Mohon tunggu...
Robertus Elyakim Lahok Bau
Robertus Elyakim Lahok Bau Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi di Komunitas Secangkir Kopi

Aktif menulis di media masa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesejahteraan Masyarakat: Rezim Makna

22 Februari 2019   12:52 Diperbarui: 24 Februari 2019   15:34 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: arrick.info

 (Catatan Lepas)

 

Hampir semua isu yang dimainkan sebagai dasar perjuangan di negeri ini adalah isu kesejahteraan masyarakat. Para politisi di parlemen meletakan dasar perjuangan dengan nilai keadilan sosial untuk kesejahteraan masyarakat.  Wirausahawan  menghasilkan  produk untuk memudahkan manusia hidup sejahtera. Masyarakat pekerja berjuang banting tulang agar mencukupi kebutuhan hidup dan masuk dalam kategori hidup sejahtera.  

Begitu pula mahasiswa yang mulai mengenal dan terlibat dalam organisasi kemahasiswaan selalu mendengungkan kesejahteraan masyarakat dalam semangat perjuangan mereka. Para rohaniawan terus berkhotbah dengan penuh semangat kepada umatnya agar mereka hidup sejahtera di dunia. Anak-anak sudah ditanamkan untuk  belajar dan bekerja keras agar nanti cita-citamu menjadi orang yang sejahtera tercapai. Dan Cendikiawan pun "mati terperangkap" dalam hegemoni konsep kesejahteraan masyarakat.  

Siapa lagi yang tidak membicarakan kesejahteraan masyarakat dan dengan penuh semangat memperjuangkan kesejahteraan?  Kita hampir tak bisa lagi keluar dari standar hidup yang sudah dibenarkan secara umum yakni hidup sejahtera. Hidup yang baik dan benar adalah hidup yang sejahtera.

Demikian konsep ini sangat mengakar kuat dalam masyarakat dan tak ada pilihan lain selain hidup sejahtera. Hidup sejahtera adalah hidup yang makmur, hidup yang berkecukupan tanpa kekurangan apa pun. Akan menjadi keliru jika manusia mengekalkan konsep tunggal ini. 

Dengan demikian apakah keliru jika konsep kesejahteraan menjadi konsep satu-satunya yang harus diperjuangkan oleh manusia selama ia hidup? Jawabannya yah keliru. Masih banyak konsep untuk  tujuan kesempurnaan manusia. Selain kesejahteraan, konsep kebahagiaan dan kesuksesan hidup manusia merupakan pilihan lain untuk tujuan kesempurnaan hidup. 

Konsep kesejahteraan tidak sama dengan konsep kebahagiaan dan sukses manusia. Jualan konsep kesejahteraan hemat saya dibangun oleh keinginan manusia untuk memiliki perangkat dan fasilitas yang memudahkan dia dalam beraktivitas. Standar hidup sejahtera meliputi kelimpahan penghasilan (pendapatan),  ketersediaan sandang dan pangan, rumah mewah, dan akan lebih sejahtera bila fasilitas kendaraan roda dua dan roda empat mencukupi.  Itulah ukuran hidup sekarang.  Dengan kecukupan pada beberapa elemen kesejahteraan tersebut mungkinkah kebahagiaan akan datang dengan sendirinya? Belum tentu. Demikian pula sejahteraan pun belum tentu menjadi ukuran kesuksesan.

Akan menjadi pongah jika pemerintah memakai standar kesejahteraan ini dalam mengukur tingkat keberhasilan kerja pemerintah. Dengan ukuran yang tidak jelas ini akhirnya pemerintah  memposisikan manusia pada kelas-kelas tertentu berdasarkan indikator kepemilikan barang berharga, standar rumah layak, pendapatan (gaji) yang cukup dan beberapa indikator kesejahteraan lainnya. Sudah cukupkah kita mengukur tingkat kemanusiaan manusia dengan rezim makna ini.

Dalam permenungan ini, saya menemukan satu bentuk tawaran untuk memaknai realitas masyarakat dari Komunitas  Salihara yang membuka ruang Kelas Filsafat, Seni ketaksemapahaman: Deridda dan Hermeunetika Radikal di Youtube dengan pembicara F. Budi Hardiman dipublikasi 22 Agustus 2016.

Jacques Derrida lahir di El Biar, Aljazair, 15  Juli 1930 seorang Filsuf kontemporer Prancis mengemukakan cara berpikir yang lain dalam memaknai konsep kehidupan.  Agar kita dapat memahami teks realitas kehidupan maka teks tersebut semestinya didekontruksi. Demikian F Budi Hardiman menjelaskan Deridda menawarkan teori dekonstruksi yang dipahami dengan konsep Diferong: Penundaan/penagguhan sekaligus pembedaan makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun