Mohon tunggu...
Elsa Mardianita
Elsa Mardianita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

on lagi :D\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Alas Purwo, Sepercik Surga di Ujung Timur Jawa

7 Januari 2012   03:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:13 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Biarkan darah mudahmu mengalirbersama petualangan tak terlupakan, sebab sensasi itu takkan lagi sama ketika kau tak lagi muda” (4 the positif thing)

[caption id="attachment_154350" align="aligncenter" width="448" caption="jalan utama masuk alas purwo"][/caption]

Alas purwo, I’m comiiiiiiiiiiiing, again

Seperti terpelet dengan indahnya alas purwo beberapa tahun lalu, saya akan kembali, dan inilah saya, berdiri lagi di taman nasional alas purwo, hutan di Banyuwangi yang memiliki daya magis dan tentunya cerita mistis yang masih kerap kudengar dari teman yang pernah mengunjungi tempat ini, khususnya bagi para pecinta alam yang bermalam disana. Tapi saya nggak akan cerita tentang mistis mistis itu, saya hanya ingin berbagi pesona alam alas purwo, ya alas purwo yang kalau di Indonesiakan berarti hutan kawitan atau pertama, hutan yang menyelimuti surga bagi para petualang dan pecinta keindahan alam.

45 km ke selatan dari kota Banyuwangi, mengikuti petunjuk jalan, sampailah saya di pasar anyar, desa penutup sebelum masuk hutan alas purwo. Disini terdapat peta alas purwo yang terdiri dari 4 obyek yaitutrianggulasi (tempat penangkaran penyu), sadengan (tempat suaka banteng), pancur (tempat yang diizinkan mendirikan tenda, sudah terdapat masjid dan toilet), dan plengkung (pantai dengan ombak tinggi yang disukai peselancar, merupakan pantai surfing terindah kedua di dunia setelah Hawaii).

Mulailah saya berpetualang, untuk masuk alas puwo, semua kendaraanpelancong dilarang masuk, disini sudah disediakan mobil sewaan khusus yang layak melewati medanyang sulit, seperti mengikuti safari road crosser rasanya, badan terguncang-guncang akibat jalan yangberlumpur, lubang-lubangdan ya…kayak mbajak sawaah gitu, fantastis abis.

[caption id="attachment_154352" align="aligncenter" width="448" caption="medan yang sulit"]

13259026311806242882
13259026311806242882
[/caption] Ditengah perjalanan, tiba-tiba mobil di rem mendadak, saya kaget ada apa, ternyata segerombolan celeng (babi hutan) sedang lewat pas didepan kami, saking terpananya sampai nggak sempat ngambil gambar mereka, Cuma terekam di otak, dibayangin aza ya. Mobil berjalan kembali, dan mata saya masih mengawasi babi-babi itu sampai kepala memutar kebelakang, dan apa itu? saya melihat buaya di rawa-rawa dekat jalan yang saya lalui, begitu cepat momen itu, karena mobil begitu cepat meninggalkan mereka, pemandangan yang mungkin tak kan pernah saya alami lagi. Saya terdiam dan wow….saya bangga banget bisa lihat buaya dialam bebas, dengan mata kepala sendiri, kereeen (kalo di tipi2 sih sering, di bonbin juga pernah), tapi yang ini lain coy, lihat buaya di alam bebas gitu, bangga karena di tanah jawa masih ada buaya hidup di alam bebas, kudoakan semoga engkau tetap lestari ya bu, see you again. Sepanjang perjalanan, saya melihat banyak tumbuhan hutan yang masih sangat asli dan rimbun, seperti pohon jati, sawu kecik, bambu, bambu manggong, pohon yamplung, kepuh, dan keben. Obyek pertama yang paling dekat adalah Sadengan, tempat  pengamatan satwa banteng, untuk melihat banteng di alam liar, saya menaiki sebuah menara dan melakukan pengamatan dengan teropong, terlihat padang rumput luas dengan kehidupan ratusan banteng, dengan terdapat pagar mengelilingi padang rumput. Karena hanya berbekal kamera hp, tidak tampaklah gambar itu, sad. Tak apalah... Saya pun bergegas melanjutkan perjalanan menelusuri alas purwo, jalanan masih tetap bergeronjal? dan kanan kiri pepohonan diselingi rawa-rawa, beberapa saat sampailah pada obyek kedua yaitu Trianggulasi dengan persimpangan kekanan. Karena sudah pernah kesana, saya meneruskan perjalanan terus menuju obyek pantai Plengkung yang sebelumnya terdapat obyek ketiga yaitu Pancur. Disini dinamakan pancur mungkin karena terdapat air terjun kecil atau pancuran, saya istirahat sebentar disini. Di pancur merupakan tempat perkemahan yang juga dekat dengan pantai selatan, tapi ombaknya tak sedahsyat di Plengkung. [caption id="attachment_154362" align="aligncenter" width="448" caption="Pancur, air mancur ditengah alas purwo"]
13259045981224287659
13259045981224287659
[/caption]

Perjalanan pun berlanjut, dan sampailah saya ditempat tujuan terakhir, pantai Plengkung, pantai paling pucuk dari area alas purwo, berjarak 34 km dari pintu plang selamat datang.

Saya berlari menuju pantai, pantai dengan pasir berwarna putih, menyembul diantara sampah-sampah laut yang berserakan terbawa arus, butuh pembersihan rupanya. Saya menyusuri pantai kearah timur, disana sudah banyak pelancong yang mandi-mandi dan berselancar, banyak pelancong burkulit putih, tinggi,mancung, eh bule ternyata, ada gak yah I yang mau kenalan sama saya, hi hi, hitung-hitung memperbaiki keturunan, apalagi yang suka travelling, cucok banget, eits…kok ngayal sih! Kebawa suasana pantai yang romantic nih, apalagi mau sunset, tapi kata orang sih romantic gak harus sunset, gitu ya…

Tapi kebanyakan pelancong yang bule, mengunjungi plengkung tidak lewat jalur darat seperti saya, mereka menyewa boat langsung dari Bali, karena letak pantai di Bali denganPlengkung relative dekat, sama dengan Bali dan Lombok.

Setelah puas menikmati keindahan pantai plengkung, dan waktu sudah hampir senja, dengan berat hati saya harus meninggalkan daerah indah ini dan berroad crosser ria lagi dech..

[caption id="attachment_154367" align="aligncenter" width="448" caption="ombak plengkung di bulan januari"]

13259058221986391654
13259058221986391654
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun