretasikan dirinya sendiri. Responden dalam wawancara ini adalah Gita Savta Marlina, seorang perempuan berusia 16 tahun dengan latar belakang sebagai siswa SMK Nusa Bangsa dengan jurusan Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPLG). Gita memiliki hobi melukis dan menggambar, tidak hanya itu Gita juga sangat aktif dalam mengikuti organisasi Osis di Sekolahnya. Oleh karena itu, tujuan dari observasi ini untuk mengetahui dan menggali tentang konsep diri positif dan negatif yang ada pada Gita.

Setelah melakukan observasi pada Gita, dapat diketahui bahwa ia adalah individu yang memiliki kecintaan mendalam terhadap seni, terutama dalam melukis dan menggambar. Dia selalu meluangkan waktu untuk mengasah kemampuannya demi menghasilkan karya yang lebih baik. Baginya, seni adalah cerminan dari proses belajar yang tak pernah berhenti. Dengan kepercayaan diri yang kuat, Gita merasa nyaman dengan dirinya saat ini. Ia meyakini bahwa setiap langkah yang diambil adalah bagian dari proses optimis menuju masa depan yang lebih baik.

Meskipun merasa diterima dan dihargai oleh orang-orang di sekitarnya, Gita menyadari bahwa tidak semua orang akan selalu menyukai atau menghargainya. Namun, ia memilih untuk tetap fokus pada sisi positif dari lingkungannya. Saat menghadapi tantangan besar, Gita selalu optimis dengan cara berpikir positif dan meyakinkan dirinya bahwa setiap rintangan, betapapun sulitnya, adalah proses menuju hasil yang lebih baik. Dalam menyelesaikan konflik, Gita menunjukkan kematangan emosional. Ia cenderung mengambil waktu untuk meredakan amarah sebelum membuat Keputusan. Bagi Gita, cara ini lebih efektif dibandingkan meluapkan emosi berlebihan. Ketika menghadapi kekurangannya, ia memandang dirinya secara positif, yakin bahwa setiap orang memiliki keunikan dan kemampuan berbeda yang patut dibanggakan.

Namun, Gita juga memiliki sisi lain dalam konsep dirinya yang cenderung negatif. Ia mengakui bahwa dirinya tidak terlalu percaya diri dalam bidang matematika maupun fisika, karena merasa tidak memiliki minat besar pada perhitungan. Hal ini sering membuatnya kecewa pada dirinya sendiri. Meski demikian, Gita kini berusaha mengubah cara pandangnya, perlahan belajar agar kemampuan di bidang tersebut meningkat. Ketika menghadapi kegagalan, seperti mendapatkan nilai buruk di ujian, Gita merasa kecewa, namun tidak menyerah. Ia melihat kegagalan sebagai pembelajaran untuk terus berusaha lebih baik. Bahkan, kritik yang ia terima dari orang lain dijadikan sebagai sarana introspeksi dan motivasi untuk memperbaiki diri agar lebih baik lagi.

Dalam menjalani hidup, Gita merasa bahwa ia hidup sesuai dengan keinginannya. Tidak ada pengontrolan ketat dari keluarga yang membatasinya. Dukungan dari orang-orang terdekat juga menjadi kekuatan besar baginya. Gita bersyukur atas pujian dan penghargaan yang sering ia terima, yang membuatnya semakin percaya diri dalam mengejar apa yang ia cintai. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Gita adalah sosok yang berusaha menemukan keseimbangan dalam dirinya. Ia terus belajar mencintai dan menerima dirinya apa adanya, sambil tetap berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya setiap hari.

Hasil observasi terhadap Gita Savta Marlina mengungkapkan bahwa ia memiliki konsep diri yang seimbang antara sisi positif dan negatif. Dari sisi positif, Gita tampak sebagai sosok yang sangat mencintai seni, percaya diri, dan memiliki pandangan hidup optimis, dengan dedikasi luar biasa terhadap hobinya, yaitu melukis dan menggambar, yang dianggapnya sebagai sarana pembelajaran tanpa henti. Selain itu, ia mampu menjaga hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya, meskipun menyadari bahwa tidak semua orang akan selalu menghargainya, dan menunjukkan kedewasaan emosional dengan menenangkan diri sebelum mengambil keputusan saat menghadapi konflik. 

Dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu sumber kekuatan penting baginya. Namun, Gita juga menyadari beberapa kelemahan, terutama di bidang matematika dan fisika yang kurang diminatinya, yang sempat membuatnya kehilangan sedikit rasa percaya diri, meski ia terus berusaha memperbaiki kekurangan tersebut secara perlahan. Saat menghadapi kegagalan atau kritik, Gita mampu bertahan dengan menjadikannya pelajaran untuk terus memperbaiki diri. Secara keseluruhan, Gita adalah individu yang berusaha menerima dan mencintai dirinya apa adanya, sambil terus mengembangkan diri untuk menjadi versi terbaiknya, dengan perpaduan sikap optimis, kesadaran akan diri sendiri, dan dukungan lingkungan sekitar yang membuatnya mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun