hujan datang nanti jangan lagi kau semburi airKemarahanmu seringkali memuncak dan tak tahu aturan.Kau lihat sekarang, matahari menghujam kulit lembutmu.
Kini kau butuh sedikit kelembaban, ya serupa hujan, basah, air atau embun.
Kekasihku, pun saat ini kala terik merontak-rontak, jangan kau teriaki dengan cacian.
Emosimu kadangkala melewati batas kemanusiaan, tak berpengertian.
Mari kita seruput kopi dengan sepotong dua potong es,
mungkin akan melegakan tenggorokan sembari kita berpantun ria,
lalu kau bacakan puisi lazim untukku.
Kekasihku, kau butuh inspirasi.
Akh, bukan saja kau.
Pun demikian aku yang sedang dihujam rasa penasaran
akan karya sastra para pujangga yang sulit kupecahkan.
Aku sedang cemburu.
Tidak, aku sedang marah padamu
Kapan kau menulis puisi untukku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H