Mohon tunggu...
fazlurrahman elrazie
fazlurrahman elrazie Mohon Tunggu... -

fazlurrahman elrazie. kini masih sebagai seorang mahasiswa yang mencari sebuah harapan, keinginan, mimpi dan cita-citannya didalam proses perjuangannya. tentang semua hal itu, kini ia siap terus berjuang dan berperang untuk menjadikannya harapan itu sebagai sesuatu yang akan nampak dipermukaan. go fight jurnalis muda!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Seleksi Alam Merubah Makna Suatu Kata

6 Maret 2010   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:35 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah gambar kiriman salah satu temanku. ku harap tak terfikirkan adanya implementasi negatif.  Karena bila ditelaah lebih jauh, tulisan itu dimaksudkan untuk "GUNAKAN LISTRIK SEPERLUNYA" sebuah pesan positif untuk tidak boros dalam pemakaian dan penggunaan listrik. Selain untuk menghemat biaya pesan itu juga bernilai tinggi karena dapat mengurangi dampak negatif dari pemakaian listrik yang berlebihan. Namun entah kenapa, seiring dengan memudarnya huruf L dan K. pesan positif itu berubah menjadi suatu kalimat yang mengandung pelecehan, tidak manusiawi bahkan mungkin bagi sebagian kaum wanita bisa dikatakan tulisan itu tak memanusiakan manusia dan tidak memiliki pesan moral sedikitpun. karena toh wanita juga adalah mahluk ciptaan tuhan yang terkadang ingin ditinggikan dan dipoposisikan selayaknya manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Yaitu, suatu kedudukan atau  Keberadaan manusia sebagai mahluk penguasa bumi yang memegang peranan penting atas alam dan seisinya yang telah Tuhan titipkan kepadanya yang membuat manusia berada lebih tinggi dari mahluk manapun entah itu binatang, tumbuhan atau apapun benda yang ada dibumi. Maka cukup jelas,  Wanita bukan barang atau apapun yang dapat digunakan begitu saja, seenaknya atau juga hanya diambil keuntungannya saja. Yang lebih sadisnya, Wanita bukan sesuatu apapun yang halal dibuang setelah dipakai. Maka wajar bahkan pantas apabila kata-kata itu dikategorikan kedalam bahasa yang tidak memanusiakan manusia. Di negaraku, wanita dan anak-anak ditinggalkan. Di negaraku. wanita dan anak-anak kelaparan. Di negaraku, wanita dan anak-anak mencari penghasilan. Dan dinegaraku, sang bapak berkeliaran. Ditengah-tengah maraknya poligami, kawin kontrak dan pengesahanUU nikah siri. Aku ditampar oleh tayangan-tayangan televesi tanah air yang mendeskripsikan betapa malangnya seorang ibu yang menggantikan peranan sang bapak dan betapa kejamnya seorang anak yang seharusnya duduk dibangku sekolah dengan memakai seragam rapi dan beberapa buku di genggaman tanganya. Ia harus memeras keringat dengan mengamen bahkan meminta-minta dijalanan.  Sungguh naas, bukan buku yang ada digenggaman tangannya tapi sebuah gitar, gelas aqua kecil,  atau apapun  saja yang dapat menjadikannya seseorang yang patut dikasihani.  Tak cukup sampai disitu, ia pun harus  rela berada ditengah teriknya matahari diwaktu dimana ia seharusnya duduk nyaman diatas bangku yang menjadikannya siap menatap masa depan.

Bermaksud positif namun akhirnya negatif. Mungkin itu suatu titik tolak yang pantas untuk istilah-istilah yang dinamakan poligami ataupun nikah siri. Betapa tidak?, layaknya tulisan dinding "GUNAKAN LISTRIK SEPERLUNYA" yang di awal kemunculannya berisi pesan-pesan positif. Seiring perubahan dan seleksi alam kini telah berganti dengan suatu argumen atau anggapan yang keliru. Menilik sejarah awal kemunculan poligami contohnya,  Selain dikategorikan sunnah Rasul poligami juga dimaksudkan agar kaum yang berpoligami bersifat adil, saling menolong,  peduli dan mampu menjaga wanita. oke, kurang lengkap sepertinya kalo aku tidak bercerita tentang mengapa Rasulullah S.A.W (jawab: sollualaih) beristri banyak. Suatu ketika, Pernah kubertanya kepada seorang guru yang mengasuhku. "maaf bu, kalo misalnya bapak ingin menikah lagi atau bahasa kerennya berpoligami ibu siap?" celetukku mengawali pembicaraan dipagi itu. Guruku: "Alah kamu nh apa toh gus?". Dengan perasaan malu, g enak, sungkan, dan bingung kenapa aku berani-beraninya bertanya seperti itu  dan bahkan perasaan takut pun kini mulai menggelantungiku. Jauh dalam lubuk hatiku Bertanya "Aku iki kok goblok yo? isuk-isuk wes golek perkoro! petuk petuk!" Cukup lama aku terkunci dalam ketidak nyamanan ini. Hingga akhirnya perasaan takut, malu, g enak dan apapun itu memudar bahkan rasanya percakapan ini tak perlu diteruskan lagi karena aku kini ingin tertawa lepas mendengar tanggapan Guruku. "it's oke, selama kewajiban lahir batin tercapai, kenapa tidak?" (its oke? wasaili? sejak kapan orang yang aku takuti karena sungkanku terhadapnya ini berubah jadi ibu-ibu gaul? hahaha). "Dan meskipun itu sunnah rasul tapi kita terlebih dahulu mengetahui apa tujuan sunnah itu sebelumnya" lanjut guruku. Kemudian jadilah Ia bercerita panjang lebar tentang mengapa Rasulullah berpoligami (beristri banyak). Di awal pernikahannya dengan Siti Khadijah waktu itu Siti khadijah adalah wanita muslim pertama (dengan kata lain satu-satunya)  dan berumur 40 tahun dengan status janda beranak empat. Kemudian Saudah binti Zum'ah adalah seorang wanita umur 70 tahun berkulit hitam dengan 12 orang anak yang ditinggalkan suaminya yang meninggal di medan pertempuran ketika membela Nabi. Selain itu juga dengan menikahinya diharapkan Nabi mampu melindunginya agar tidak murtad karena memang padawaktu itu Saudah sedang diguncang keimanannya dikarenakan ditinggalkan suaminya dan ketidaksanggupannya untuk menafkahi keduabelas anaknya. Istri ketiga, Aisyah dinikahi saat aisyah sudah baligh (umur 9thn) namun tinggal dengan Nabi saat umur 19 tahun (tidak dapat dikategorikan fedofil, karena memang tujuannya tidak untuk keperluan hawa nafsu semata). selama belum tinggal dengan Nabi Aisyah hanya sebagi seorang murid yang berguru kepada nabi meskipun status aslinya sudah menikah. Dan diharapkan kelak Aisyah dengan statusnya sebagi wanita yang cerdas mampu mengajarkan masalah kewanitaan sepeninggal Nabi kepada seluruh umat islam. Kemudian dilanjutkan Hafsah binti umar, Zainab binti jahsy, Ummu salamah, Ummu habibah, Juwariyah bin al-harist, shafiyyah binti hayyi, Maimunah binti al-harist, Zainab binti khuzaimah, dan Mariyah alqibtiyah. Oke cut-cut! (bak sutradara yang memotong cerita), Muncul inisiatif untuk membuatkan tabel kenapa dan mengapa Nabi berpoligami agar menghindari kebosanan dalam membaca ceritanya. cekidot...
(nb: jika tabel kurang jelas, coba klik image yang bersangkutan) Lanjut, Banyak orang mengatakan bahwa poligami itu sunnah Rasul. Sehingga banyak orang juga yang berpoligami dengan alasan bahwa itu sunnah Rassul. Namun sebenarnya jika ditelaah lebih jauh atas kehadiran Poligami. Keadilanlah sebenarnya yang memegang peranan penting atas kehadiran poligami sebagai anjuran sunnah rasul. Jadi, dapat dikatakan seharusnya untuk alasan berpoligami lebih berbobot jika keadilanlah yang memacu setiap orang untuk berpoligami. Maksudnya, jika sunnah rasul dapat dikategorikan sebagi alasan klasik maka alasan modernnya adalah menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Tentu saja, dengan berpoligami maka para poligamers harus siap untuk menjunjung tinggi nilai nilai keadilan.  Dan jika keadilan itu tercapai, tentu saja aplaus untuk anda wahai manusia-manusia adil. (poligamers: suatu istilah yang aku rumuskan untuk orang-orang yang berpoligami, anda boleh setuju ataupun tidak. Karena itu hak anda). Ketika aku bertanya kembali tentang konsep keadilan apa yang diharapkan seorang wanita atas poligami? Kemudian guruku menjawab "keadilan itu bersifat semu gus, antara batasan hak dan kewajibanpun tak cukup menggambarkan makna keadilan itu sendiri. Dan Meskipun dilain sisi seorang wanita telah mendapatkan hak-haknya sebagai seorang istri yang dipoligami namun tetap saja status itu masih sebagai hal rumit yang tidak mampu dilaksanakan dengan mudahnya. Kemudian aku bergumam dalam batinku "Sebegitu rumitkah keadilan itu?" jika keadilan itu sendiri amat rumit lantas bagaimana dengan poligami? hanya orang-orang yang diberkahi keluhuran akhlak dan morallah yang pantas menyandang poligamers. Lama aku terdiam memikirkan hal itu, tiba tiba saja terdengar kata-kata "wes ndang sekolah kono, wes jam piro iki?" akhir kata guruku menutup pembicaraan dikala itu dan bergegas masuk keruanganya. Astaga! saking asyiknya mengobrol, akupun sampai lupa atas kewajibanku. (hufth, Kayaknya aku gak cocok jd poligamers nh. hehe ^_^). Oia, pesan untuk kawan! jangan pernah menginterpretasikan hal yang positif kedalam hal-hal yang berbau negatif. contohnya, berpoligami dahulu kala adalah hal yang sangat luhur namun kini banyak sebagian manusia yang tak bertanggung jawab menggunakan sejarah yang baik tentang poligami untuk kepentingannya semata yang menjadikan citra buruk atas poligami. Untuk masalah nikah siri saya rasa setuju dengan pihak pemerintah. Ingat! kita berada dalam lingkungan Negara berkedaulatan bukan negara yang tanpa aturan. Meskipun dalam islam tidak dipermasalahkan namun al-qur'an juga tidak menganjurkan umatnya untuk melanggar aturan negara. So, posisikanlah semuanya itu pada posisinya agar semua benar adanya, agar semua berjalan pada porosnya dan agar semua dapat berfungsi sesuai fungsinya. Dan Untuk kawin kontrak? mahluk dari manakah dia? aku tak pernah mengenalnya dan tak ingin mengenalnya. see you ^_^ *tulisan ini pernah dimuat di: http://esperanzadelucha.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun