Ada banyak sekali manfaat mengenai pendidikan karakter ini apalagi di era digital ,yaitu untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, dan berperilaku baik, cinta tanah air,gemar membaca,dan kejujuran. Nah, Character education seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak. Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.
C.Landasan Empiris (masalah)
  Pada saat ini sudah zamannya zaman digital, dimana-mana serba cepat, instan, dan canggih. Begitu pun di dunia pendidikan Indonesia saat ini. Bayangkan era orang tua kita, berangkat sekolah hanya dengan berjalan kaki berkilometer jauhnya atau menggunakan sepeda, itu pun sudah paling mewah pada zamannya. Lalu, kita lihat anak sekolah berangkat sekolah kebanyakan sudah menggunakan kendaraan seperti, sepeda, dan motor pun zaman sekarang sudah ada yang namanya sepeda motor listrik sehingga anak pun banyak yang menggunakan transportasi tersebut untuk berangkat sekolah. Pada era masa kini yang harus dituntut serba canggih dan mengikuti pergerakan zaman, teknologi pun sudah merambah ke dunia pendidikan kita.
  Seperti yang kita ketahui bahkan kita alami bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter anak-anak di Indonesia. Mengapa demikian, karena di era digital yang semakin maju pada zaman sekarang membuat anak di usia dini pun menjadi paham bagaimana menggunakan teknologi digital seperti handphone. Padahal, di usia yang masih dini ini sangat berbahaya akan teknologi digital seperti yang sering digunakan yaitu handphone. Karena, handphone di jaman sekarang pun semakin canggih sekali ada beberapa aplikasi permainan yang membuat anak kecanduan bahkan adanya video yang seharusnya tidak dilihat oleh anak. Serta ada banyak sekali contoh sikap perilaku yang di tonton si anak di handphone yang tidak patut di contoh atau dilakukan, tapi malah dilakukan oleh si anak tersebut.
  Adapun jika dipakai untuk belajar,memang teknologi pada saat ini sangat canggih sehingga praktis sehingga anak pun banyak menggunakan media pembelajaran dengan handphone dan dampaknya siswa tidak menjadi berfikir kritis karena hanya mengandalkan teknologi saja untuk menjawab semua soal yang diberikan oleh guru. Siswa di zaman sekarang menjadi kurang sopan terhadap guru bahkan dari bahasa sesama teman sebaya pun saat bicara menjadi seenaknya seperti bahasa binatang yang seharusnya itu tidak di katakan oleh seorang anak masih usia dini. Hal ini disebabkan oleh teknologi digital karena banyak aplikasi,video atau yang lainnya yang tidak baik dan sering dilihat bahkan ditonton oleh si anak dan malah menjadi menerapkan nya.
  Semakin kesini akhlak dan sikap pelajar di Indonesia ini sudah mulai luntur, adab semakin dikesampingkan, norma tak lagi dipentingkan. Sebuah kenyataan yang ironis memang, tapi memang begitu kenyataannya. Dari berbagai jenjang pendidikan sama saja tak ada bedanya, SD sudah mulai merokok. Ya, anak SD sekarang sudah berani mencoba menghisap sebatang rokok, bisa dibilang masih dalam masa anak-anak saja sudah berani untuk merokok.
  Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang berakibat pada perilaku negatif, misalnya pergaulan bebas, pencurian, kekerasan yang dilakukan oleh anak, anak menjadi tidak jujur, sikap individual yang sangat tinggi, tidak peduli terhadap sesama, tidak menghargai serta menghormati sesama, ketidaksopanan,dan lain sebagainya.
D.Gagasan ide
  Sebenarnya sekolah itu tidak hanya tempat untuk mencari ilmu dan membuat kita pandai, namun juga wadah kita belajar untuk bermasyarakat dan bersosialisasi di lingkungan sekolah. Melatih kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual kita. Maka dari itu sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dan moral para siswanya, tidak hanya melulu tentang kepandaian dan pintarnya para siswa tetapi tidak ada moral di diri para siswanya. Upaya untuk menanamkan pendidikan karakter kepada anak merupakan sebuah tantangan yang besar. Karena, pendidikan karakter berupaya untuk menanamkan sebuah kebiasaan, nilai, dan cara pandang terhadap suatu hal. Pendidikan karakter sebagai solusi utama untuk membangun generasi masa depan bangsa yang berkualitas dan berkarakter kuat tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Semua membutuhkan komitmen bersama mulai dari guru, keluarga atau orang tua, masyarakat dan termasuk juga pemerintah. Pengendalian dunia digital harus disikapi dengan serius oleh semua pihak agar dapat membawa energi positif dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak untuk memajukan peradaban.Di antara semua pihak yang berpengaruh terhadap pendidikan karakter anak, keluarga atau orang tua merupakan pihak yang paling berperan dalam usaha ini. Jika keluarga atau orang tua dapat menyikapinya dengan bijak, maka karakter anak akan terbentuk dengan mudah menyesuaikan cara didik keluarga atau orang tuanya. Sebab keluarga atau orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi putra/putrinya. Sehingga peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam pengasuhan anak.
   Orang tua dituntut cerdas di tengah perkembangan zaman, karena bekal pendidikan di sekolah saja tidak cukup untuk membekali anak-anak. Maka perlu peran penting keluarga atau orangtua dalam hal pengawasan, baik di dalam keluarga, lingkungan, maupun sekolah. Berikut ini adalah upaya untuk membentuk karakter anak menjadi lebih baik yaitu di antaranya :Orang tua harus selalu mengupgrade pengetahuannya tentang dunia digitalisasi saat ini, khususnya tentang aplikasi-aplikasi smarthphone/android yang biasa digunakan anaknya. Sebab, orang tua tidak mungkin dapat mengontrol dan mengawasi anaknya jika orang tuanya sendiri tidak update terhadap perkembangan dan pengaplikasian teknologi yang ada. Serta membatasi dan meminimalisir penggunaan internet dan gadget pada anak agar tidak kecanduan dan mengganggu waktu belajarnya. Upaya ini akan lebih maksimal dan berhasil jika keluarga atau orang tua tidak juga disibukkan dengan dunia mereka sendiri, khususnya dunia gadget atau smartphone saat bersama dengan anak. Para ahli dan psikolog mengungkapkan bahwa anak yang diasuh oleh orang tua yang sering kali sibuk dengan dunia mereka sendiri, khususnya dunia gadget atau smartphone akan membuat anak menjadi mudah kehilangan fokus. Orang tua yang sering kali bermain smartphone saat bermain bersama anak, akan membuat anak menjadi kurang konsentrasi, kurang percaya diri dan kurang perhatian.
   Guru pun pada saat pembelajaran bisa memberikan nasihat dan dampak negatif dari teknologi digital tersebut, supaya anak menjadi paham dan mengerti bahwa keseringan bermain dengan gadget itu juga ada bahayanya sehingga anak menjadi tidak terlalu sering memainkan gadget ataupun teknologi lainnya. Serta guru pun tidak perlu memperbolehkan anak usia dini atau di sekolah dasar untuk membawa handphone karena belum waktunya di anak usia dini pendidikan sekolah dasar sudah diperbolehkan membawa handphone pada saat pembelajaran.