Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pemilik semesta, Â atas berkah dan rahmat-Nya sebuah naskah karya guru dan siswa SD Negeri 10 Muntok dapat terangkum dalam bentuk sebuah buku. Buku ini kemudian diberi judul "Cerita Kami; Spirit of Kajak ilah Mo, Cuplikan Kisah-kisah Anak Jerieng Kampung Pal 4 Mentok".Â
Sebagai buku kumpulan tulisan karya guru dan siswa, tulisan yang dimuat dalam buku ini menjadi bukti bahwa sebenarnya siswa itu mampu memberikan karya, meski hanya sekedar seadanya saja, sesuai dengan batas kemampuan yang mereka milik
SPIRIT OF KAJAK ILAH MO
Kajak ilah mo adalah bagian dari ungkapan yang ada pada bahasa Jerieng di Bangka, yang berarti sebuah penegasan akan sesuatu (mengiyakan). Misalnya jika disebutkan "kau pandei temen bekisah" di jawablah dengan penegasan "kajak ilah mo" ('kamu pandai sekali bercerita' dijawab 'memang begitulah/iya betul'). Kajak itu bisa berarti emang, dan kadang menyesuaikan dengan kalimat. Ilah itu merupakan pemaknaan dari iya dan atau betul, tergantung kalimatnya. Sedangkan 'mo' adalah sebagai kata pelengkap, tidak memiliki arti secara khusus
Pernyataan ini (kajak ilah mo) merupakan petikan kalimat pendek yang akrab di tengah masyarakat yang berbahasa Jerieng, pun demikian sekarang juga sudah akrab di pulau Bangka, khususnya di Mentok
Jerieng sendiri merupakan bagian dari rumpun Melayu yang ada di Bangka, yang dikenal penduduknya dengan orang darat (kadang juga disebut orang gunung) dan orang laut (Sekak). Melayu Jerieng ini merupakan bagian dari orang darat
Jerieng adalah salah satu kelompok masyarakat Melayu Bangka yang tinggal di wilayah Kecamatan Simpang Teritip dan sekitarnya, termasuk dalam hal ini kampung Pal 4 Daya Baru Mentok
Secara budaya, sebagaimana dalam tulisan Suryan (2018) yang berjudul "Orang Jerieng di tengah Masyarakat Bangka" menyebutkan bahwa tidak banyak perbedaan dengan komunitas melayu lainnya yang ada di Bangka, hanya pada bahasa yang sedikit unik, baik dari tata cara pengucapan maupun logat kata
Masyarakat Jerieng tergolong mudah beradaptasi dan penyesuaian, karena secara dialek dan logat bahasa tidak banyak hal-hal yang rumit dari pelafalannya, dari segi adat istiadat dan budaya juga tidak banyak perbedaa