Mohon tunggu...
elsamareta
elsamareta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis,mahasiswa

Nonton dan pendiam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkembangan petani mangga didaerah Subang

10 Desember 2024   20:25 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan dalam Budidaya Mangga di Subang

Meskipun Subang memiliki potensi yang besar dalam budidaya mangga, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh para petani. Beberapa tantangan utama dalam budidaya mangga di Subang antara lain:

Perubahan Iklim

Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim yang dapat mempengaruhi pola curah hujan dan suhu. Kekeringan yang terjadi selama musim kemarau atau curah hujan yang terlalu tinggi dapat merusak tanaman mangga, mengurangi hasil panen, dan menurunkan kualitas buah.

Meskipun Subang dikenal sebagai salah satu penghasil mangga terbaik di Indonesia, para petani mangga juga di daerah ini menghadapi sejumlah kendala yang bisa mengancam keberlanjutan usaha mereka. serta bagaimana mereka berjuang untuk terus bertahan dan berkembang di tengah perubahan zaman yang semakin cepat.

Kebun Mangga, Kehidupan yang Tak Pernah Gagal Setiap pagi, Budi (45), seorang petani mangga di desa Bojonegara, bangun lebih awal untuk pergi ke kebun untuk merawat kebun mangga miliknya. Ia telah mengelola pertanian mangga selama lebih dari 20 tahun, dan meskipun hasil panennya tak selalu stabil, ia tetap mencintai pekerjaan ini.

seperti banyak petani lainnya, perubahan cuaca yang tak menentu, serangan hama, dan harga yang sering kali naik turun. Namun, para petani mangga tetap bertahan, bahkan saat musim kemarau datang dengan kerasnya. Kadang mereka harus berjuang keras agar kebun ini tetap hidup, tumbuh bunga dan berbuah.

Menghadapi Perubahan Iklim dengan Semangat Tak Kenal Lelah Sementara itu, di desa Bojongkeding, seorang petani bernama Iwan (38) juga merasakan dampak perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan. Musim kemarau yang berkepanjangan membuat banyak tanaman mangga kekurangan air. Dulu, pak Iwan bisa mengandalkan hujan untuk menyiram kebunnya, namun sekarang ia terpaksa mencari solusi alternatif. Dengan menggunakan mesin sedotnya untuk menyiram pohon mangga. Tak hanya itu, pak Iwan juga belajar untuk menerapkan pertanian organik guna meningkatkan kualitas buah dan menjaga kelestarian tanah.

Salah satu inovasi terbaru yang mulai diperkenalkan adalah pembuatan produk olahan mangga. Misalnya, manisan mangga,Rujak mangga, dodol mangga dan jus mangga yang semakin digemari oleh masyarakat. Memastikan mangga tetap terjual meskipun tidak dalam bentuk buah segar.

Harapan Baru untuk Mangga Subang Meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, para petani di Subang terus berjuang dan berinovasi. Mereka percaya, meskipun setiap tahun ada kesulitan, selalu ada harapan untuk bertumbuh kembali. bagi masa depan pertanian mangga di Subang.

Pada suatu hari, saya mengunjungi kebun mangga Pak Wahid (46), seorang petani yang sudah lebih dari 20 tahun menanam mangga di Subang. Di tengah kebun yang rimbun, hampir putus asa ketika kebunnya rusak karena serangan hama beberapa tahun lalu. Namun, pak Wahid tidak menyerah. Kini, kebunnya kembali subur, dan ia bangga bisa menjual hasilnya dengan mengekspor ke pasar Induk Carigin, Pasar Tanah Tinggi Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jati. Harga buah mangga berkisar dari harga Rp 6 ribu/kg untuk harga terendah dan Rp 25 ribu /kg untuk harga tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun