Andai saja  dosen itu tahu bahwa bedak yang di pakai ibu saya  tidak bisa melekat lagi di muka .  Karena sinar matahari sudah membuat membuat muka ibu saya bebal dan gersang, bedak tidak lagi dapat menempel. Walaupun bedak cemong dan keriput pula,tapi senyum kebanggaan tidak lepas dari wajah yang sudah senja itu,senja dibawah terik matahari mencari uang untuk calon sarjana dalam keluarga saya. Semua dilakukan dengan sepenuh hati.
Andai saja dosen itu tahu betapa bangganya ayah saya bercerita kepada kawan sejawatnya,kawan yang sering berjalan bersama-sama ke kebun dan  kawan kerja serabutan bahwa sebulan lagi kakak saya akan wisuda. Maka dari itu dia menitipkan kebunnya kepada kawan sejawatnya agar tidak dimaling, ayah akan ke kota menghadiri acara wisudahan kakak saya barang tiga hari saja.
Andai saja dosen itu tahu betapa bangga kedua orag tua saya, akhirnya di kedua  tangan mereka yang kasar serta buta huruf itu  akhirnya  anak mereka sampai jadi sarjana berprestasi pula.
Ah aku tidak menyalahkan dosen itu, Sa. Bukan salah dia, dia mana tahu betapa melaratnya keluarga saya. Andai saja dosen itu jadi saya!.
Mendengar perkataan teman sekalas saya itu saya terdiam, kami terdiam selama sepuluh menit. Aku tidak tahu harus berbicara apa untuk memecah keheningan, suasananya gak enak.
"Ah Dosen itu mana tahu, dia kan setiap kuliah pasti cerita bapaknya yang Tentara itu, bapaknya yang punya pangkat tinggi, bapaknya yang berkuasa pada masa Orde Baru. Hidup berkecukupan, disegani dan bla.....bla" Â kalimat itu meluncur saja keluar dari mulut saya, tapi saya tidak mengada-ada, setiap mahasiswa yang pernah menghadiri perkuliahannya pasti tahu tentang cerita "Sang Tentara".
*****
Ah terimakasih atas kuliah berharganya, hari itu saya kuliah didepan Bunga Kantil .
