Mohon tunggu...
Elsa Valent
Elsa Valent Mohon Tunggu... Freelancer - Bukankah tulisan begitu menarik?

Mengeksplorasi pengetahuan dengan membaca. Berbagi pengetahuan dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ayah, Pahlawan Pertama

1 Juni 2020   08:08 Diperbarui: 1 Juni 2020   08:32 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com /Derek Thomson

Sejauh nafas ini kutahu ayah adalah batu
Dalam perkataannya ia keras
Dalam tidurku ia menjaga dengan hangat
Satu yang selalu dapat kuandalkan

Aku masih asing dengan dunia ini
Apa yang kulakukan adalah menirumu
Bagaimana harus berlaku bijaksana
Bagaimana cara berjalan dan mengomel

Bersamanya terbang bebas menjelajah mimpi
Terbang dengan laju dan megahnya
Tutup mata dengan erat agar kering oleh angin
Tak perlu takut nanti jatuh ke bawah

Jauh sebelum aku mampu mengingat namaku sendiri
Sudah lebih dulu aku mengingat dan mengenal dirimu
Tanpa sosokmu yang menjadi panutanku akan goyah diriku
Langit-langit di mimpiku akan runtuh

Kitalah pemain yang menjelajahi batas-batas mimpi
Kita bermain-main di gumpalan awan-awan
Menyelami lautan di bawah kemilau matahari
Menghantarkannya kembali ke barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun