“Biarkan darah mudahmu mengalirbersama petualangan tak terlupakan, sebab sensasi itu takkan lagi sama ketika kau tak lagi muda” (4 the positif thing)
[caption id="attachment_154350" align="aligncenter" width="448" caption="jalan utama masuk alas purwo"][/caption]
Alas purwo, I’m comiiiiiiiiiiiing, again
Seperti terpelet dengan indahnya alas purwo beberapa tahun lalu, saya akan kembali, dan inilah saya, berdiri lagi di taman nasional alas purwo, hutan di Banyuwangi yang memiliki daya magis dan tentunya cerita mistis yang masih kerap kudengar dari teman yang pernah mengunjungi tempat ini, khususnya bagi para pecinta alam yang bermalam disana. Tapi saya nggak akan cerita tentang mistis mistis itu, saya hanya ingin berbagi pesona alam alas purwo, ya alas purwo yang kalau di Indonesiakan berarti hutan kawitan atau pertama, hutan yang menyelimuti surga bagi para petualang dan pecinta keindahan alam.
45 km ke selatan dari kota Banyuwangi, mengikuti petunjuk jalan, sampailah saya di pasar anyar, desa penutup sebelum masuk hutan alas purwo. Disini terdapat peta alas purwo yang terdiri dari 4 obyek yaitutrianggulasi (tempat penangkaran penyu), sadengan (tempat suaka banteng), pancur (tempat yang diizinkan mendirikan tenda, sudah terdapat masjid dan toilet), dan plengkung (pantai dengan ombak tinggi yang disukai peselancar, merupakan pantai surfing terindah kedua di dunia setelah Hawaii).
Mulailah saya berpetualang, untuk masuk alas puwo, semua kendaraanpelancong dilarang masuk, disini sudah disediakan mobil sewaan khusus yang layak melewati medanyang sulit, seperti mengikuti safari road crosser rasanya, badan terguncang-guncang akibat jalan yangberlumpur, lubang-lubangdan ya…kayak mbajak sawaah gitu, fantastis abis.
[caption id="attachment_154352" align="aligncenter" width="448" caption="medan yang sulit"]
Perjalanan pun berlanjut, dan sampailah saya ditempat tujuan terakhir, pantai Plengkung, pantai paling pucuk dari area alas purwo, berjarak 34 km dari pintu plang selamat datang.
Saya berlari menuju pantai, pantai dengan pasir berwarna putih, menyembul diantara sampah-sampah laut yang berserakan terbawa arus, butuh pembersihan rupanya. Saya menyusuri pantai kearah timur, disana sudah banyak pelancong yang mandi-mandi dan berselancar, banyak pelancong burkulit putih, tinggi,mancung, eh bule ternyata, ada gak yah I yang mau kenalan sama saya, hi hi, hitung-hitung memperbaiki keturunan, apalagi yang suka travelling, cucok banget, eits…kok ngayal sih! Kebawa suasana pantai yang romantic nih, apalagi mau sunset, tapi kata orang sih romantic gak harus sunset, gitu ya…
Tapi kebanyakan pelancong yang bule, mengunjungi plengkung tidak lewat jalur darat seperti saya, mereka menyewa boat langsung dari Bali, karena letak pantai di Bali denganPlengkung relative dekat, sama dengan Bali dan Lombok.
Setelah puas menikmati keindahan pantai plengkung, dan waktu sudah hampir senja, dengan berat hati saya harus meninggalkan daerah indah ini dan berroad crosser ria lagi dech..
[caption id="attachment_154367" align="aligncenter" width="448" caption="ombak plengkung di bulan januari"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H