PERKEMBANGAN Â PETANI MANGGA DIDAERAH SUBANG
Â
Di balik keindahan kebun mangga yang subur di Subang, terdapat cerita-cerita penuh perjuangan dari para petani yang semangat mempertahankan tradisi dan kualitas buah mereka. Bagi mereka, setiap pohon mangga yang tumbuh bukan hanya sekadar ladang penghidupan, tetapi juga harapan akan masa depan yang lebih baik. Di tengah berbagai tantangan, mereka terus berinovasi dan mengupayakan segala cara agar mangga Subang tetap menjadi kebanggaan.
Berbagai varietas mangga ditanam di Subang, mulai dari varietas lokal hingga varietas unggul yang diperkenalkan oleh instansi pemerintah atau lembaga riset. Beberapa varietas yang umum ditanam di Subang antara lain:
Mangga Manalagi
Mangga manalagi adalah salah satu varietas mangga yang paling banyak dibudidayakan di Subang. Mangga ini terkenal karena daging buahnya yang tebal, rasa manis, dan sedikit asam. Selain itu, mangga manalagi memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang cukup baik, menjadikannya pilihan utama bagi petani di Subang.
Mangga Gedong Gincu
Mangga ini memiliki rasa manis yang sangat khas, dengan warna kulit yang kuning kemerahan saat matang. Meskipun buahnya lebih kecil dibandingkan dengan varietas lain, mangga gedong gincu memiliki harga jual yang lebih tinggi di pasar karena kualitas dan cita rasanya yang lebih unggul.
Mangga Arumanis
Mangga arumanis juga cukup populer di Subang. Dikenal dengan daging buah yang lembut dan aroma yang khas, mangga arumanis menjadi pilihan pasar dan di ekspor, terutama pada musim panen.
Mangga Kweni
Mangga kweni memiliki rasa yang lebih asam dan dan buahnya wangi biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan olahan seperti sambal mangga atau jus. Meskipun permintaan terhadap mangga kweni tidak sebanyak manalagi atau gedong gincu, jenis mangga ini tetap memiliki pasar tersendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan lembaga riset pertanian di Indonesia juga mendorong pengembangan varietas unggul baru yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki kualitas buah yang lebih baik.
Teknologi Budidaya Mangga di Subang
Pada awalnya, budidaya mangga di Subang dilakukan secara tradisional tanpa pengelolaan yang intensif. Namun, dengan berkembangnya teknologi pertanian, para petani mangga di Subang mulai mengadopsi berbagai teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Beberapa inovasi teknologi yang mulai diterapkan oleh petani mangga di Subang antara lain:
Pemilihan Benih Unggul
Petani mulai lebih selektif dalam memilih bibit mangga dengan kualitas unggul, yang dapat memberikan hasil yang optimal. Bibit unggul ini biasanya berasal dari indukan yang telah teruji dan memiliki ketahanan terhadap penyakit serta mampu menghasilkan buah dalam jumlah banyak.
Pemangkasan dan Pembentukan Pohon
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk pohon mangga yang lebih rapi dan mudah dirawat. Pemangkasan yang baik juga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil buah. Hal ini juga memungkinkan petani untuk mendapatkan hasil panen lebih cepat karena pohon yang sehat dapat berproduksi lebih banyak.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Penggunaan pestisida dan fungisida yang tepat mulai diterapkan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman mangga. Supaya pohon mangga tetap tumbuh dengan subur.
Tantangan dalam Budidaya Mangga di Subang
Meskipun Subang memiliki potensi yang besar dalam budidaya mangga, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh para petani. Beberapa tantangan utama dalam budidaya mangga di Subang antara lain:
Perubahan Iklim
Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim yang dapat mempengaruhi pola curah hujan dan suhu. Kekeringan yang terjadi selama musim kemarau atau curah hujan yang terlalu tinggi dapat merusak tanaman mangga, mengurangi hasil panen, dan menurunkan kualitas buah.
Meskipun Subang dikenal sebagai salah satu penghasil mangga terbaik di Indonesia, para petani mangga juga di daerah ini menghadapi sejumlah kendala yang bisa mengancam keberlanjutan usaha mereka. serta bagaimana mereka berjuang untuk terus bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman yang semakin cepat.
Kebun Mangga, Kehidupan yang Tak Pernah Gagal Setiap pagi, Budi (45), seorang petani mangga di desa Bojonegara, bangun lebih awal untuk pergi ke kebun untuk merawat kebun mangga miliknya. Ia telah mengelola pertanian mangga selama lebih dari 20 tahun, dan meskipun hasil panennya tak selalu stabil, ia tetap mencintai pekerjaan ini.
seperti banyak petani lainnya, perubahan cuaca yang tak menentu, serangan hama, dan harga yang sering kali naik turun. Namun, para petani mangga tetap bertahan, bahkan saat musim kemarau datang dengan kerasnya. Kadang mereka harus berjuang keras agar kebun ini tetap hidup, tumbuh bunga dan berbuah.
Menghadapi Perubahan Iklim dengan Semangat Tak Kenal Lelah Sementara itu, di desa Bojongkeding, seorang petani bernama Iwan (38) juga merasakan dampak perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan. Musim kemarau yang berkepanjangan membuat banyak tanaman mangga kekurangan air. Dulu, pak Iwan bisa mengandalkan hujan untuk menyiram kebunnya, namun sekarang ia terpaksa mencari solusi alternatif. Dengan menggunakan mesin sedotnya untuk menyiram pohon mangga. Tak hanya itu, pak Iwan juga belajar untuk menerapkan pertanian organik guna meningkatkan kualitas buah dan menjaga kelestarian tanah.
Salah satu inovasi terbaru yang mulai diperkenalkan adalah pembuatan produk olahan mangga. Misalnya, manisan mangga,Rujak mangga, dodol mangga dan jus mangga yang semakin digemari oleh masyarakat. Memastikan mangga tetap terjual meskipun tidak dalam bentuk buah segar.
Harapan Baru untuk Mangga Subang Meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, para petani di Subang terus berjuang dan berinovasi. Mereka percaya, meskipun setiap tahun ada kesulitan, selalu ada harapan untuk bertumbuh kembali. bagi masa depan pertanian mangga di Subang.
Pada suatu hari, saya mengunjungi kebun mangga Pak Wahid (46), seorang petani yang sudah lebih dari 20 tahun menanam mangga di Subang. Di tengah kebun yang rimbun, hampir putus asa ketika kebunnya rusak karena serangan hama beberapa tahun lalu. Namun, pak Wahid tidak menyerah. Kini, kebunnya kembali subur, dan ia bangga bisa menjual hasilnya dengan mengekspor ke pasar Induk Carigin, Pasar Tanah Tinggi Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jati. Harga buah mangga berkisar dari harga Rp 6 ribu/kg untuk harga terendah dan Rp 25 ribu /kg untuk harga tertinggi.
Kisah para petani mangga di Subang adalah cermin dari keteguhan hati dan semangat pantang menyerah. Di tengah tantangan yang ada, mereka terus berinovasi, beradaptasi, dan berjuang untuk mempertahankan mata pencaharian mereka. Bagi mereka, mangga bukan sekadar buah, tetapi simbol dari usaha dan harapan. Dengan dukungan yang terus berkembang, tidak hanya kualitas mangga yang akan semakin baik, tetapi juga kehidupan petani mangga yang lebih sejahtera di masa depan. Budidaya mangga di Subang telah berkembang pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Meskipun ada tantangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H