Banyak perempuan di Indonesia yang mengalami period shaming atau period poverty yang mana kesulitan dalam akses untuk mendapatkan produk kebutuhan menstruasi, fasilitas aman, serta pengetahan mengenai menstruasi.
Period shaming merupakan Tindakan yang membuat seseorang merasa malu akan menstruasi yang sedang dialaminya, yang mana menstruasi sudah ada sejak dahulu kala, yaitu sejak manusia pertama kali sadar dan paham akan konsep menstruasi tersebut. Period shaming disebabkan oleh kurangnya edukasi mengenai menstruasi serta kurangnya sosialisasi secara komprehensif di sekolah maupun lingkungan sosial.Â
Pada bulan januari tahun 2018, menurut data dari nypost.com, bahwa terdapat sekitar 58% dari 1500 perempuan di US merasa malu akibat menstruasi, kemudian 42% dari mereka mengalami period shaming yang dilakukan oleh laki-laki. Sayangnya, mestruasi masih dianggap tabu oleh masyarakat, sehingga menimbulkan stigma buruk yang terjadi dan selalu diasosiasikan dengan menstruasi.Â
Tidak hanya itu, kebanyakan orangpun masih malu dalam menyebut pembalut atau saat membeli pembalut. Padahal, itu semua adalah hal yang wajar dan terjadinya mesntruasi pada perempuan merupakan suatu proses yang 100% normal serta natural.
Period shaming bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, serta siapa saja perempuan dapat mengalaminya. Bahkan perbuatan period shaming sering tidak disadari oleh korban karena dianggap suatu hal lumrah dan banyak terjadi dilingkungan masyarakat.
Jadi, ada beberapa bentuk period shaming, yaitu yang pertama membicarakan atau mengucapkan menstruasi dengan kode, bahkan mungkin terdapat orang yang enggan atau sungkan untuk menyebut menstruasi.
Menstruasi dianggap sebagai hal tabu dan tidak untuk diperbincangkan, pada beberapa orang yang malu menyebut menstruasi akan menggunakan sebuah kode yang terkenal yaitu "dapet" tapa disadari dengan menyebutkan menstruasi dengan sebuah kode, menandakan bahwa kita merasa malu akan menstruasi, kemudian bentuk period shaming selanjutnya yaitu adanya perintah untuk menyembunyikan pembalut, bahkan masih banyak perempuan yang menyembunyikan pembalutnya saat akan ke toilet.Â
Bentuk period shaming selanjutnya yaitu menjadikan bahan bercandaan pada perempuan yang sedang mengalami menstruasi dan terjadi perubahan hormon, sehingga dianggap lebih galak serta sensitive.Â
Kalimat yang sering dilontarkan yaitu "Galak banget sih, sensitive banget sih, lagi mens ya?". Benar saja, saat menstruasi secara biologis emosi perempuan mengalami perubahan menjadi tidak menentu akibat level hormon yang tidak seimbang. Namun, hal tersebut juga tidak boleh dijadikan alasan untuk menjadikan menstruasi sebagai bahan candaan. Selanjutnya, memandang sebelah mata pada perempuan yang sedang mengalami menstruasi.Â
Saat menstruasi, pada beberapa budaya mengganggapnya sebagai suatu hal yang kotor, contohnya di India, yaitu dimana deskriminasi terhadap perempuan yang mengalami menstruasi semakin berkembang luas dan dianggap sebagai suatu hal tabu serta dipandang tidak suci.Â
Menurut sebuah penelitian, 71% gadis remaja di India tidak menyadari adanya menstruasi sampai mereka benar-benar mengalaminya sendiri. Â Hal tersebut terjadi, karena kurangnya edukasi perihal menstruasi.
Period shaming dapat terjadi dimana saja, dan sangat dekat dengan kita yaitu seperti di keluarga, lingkungan sekolah yang mana dapat dilakukan oleh teman atau bahkan guru di sekolah, serta dapat terjadi di kantor atau instansi yang dilakukan oleh rekan kerja. Oleh karena itu, dari banyaknya bentuk-bentuk period shaming, kita harus tau bagaimana cara mengatasi atau menghadapinya.
Cara menghadapi period shaming yang pertama yaitu dengan meningkatkan pengetahuan mengenai menstruasi, kemudian edukasi sejak dini dinilai penting, agar lebih paham dan benar-benar mengetahui tentang menstuasi. Bukan hanya pengetahuan mengenai menstruasi, hal-hal yang berkaitan dengan menstruasi seperti pembalut, vagina, dan Kesehatan perempuan lainnya menjadi hal yang perlu di edukasi sejak dini.Â
Selanjutnya yaitu dengan memberikan nasehat serta pengertian kepada orang yang melakukan period shaming agar tidak melakukannya Kembali.
The conclusion from the period shaming dan menstruasi yang masih dianggap suatu hal yang tabu di masyarakat, bahwa terdapat banyak bentuk period shaming yang dialami perempuan dan hal tersebut dapat terjadi dimana saja, baik dalam lingkungan keluarga sendiri, sekolah maupun kantor yang sangat dekat dengan kita.Â
Dari banyaknya bentuk period shaming, kita harus sadar dan jangan mewajarkan adanya period shaming. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya period shaming. Mestruasi adalah hal normal dan wajar yang dialami perempuan, jadi, jangan malu dan mari jauhkan diri dari period shaming.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H