Kamu tahu kata merdeka. Yah, merdeka. Kata itu, berasal dari kisah 1945 saat Soekarno berdiri di depan sekelompok orang dan membacakan teks Proklamasi.Â
Tetapi kamu perlu ingat, penggalan kalimat di atas tidak menggambar keseluruhan arti kemerdekaan saat itu. Kalau sempat waktumu, bacalah kembali catatan sejarah secarah utuh; kamu akan menemukan kisah dan makna yang sebenarnya dari penggalan kalimat di atas, MERDEKA saat itu.Â
Saat usia kemerdekaan diperingati tahun 1946, kamu masih menemukan rasa dan aroma yang sama tentang Merdeka. Yah, itu tentang merdeka, tentang keinginan yang kuat didorong rasa bersama untuk bebas dari penjajahan.Â
Saat kamu menanam kopi dan mencium aroma kebebasan di masa panen, saat kamu membajak sawah dan memeluk bulir padi yang hampir menguning tanpa senyum kecut, saat subuh kamu disambut dengan desahan napas yang panjang untuk melangkah ke pabrik tanpa teriak dan cacian, saat pelita redup dan kamu mengenggam batu pualam untuk menulis tentang mimpi anak cucumu di usia kemerdekaan 100 tahun yang akan datang.
 Yah itu tentang merdeka. Merdeka di saat mimpimu penuh asa dan harap akan generasi yang sejahtera dan bahagia di masa yang akan datang. Kamu pergi ke dapur dan menemukan pemilik asap telah menyediakan secangkir air putih dan singkong yang menggoda.Â
Kamu berbisik kepada dia tentang anak cucumu yang akan mengubah singkong menjadi makanan khas tanah hayatmu. Apa jawabnya untuk bisikmu? Yah itu bisik tentang merdeka, tentu dia takan meninggalkan senyum kecut atas mimpi merdekamu.
 **************
 Kamu tahu itu merdeka. Yah, merdeka. Merdeka di jaman generasimu yang pernah kamu mimpikan. Mereka merdeka, yah merdeka dari situasi tentang penjajahanmu waktu itu tetapi tidak merdeka dengan "penjajahan" yang luput dari mimpimu waktu itu.
Kamu tahu merdeka saat ini?
kamu tahu merdeka dari penjajahan oleh generasimu sendiri?
 -. Mereka berteriak tentang kesejahteraan, tetapi mereka pelaku korupsi. Maaf, mungkin waktu itu, kamu tak sempat dikenalkan dengan istilah ini.
 -. Mereka berteriak tentang keadilan sosial, tetapi mereka saling menghujat untuk merebut keadilan.
 -. Mereka berteriak tentang Ke-Tuhanan, tetapi mereka menggunakan nama Tuhan untuk saling membunuh
 -. Mereka berteriak tentang generasi yang cerdas, tetapi mereka menggunakan generasi masa depanmu untuk kepentingan bisnis semata
 -. mereka bereteriak tentang tanah yang subur, tetapi petak sawah yang kau tinggalkan sudah dibangun gedung mewah berpuluh tingkat
 -. Mereka berteriak tentang persatuan anak negeri, tetapi di belakang mereka saling menunggu untuk menjegal
 -. mereka berteriak tentang NKRI harga mati, tetapi posisi tawar negara warisanmu mati harga karena tanah warisanmu sudah dicaplok asing
 Mereka berteriak banyak hal kakek, tetapi mereka lupa mendokannmu yang sudah bersembah sujud di hutan gerelia demi Tanah hayat kita Indonesia.Â
 Kakek, selamat hari bahagia kemerdekaan tanah hayat kita NKRI. Semoga secuil mimpimu sudah sempat kami abadikan dalam karya-karya kami.
 Salam hormat para pejuang kemerdekaan.
 Maafkan mimpimu yang masih tercecer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H