Wanita mana yang bangga dengan kondisi seperti Wino? Tidak ada. Mungkikah orangtuanya akan menerima keadaannya? Aku tidak yakin. Membayangkannya saja apa yang terjadi dengan kemalangan Wino, ulu hatiku sakit. Semakin ia memikirkannya, semakin ambruk rasanya menerima kenyataan. Sementara itu Wino takut, bayi yang dalam kandungannya merasakan pedih sehingga ia terlahir nantinya dengan membawa luka hatinya karena ibunya yang terlanjur menanggung perih karena ulah ayahnya yang bukan ayahnya.
"Mungkin lebih baik anak ini terlahir di atas kepahitan sehingga ia terbiasa merasakan duka yang dialami ibunya, karena memang dia bayi yang tidak aku inginkan. Belum waktunya aku menginginkan. Tidak. Ibu macam apa aku ini? Akh. Aku benci dengan pria." jerit Wino.
Wino terus meracau.
"Lalu apa yang akan anakku katakan nanti kepada ayahnya, seorang pengkhianat? Seorang pecundang? Apa yang harus aku jawab saat ia bertanya di mana ayahnya? Siapa nama yang paling tepat buat bayiku? Derita ini membuatku sulit untuk berpikir waras. Aku setengah gila. Akh, tak ada nama yang lebih tepat baginya selain nama Mara." pikirnya
Nama "Mara" dalam bahasa Ibrani adalah lambang kepahitan yang amat dalam. Iya, itulah nama yang paling tepat buatnya, sehingga semua orang tahu bahwa kepahitan ibunya diturunkan kepada anaknya, anak yang tidak inginkannya. Sungguh, jangan sampai ada yang bertanya tentang arti namanya, biar saja hanya ibunya yang tahu.
Kegelisahan terus meliputi Wino, kengerian maut menimpa dia. Ia dirundung takut dan geli, perasaan seram meliputi tubuhnya. Ia berhasrat, sekiranya diberi sayap laksana rajawali, ia akan terbang mencari tempat yang tenang, di mana tak ada kepedihan dan masalah.
"Andaikan itu terjadi aku akan lari sejauh-jauhnya, bermalam di padang Gurun. Menghabiskan airmataku sampai mataku bengkak. Berbaring lalu tertidur pulas dan terlepas dari beban yang kualami ini. Hingga akhirnya aku tersadar. Bangun dari tidur lelapku" tak tertahan airmatanya terus mengairi pipi dan bibirnya.
Wino terhenyak dengan air matanya yang bercucuran. Ia merasakan perutnya yang keram, dan membawa lari tubuhnya ke kamar mandi. Sudah tiga hari ia gangguan pencernaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H