Video yang baik adalah video yang dapat membuat orang tertarik, baik tujuannya untuk menginformasikan sesuatu, menambah wawasan atau sekadar menghibur. Selain itu, pesan yang tersampaikan dengan baik juga mencerminkan video yang berkualitas. Menurut saya salah satunya adalah video berjudul Taring-Taring Transisi Kedewasaan: Fangsters yang dibuat oleh Vice Indonesia.Â
Menurut University of Vermont, kita bisa menganalisis dan mengevaluasi video dengan menggunakan kriteria yang telah disusun. Kali ini saya akan menunjukkan analisis saya terhadap video tersebut. Sebelum mencermati analisis saya, sebaiknya menonton videonya terlebih dahulu.
Kriteria:
1. Desain
a. Style and Organization
Video ini tersusun cukup rapi dan seimbang. Di awal video ditampilkan cuplikan dari keseluruhan video tersebut sehingga membuat penonton tertarik untuk menonton lebih lanjut. Transisi video cukup baik dan tidak monoton. Walaupun keseluruhan acara tidak ditampilkan secara berurutan tetapi saya bias mengetahui keseluruhan acara tersebut.
b. Creativity
Walaupun menampilkan acara adat tradisional seperti Mesangih yang sudah ada urutan acaranya, tetapi tetap ditampilkan sisi-sisi yang justru jarang ditampilkan seperti bagaimana perasaan peserta sebelum mengalami potong gigi, kemudian bagaimana keluarganya merasa bangga karena telah melewati upacara kedewasaan. Selain itu, beberapa cuplikan ditampilkan dalam berbagai angle dan memberikan beberapa adegan slow motion sehingga terlihat jelas apa yang mereka lakukan.
a. Content
Video ini menampilkan 'Mesangih' yang  merupakan upacara adat potong gigi sebagai penanda memasuki fase kedewasaan bagi para remaja di Bali. Setiap kegiatan dari awal hingga akhir ditampilkan dengan jelas. Kontennya cukup menarik karena cukup jarang ada video yang menampilkan sisi lain dari masyarakat yang masih berpegang pada kebudayaan Indonesia khususnya Bali.
Kualitas gambar cukup baik karena video menampilkan banyak angle seperti misalnya close up dan medium long shot. Gambar terliaht jelas dan tidak kabur atau blur. Untuk kualitas audio sendiri cukup baik karena suara narasumber terdengar jelas dan backsound juga tertata dengan baik sehingga tidak mengganggu suara narasumber.Â
Terlihat bahwa kemungkinan narasumber tidak diberi script sehingga terlihat lebih luwes. Tetapi cukup disayangkan ketika narasumber berbicara dalam Bahasa Inggris karena video ini memperlihatkan kebudayaan Indonesia walaupun tidak sepenuhnya. Selain itu terdapat subtitle bagi orang-orang yang tidak mengerti Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H