Beberapa opsi bisa diambil guna mendukung independensi kebenaran informasi dan pengetahuan serta menghindarkan publik dari opini yang keliru. Misalnya dengan menarik diri dari opini publik yang keliru, Mengambil jarak dari kekuasaan dan mengambil peran penyeimbang dalam hegemoni opini publik. Â
Oleh karena itu kaum intelektual harus keluar dari keterkurungan diri dengan membangun kesadaran kritis terhadap perubahan sosial dan politik yang terjadi. Kaum intelektual Indonesia harus berpijak pada kebenaran dan keadilan, bukan lagi tunduk pada kekuasaan. Peran kaum intelektual Indonesia adalah mengembalikan eksistensi diri mereka pada jalur yang benar.
Kaum intelektual Indonesia berperan dalam membangun kesadaran kritis bangsa Indonesia. Seperti yang dianjurkan oleh Gramsci, kaum intelektual Indonesia tak hanya bisa duduk diam terhadap ketidakadilan yang terjadi melainkan turut campur tangan dengan membangun kesadaran pada masyarakat akan situasi ketidakadilan yang menimpa masyarakat. Refleksi kritis kaum intelektual Indonesia diharapkan mampu membuka kedok tipu daya berita bohong, informasi hoax, dan penggunaan kajian ilmiah yang sesat untuk kepentingan pemenangan kelompok. Dengan merebut kembali opini publik, masyarakat mampu menyerap sumber pengetahuan yang benar agar mampu menentukan pilihan yang tepat dalam pilpres April 2019.Â
Salam Waras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H