Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Masak Kuning, Ibu, dan Sejuta Memoar

15 Agustus 2018   11:38 Diperbarui: 16 Agustus 2018   16:34 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki tahun ketujuh menjadi anak rantau membuatku sadar betul bahwa segala momen yang kita lalui dengan keluarga betapapun sepelenya itu adalah sangat amat berharga. Momen sepele itu bisa jadi saat kita bertengakar berebutan makanan dengan saudara kita, berebutan remot televisi, diomeli ibu karena kita sibuk main dan lupa waktu, membantu ibu mengupas bawang, menggerutu ketika disuruh ke warung, makan bersama, nonton sinetron  bersama, dan sebagainya.

Momen-momen sepele itu kalau saja ada rekamannya mungkin akan selalu aku putar di malam-malam di tanah rantau, ketika semua teman-teman di kota rantau sibuk memposting tiket nonton ke bioskop. Biar mereka nonton film-film itu, aku  di rumah saja memutar kaset momen-momen berharga itu. Membayangkannya saja sudah membuat hati saya hangat.

Dulu saya selalu kesal dipanggil dan disuruh bangun ketika subuh menjelang, kesal dengan ibu karena masakannya tidak pernah berubah, kesal dengan ibu karena disuruh mandi. Hari ini aku merindukan segala hal yang melekat pada ibuku. Teriakannya, omelannya, kecerewetannya, baunya, nasehatnya, baju-bajunya, ajarannya aku rindu itu semua, terutama masakannya. 

Sering membayangkan setelah lelah bekerja seharian kudapati masakan ibu yang masih panas sudah menungguku di meja makan. Kenyataannya, sekarang aku sering membeli masakan siap saji. Beruntung sejak usia dini aku sudah diajari ibu memasak, ya walaupun rasanya tidak  seenak masakan ibuku. Tapi kata teman-temanku aku adalah orang yang pintar masak hahahah.

Kalau libur selalu aku sempatkan memasak resep yang diajarkan ibu dulu. Minggu lalu sengaja aku dan temanku yang kebetulan satu kampung pergi kepasar untuk membeli bahan-bahan untuk memasak "Masak Kuning". 

Ibu dan orang-orang kampung kami menyebutnya "Masak Kuning", entah ditempat lain masihkan namanya "Masak Kuning"? Disebut masak kuning mungkin karena kuahnya berwana kuning kental. Karena jarang masak saya dan temanku membeli lengkuas, kunyit, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, kemiri, daun salam, serai, dan daun bawang hanya untuk sekali masak saja. 

Tidak lupa membeli ikan lele empat ekor yang berukuran sedang, ikan mas atau mujair bisa juga, pilih sesuai selera. Untuk menambah sensasi asam kami memetik Buah Mbacang yang masih muda dua buah yang berukuran sedang. Mbacang itu buah yang banyak tumbuh di desa kami dulu, sekarang di kota sulit menemukannya.

Kebetulan di pinggir jalan menuju pasar ada pohon Mbacang yang sedang berbuah. Sebelum pergi ke pasar kami mampir ke rumah pemilik pohon Mbacang itu untuk meminta tiga buahnya saja. Buah Mbacang ini menurut Wikipedia masih sekerabat dengan Mangga nama ilmiahnya Mangifera foetida Lour. Sedang di Thailand disebut ma mut, Myanmar menyebutnya la mot, sementara dalam bahasa Inggris disebut bachang atau horse mango.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
Batang serai satu buah, cabe rawit dan cabe keriting masing-masing delapan buah atau sesuai selera pedasnya, bawang putih satu siung, kemiri tiga sampai empat buah. Kunyit satu buah berukuran setengah ibu jari, tapi harus kunyit yang sudah tua agar warna kuning yang dihasikannya bagus. 

Lengkuas satu buah ukuran sedang semuanya rempah-rempah itu ditumbuk sampai halus. Kata ibu saya bumbunya akan lebih enak kalau ditumbuk langsung pakai cobek jangan pakai blender.

Kalau pakai blender rasanya akan berberda , entah benar atau tidaknya serta kalau ikannya ikan alami "Masak Kuning" akan lebih enak dan segar. Ikan alami maksudnya ikan yang tidak memakan por atau pelet, ikan yang hidup diempang-empang yang banyak dipelihari oleh orang desa kami dulu, atau ikan yang hidup di sungai.

Untuk yang satu ini saya tidak bisa menemukannya, aku dan temanku membeli ikan lele di pasar, ikan yang sengaja diternakan untuk dijualkan dan tentu makan por atau pelet ikan.

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi
"Masak Kuning" ini istimewanya tidak pakai minyak goreng.  Setelah ikan dibersihkan dan buah Mbacang sudah dipotong memanjang maka bumbu yang sudah ditumbuk tadi dimasukan kedalam wajan yang berisi air satu sampai dua gelas, setelah airnya sedikit mendidih ikannya dimasukan. 

Setelah ikannya masak masukan Mbacangnya, kalau Mbacangnya sudah dimasukannya jangan terlalu lama didihkan hal ini untuk menghindari Mbacangnya jadi lembek. Sentuhan rasa terakhir masukan daun salam dua sampai tiga buah, masukan potongan daun bawang jangan lupa masukan garam sesuai selera. Hidangkan "Masak Kuning"  bersama nasi panas, nasi dari padi yang baru dipanen.

Tidak lupa lalapan, lalu santap bersama orang-orang tercinta anda, keluarga atau teman misalnya. "Masak Kuning" ditemani nasi panas disantap bersama keluarga tercinta ditengah persawahan, suasana yang tidak mungkin aku dapat ditengah hiruk pikuk kota.

Sensasi rempah-rempah, pedasnya cabe, masamnya buah Mbacang, angin sepoi-sepoi ditengah sawah, suara berisik adik-adikku yang berebutan  piring, percapakapan ibu dan ayah tentang hasil panen adalah memoar berharga yang saat ini saya rindukan.

Betapa nyeseknya hati dikala memoar itu tiba-tiba berkelebat seperti bayangan ketika saya makan sendirian.  Untung minggu lalu saya makan  "Masak Kuning" bersama teman satu kampung kalau  makan sendiri ah entalah.

Do. Pribadi
Do. Pribadi
Doc Pribadi : Buah Mbacang
Doc Pribadi : Buah Mbacang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun