NAMA : ELSA OPTIANNA SIDABUTAR
NIM: 180930001
Di era yang serba digital dan serba media sosial ini, banyak informasi yang dapat kita peroleh dengan cepat, bahkan sampai pelosok negeripun kita dapat mengetahuinya. Media menjadi salah satu alat penyambung lidah pemerintah dan rakyat pula.
Tetapi, dibalik kemudahan informasi yang kita peroleh, tak jarang pula kita menemui adanya hoaks dan provokasi. Hal tersebut terjadi karena ulah beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dan berniat untuk memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia ini.Â
Ujaran kebencian dan berbagai fitnah pun menyebar luas dan tak sedikit dari rakyat Indonesia yang menelan mentah-mentah berita yang tidak jelas darimana asal-usulnya.
Sebagai generasi bangsa, generasi yang berpendidikan, masalah ini seharusnya menjadi pondasi bagi kita untuk berpikir dan bertindak. Kita dituntut untuk memahami dan menelaah Segala sesuatu secara menyeluruh Sikap apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hal seperti ini ? Sebagai penerus bangsa, apakah kita akan membawa bangsa ini kearah yang lebih baik ataukah akan mengalami kemunduran
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Kemudian konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih atau kelompok, dimana salah satu pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuat tidak berdaya.Â
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi.Â
Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat, jika konflik terkontrol maka akan menghasilkan integrasi, namun ketika integrasi tidak sempurna maka akan menyebabkan konflik
Sebagai negara yang multikultur, sangat sulit memisahkan Indonesia dari berbagai macam persoalan yang menyangkut tentang perbedaan yang ada.Â
Konflik sosial ini dapat disebabkan karena perbedaan individu, perbedaan latar belakang kebudayaan atau mereka masih bersifat kesukuan, dan perasaan mayoritas atas minoritas.Â
Hal tersebut sudah menjadi penyakit lama yang hinggap dalam tubuh negeri ini dan menjadi sebuah kebiasaan yang sulit dihilangkan.Â
Terlebih lagi dengan budaya yang lahir dari kebiasaan jelek masyarakat Indonesia yang tidak gemar membaca dan menelaah maksud dari suatu berita atau memahami suatu masalah secara menyeluruh dapat memicu maraknya kasus provokasi. Karakteristik masyarakat inilah yang memudahkan pelaku provokasi untuk menyebarkan berita palsu dan memecah belah persatuan negara ini.Â
Apalagi di era yang serba digital ini, orang akan semakin mudah menerima informasi dari berbagai penjuru daerah. Jika karakteristik masyarakat tersebut tidak segera diperbaiki, maka kejahatan hoaks atau provokasi tersebut dapat mengganggu keamanan nasional dan merusak persatuan bangsa, serta cita-cita bangsa tidak akan terlaksanakan sebagaimana mestinya
Rendahnya kesadaran dan sikap toleransi sebagai masyarakat multikultur adalah salah satu pemicu munculnya berbagai konflik sosial.Â
Apalagi di masa sekarang ini banyak terdapat oknum yang ingin memecah belah persatuan negara Indonesia dengan cara memprovokator sejumlah komunitas yang berpengaruh bagi masyarakat, seperti contoh dengan melibatkan tokoh agama, tokoh budaya, dan tokoh politik.Â
Provokator tersebut berusaha menggiring opini masyarakat Indonesia dengan cara menyebarkan hoax atau berita palsu melalui media sosial, atau dapat juga dengan memberikan ujaran kebencian kepada pihak yang bersangkutan tanpa adanya tanggung jawab.
Contoh hal lain bisa kita lihat Penyebab konflik Papua, yaitu sengketa historis terkait integrasi Irian Barat ke Indonesia, kasus pelanggaran hak asasi manusia yang belum terselesaikan, dan meningkatnya marginalisasi dan diskriminasi terhadap orang Papua, masih belum terselesaikan.Â
Multikulturalitas budaya harus dikelola dengan baik, agar tidak menjadi sumber utama konflik dan perpecahan, ataupun timbulnya dominasi kelompok mayoritas atas minoritas. Tuntutan untuk saling menghargai dan memberi ruang bagi kelompok yang berbeda harus dikedepankan. Kesadaran akan pentingnya memahami masyarakat yang multikultur harus sudah dikembangkan sedari keci.
REFRENSI
Bramajaya, Eunike Kyudasai Louis. "KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT MULTIKULTURAL DITINJAU DARI MASYARAKAT PANCASILA."