Dalam pembicaraan patriarki di media sosial ini, sejujurnya cukup menunjukkan bagaimana lingkungan yang ditinggali, dan bagaimana keluarga yang membesarkan seseorang.
Besar kemungkinan para content creator tinggal -- dulunya -- dalam lingkungan yang menganut budaya patriarki, dan saat ini sudah tinggal di lingkungan yang cukup sehat dan jauh dari budaya patriarki sehingga pemikiran mereka mengenai patriarki terbuka dengan baik. Namun, untuk para pengguna media sosial yang masih menganut budaya patriarki juga menunjukkan bahwa saat ini mereka tinggal dan tumbuh di lingkungan yang menganut budaya patriarki dengan cukup keras.
Lingkungan tempat tinggal seseorang memang mempengaruhi pola pikir seseorang. Meskipun begitu, beberapa pengguna media sosial dan bahkan content creator yang menyuarakan perlawanan pada patriarki juga sampai saat ini masih tinggal di lingkungan yang menganut patriarki. Alasan terbesar mengapa mereka dapat berpikir bahwa budaya patriarki tidak seharusnya dianut adalah, karena mereka tidak menyukai perlakuan tidak adil yang mereka dapatkan dan mulai menyuarakan kesetaraan gender. Hingga akhirnya mengenal apa itu budaya patriarki.
Hal ini menunjukkan bahwa, lingkungan memang berpengaruh namun apa yang ada di pikiran seseorang lah yang menjadikan suatu reaksi menjadi nyata. Misalnya pada para penganut patriarki. Mereka mungkin tidak nyaman dengan perlakuan tidak adil, namun mereka berpikir bahwa perlakuan tersebut adalah hal yang wajar. Maka pola pikir seperti inilah yang membuat mereka berpikir bahwa budaya patriarki bukanlah hal yang buruk. Berbeda dengan para pejuang kesetaraan gender. Mereka mendapat perlakuan tidak adil dan membuat mereka tidak nyaman, dan mereka berpikir bahwa perlakuan tidak menyenangkan tersebut tidak seharusnya terjadi. Pola pikir seperti inilah yang membuat mereka berpikir bahwa budaya patriarki bukanlah hal yang baik untuk dianut.
Untuk saat ini, pejuang pergerakan kesetaraan gender dan emansipasi wanita mendapat banyak perhatian dan cukup membuka pemikiran para pengguna media sosial, khususnya Tiktok, untuk mengenal apa itu budaya patriarki, dan bagaimana pengaruhnya baik terhadap laki-laki dan terhadap perempuan.
Meski begitu, pada dasarnya semua orang memiliki pola pikir yang berbeda, dan kita tidak memiliki hak untuk menghakimi orang lain. Hal yang dapat kita lakukan hanyalah membantu mereka memahami apa yang mereka utarakan, dan menerima fakta bahwa orang lain tidak harus setuju terhadap pemikiran kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H