Dingin malam amat menyayat di Kamis malam itu
Roti dan anggur menjadi penanda genapnya nubuat
Perjamuan sederhana bersama sahabat
Sebuah jamuan perpisahan, dan memberi pengenangan
Malam yang begitu sunyi
Angin pun tiada singgah sekedar menggoyang nyala api
Cahaya rembulan selip-selip masuk di celah jendela dan pintu
Yang dinubuatkan, hening di antara perdebatan
Di manakah yang satu itu? ia yang akan menjual nyawa dengan satu kecupan
Terang rembulan menuntunKU ke tengah taman
Bantu menyadari betapa sepi, sendiri
Penyerahan besar tepat di depan mata
Cawan anggur teramat pahit kuteguk bagi dunia
AKU begitu lemas, ketakutan membuat gemetar sekujur tubuh
sementara mereka terlelap tiada berjaga
satu dari dua belas akan membawa serdadu
dilemparkannya Anak Domba kepada kawanan serigala
Cawan itu akan menjadi nyata
Anggurnya sangatlah pahit
Setetes pun tiada tertumpah
Semuanya masuk merobek lambungKU
Baru tadi malam perjamuan terasa begitu bermakna
Belum sempat ayam terbangun meja telah terbalik
Kulihat beberapa bintang di antara tumpukan arang
yang satu menangis di ujung kerumunan
Penghakiman akan terjadi
Dengan palma dan kain mereka menyambutku
Dengan paku mereka memajangKU mendekat ke langit
KUgenapi nubuat mereka yang lebih dulu KUutus
Inilah tubuh dan darahKU
lakukanlah ini untuk mengenang AKU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H