Mohon tunggu...
El Sanoebari
El Sanoebari Mohon Tunggu... Penulis - Salah satu penulis antologi buku "Dari Pegunungan Karmel Hingga Lautan Hindia".

Menyukai pekerjaan literasi & kopi | Suka buku filsafat, konseling dan Novel | Jika harus memilih 2 hal saat jenuh saya akan makan banyak dan traveling | Suka belajar hal yang baru | Saya suka berpikir random, demikian dalam menulis | Imajinatif | Saya suka menulis Puisi dan cerpen sejak SD, yang terkubur di dalam laptop | Bergabung menjadi kompasianer merupakan tantangan yang menyenangkan | Saya suka segala hal yang menantang | Cukup ya, terlalu banyak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mara, Nama yang Tepat Untuknya

14 November 2022   11:11 Diperbarui: 14 November 2022   11:14 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Desain Pribadi; Canva

Wanita mana yang bangga dengan kondisi seperti Wino? Tidak ada. Mungkikah orangtuanya akan menerima keadaannya? Aku tidak yakin. Membayangkannya saja apa yang terjadi dengan kemalangan Wino, ulu hatiku sakit. Semakin ia memikirkannya, semakin ambruk rasanya menerima kenyataan. Sementara itu Wino takut, bayi yang dalam kandungannya merasakan pedih sehingga ia terlahir nantinya dengan membawa luka hatinya karena ibunya yang terlanjur menanggung perih karena ulah ayahnya yang bukan ayahnya.

"Mungkin lebih baik anak ini terlahir di atas kepahitan sehingga ia terbiasa merasakan duka yang dialami ibunya, karena memang dia bayi yang tidak aku inginkan. Belum waktunya aku menginginkan. Tidak. Ibu macam apa aku ini? Akh. Aku benci dengan pria." jerit Wino.

Wino terus meracau.

"Lalu apa yang akan anakku katakan nanti kepada ayahnya, seorang pengkhianat? Seorang pecundang? Apa yang harus aku jawab saat ia bertanya di mana ayahnya? Siapa nama yang paling tepat buat bayiku? Derita ini membuatku sulit untuk berpikir waras. Aku setengah gila. Akh, tak ada nama yang lebih tepat baginya selain nama Mara." pikirnya

Nama "Mara" dalam bahasa Ibrani adalah lambang kepahitan yang amat dalam. Iya, itulah nama yang paling tepat buatnya, sehingga semua orang tahu bahwa kepahitan ibunya diturunkan kepada anaknya, anak yang tidak inginkannya. Sungguh, jangan sampai ada yang bertanya tentang arti namanya, biar saja hanya ibunya yang tahu.

Kegelisahan terus meliputi Wino, kengerian maut menimpa dia. Ia dirundung takut dan geli, perasaan seram meliputi tubuhnya. Ia berhasrat, sekiranya diberi sayap laksana rajawali, ia akan terbang mencari tempat yang tenang, di mana tak ada kepedihan dan masalah.

"Andaikan itu terjadi aku akan lari sejauh-jauhnya, bermalam di padang Gurun. Menghabiskan airmataku sampai mataku bengkak. Berbaring lalu tertidur pulas dan terlepas dari beban yang kualami ini. Hingga akhirnya aku tersadar. Bangun dari tidur lelapku" tak tertahan airmatanya terus mengairi pipi dan bibirnya.

Wino terhenyak dengan air matanya yang bercucuran. Ia merasakan perutnya yang keram, dan membawa lari tubuhnya ke kamar mandi. Sudah tiga hari ia gangguan pencernaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun