Bahasa Indonesia semakin dikenal luas seiring menguatnya peran ekonomi, politik, diplomasi, dan kebudayaan Indonesia. Vitalitas bahasa Indonesia didukung dengan perannya sebagai bahasa resmi negara dan bahasa nasional yang membuat eksistensinya tinggi sebagai bahasa Internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya 428 lembaga penyelenggara program bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang tersebar di 52 negara, salah satunya Indonesia.Â
BIPA adalah program pembelajaran bahasa Indonesia bagi warga asing yang menempuh pendidikan atau yang sengaja ingin belajar bahasa Indonesia.
Di lembaga ini, mahasiswa asing yang menempuh pendidikan sarjana hingga pasca sarjana wajib mengikuti kursus bahasa Indonesia. Tidak hanya mahasiswa, ada juga peneliti asing yang sengaja ingin belajar bahasa Indonesia. Mereka tidak hanya diajarkan bahasa Indonesia namun diajak mengenal lebih dekat budaya Indonesia dengan berlatih gamelan hingga tari tradisional.
Salah satu kampus yang menyelenggarakan program ini adalah UGM. Di kampus UGM program pembelajaran BIPA diselenggarakan lembaga Indonesian culture and language learning service (INCULS), Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Dua dari mahasiswa asing itu adalah Dobrin Tsvetanov Bugov asal Bulgaria dan Andrew Mulabbu asal Uganda yang menempuh pendidikan Doktor Ilmu Antropologi FIB dan Penginderaan Jarak Jauh di UGM.Â
Dobrin mengaku belajar bahasa Indonesia sejak tahun 2013 saat masih kuliah S1 kajian Asia Tenggara di Universitas Sofia Bulgaria. Sedangkan Andrew menempuh S3 nya.
 "Saya masih ingat membawa kamus tebal bahasa Indonesia kemana mana" kenang Andrew.
 Sementara Dobrin mengambil mata kuliah bahasa Indonesia karena ditawari mata kuliah bahasa dan sastra Korea atau bahasa dan sastra Indonesia dan ia menjatuhkan pilihannya pada bahasa Indonesia, kata Dobrin saat berbicara di talkshow menduniakan bahasa Indonesia melalui BIPA yang diselenggarakan di ruang auditorium gedung Soegondo FIB UGM.Â
Setelah mengikuti mata kuliah bahasa dan sastra Indonesia, kecintaannya pada bahasa Indonesia membulatkan tekadnya untuk melanjutkan pendidikan S2 di mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional, fisipol UGM tahun 2019.Â
Tidak berhenti sampai situ, setelah lulus master, Dobrin mendapat beasiswa untuk melanjutkan s3 nya di mata kuliah Antropologi, FIB UGM. Â Dobrin mengaku tidak pernah menyesal dan sangat bersyukur telah memilih bahasa Indonesia karena ia mendapatkan banyak peluang yang membuatnya berkembang.
Ada juga Anne Harvey 71 tahun asal Amerika Serikat. Di usia senjanya Anne datang jauh jauh ke UGM untuk belajar dan fasih berbicara bahasa Indonesia. "Kalau mahasiswa asing belajar bahasa karena ingin kuliah, kalau saya memang betul-betul mau belajar bahasa Indonesia," kata Anne.Â
Saat datang ke UGM pada tahun 2015, Anne mengaku senang banyak mahasiswa dan dosen UGM yang mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Namun Anne tetap ingin mereka mengajarkan berbicara bahasa Indonesia.Â
"Semua orang mau berbicara dan latihan bahasa Inggris, tapi saya juga mau belajar bahasa Indonesia." kata Anne. Anne merasa dengan belajar bahasa Indonesia ia mendapatkan banyak manfaat mulai dari banyaknya teman dari luar negaranya, menambah wawasan tentang negara lain (Indonesia) dan menambah kecintaannya pada bahasa Indonesia.Â
Dari 3 kisah diatas dapat kita ketahui bahwa program BIPA memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menduniakan bahasa Indonesia, menghidupkan citra bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai alat persatuan bagi semua baik warga luar negeri dengan dalam negeri maupun antar suku bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga memiliki banyak manfaat bagi warga asing seperti dalam kisah Anne, Dobrin, dan Andrew.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H