Fenomena tersebut, jika dilihat dari sudut pandang toleransi agama, maka war takjil menjadi perwujudan dari adanya moderasi beragama di Indonesia. Moderasi beragama artinya menjalankan keyakinan agama dengan cara yang seimbang dan penuh toleransi. Ini berarti kita harus memahami ajaran agama dengan baik dan terbuka terhadap pandangan orang lain. Jangan sampai kita terlalu ekstrem atau keras dalam keyakinan kita sehingga menimbulkan ketidakadilan atau konflik dengan orang lain.
War takjil lintas agama ini justru menjadi bukti bahwa moderasi beragama di Indonesia telah berjalan. Orang-orang tidak mudah baper dan tersinggung dengan hal-hal kecil sekadar berebut "takjil". Di bulan puasa ini justru jadi momen berbagi dan menjalin silaturahmi antar umat beragama. Â
Habib Husein Ja'far dalam unggahan akun Instagram narasi.tv pada Minggu (31/03/2024) mengatakan, "Takjil war itu the real peace takjil sih sebenernya. Jadi bukan perang takjil. Perang takjil buat seru-seruan untuk mendapatkan sebagai treatment dalam perdamaian di tengah perdamaian di tengah perbedaan agama dibalut dengan toleransi. Jadi Islam itu rahmatan lil alamin, kegembiraan bagi semua. Bukan hanya agamanya, tapi kesempurnaannya."
Dalam pendapatnya tersebut, Habib Husein Ja'far berpandangan bahwa fenomena war takjil lintas agama ini justru menjadi bukti bahwa toleransi agama dan menghargai perbedaan dapat berjalan. Keberkahan bulan Ramadan tidak hanya dirasakan oleh umat Muslim saja, tetapi juga oleh semua umat beragama. Islam sebagai rahmatan lil alamin berhasil terbukti dari fenomena ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H