"Dia sudah ?"
Sepertinya laki-laki itu sudah tahu maksud perkataanku, dia benar-benar laki laki  gila  yang tidak  pernah  memakai  nuraninya . Dia  hanya  hidup  mengandalkan kelaminnya saja.
"Ya, dia sudah hamil tiga bulan"
"Sudah malam, yang mengantarmu pulang sudah menunggu".
Setelah kejadian malam itu ternyata kesedihan masih belum beranjak dari kehidupanku. Sekitar jam empat sore setelah pulang kerja seperti biasa Aku selalu diantar oleh rekan kerjaku dengan mobil
"Ada pesta ya? Â rekanku bertanya
 Kulihat gang rumah  sudah dihiasi dua janur kuning, banyak mobil parkir didepan rumah. Turun dari mobil warga sekitar rumah memandangku dengan pandangan mencibir sekaligus kasihan. Ternayata penyebabnya pesta pernikahan anak konglomerat, anak haji dan hajah, yang tidak jauh dari rumah. Pesta pernikahan laki-laki itu tidak cukup sekali saja, kali ini laki-laki  itu mengadakan pesta untuk kedua kalinya di rumah orang tuanya yang tidak jauh dari rumahku.Â
Sehabis  magrib  sebelum  pesta  pernikahan  itu  dimulai  Bi  Sumi pembantu rumah laki-laki itu mengentuk pintu rumah dan membawa bingkisan cantik entah apa isinya.
"Ini baju kebaya dari ibu, mohon diterima"
"Ibu ngundang, bajunya dipake ya"
Apa? datang kepesta dengan baju kebaya ini? mendengar perkataan Bi Sumi hatiku mendidih. Ya tuhan tidak saja laki-laki itu yang tidak berperasaan ternyata Si hajah ibu kandungnya  sama, sama-sama tidak berperasaan!.