Tantangan Ibu Betti Risnalenni Mengelola Sekolah di Yayasan Insan Kamil
Masa pandemi covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi pelaksanaan pendidikan di sekolah di seluruh Nusantara. Semua kekuatan telah dikerahkan untuk menyiasati dan menangani permasalahan tersebut.Â
Berbagai  intruksi, panduan/pedoman dan kebijakan telah dikeluarkan guna mengimbangi permasalahan yang terjadi, tak terkecuali sekolah yang berada di pelosokpun. Salah satunya sekolah tempat saya mengabdi, yang berada di ujung utara Negeri Sejiran Setason Bangka Barat. \
Menyikapi ini semua tak hanya dari pemerintah pusat, semua pihak hingga daerah juga ikut terlibat berupaya mengatasi ini. Dalam obrolan santai di luar jam sekolah para orangtua siswa mulai kelabakan terlibat dalamnya.Â
Mereka sepenuhnya menyerahkan kepada guru untuk mendidik anaknya, kini harus ikut berperan. Sungguh luar biasa, membagi aktifitas, untuk anak dan pekerjaan. Apalagi di masa covid 19 ini semua lini jadi tak karuan. PHK dan pemberhentian pekerjaan di mana-mana. Sekalipun petani dan nelayan, ikut terkena  imbasnya.Â
Permasalahan ini menjadi paranoid bagi para orangtua. Bahkan ada di antara mereka bergumam, "jikalau terlalu lama libur, anak kami akan jadi bodoh", sedang kami secara pendidikan juga tak mampu mengajarkan anak kami.
Kali ini, saya akan membagikan pengalaman seorang guru yang 'super' juga bisa dikatakan 'multi talen'. Ia juga seorang kepala sekolah dan mengelola sebuah lembaga pendidikan. Materi ini disajikan dari hasil belajar online yang lansung disampaikan oleh sang inspirasi tersebut, Senin (29/6/2020) melalui grup whatapps dan diperkaya dari berbagai sumber.Â
Dia adalah Ibu Betti Risnalenni, terlahir di Padang, 13 Agustus 1968. Mulai menjadi guru dan mengajar sejak tahun 1991. Lulusan IKIP Jakarta ini telah mendapatkan banyak penghargaan. Mulai dari guru dan kepala sekolah berprestasi se-Bekasi, juara 1 tokoh wanita berprestasi di bidang pendidikan dari walikota se-Bekasi, dan juara 1 wirausaha se-Jawa Barat.Â
Dunia mengajar memang hal yang tak asing baginya. Selain sebagai guru dan kepala sekolah, ia juga sempat dilatih pengajar dari Malaysia untuk mengajar aritmatika dan kemudian membuka kursusnya.Â
Betti merupakan orang ke-6 yang membuka kursus aritmatika di Indonesia. Awalnya, ia hanya punya tiga murid karena aritmatika saat itu belum banyak dikenal orang. Beliau punya prinsip yang sangat luar biasa, yaitu tak pernah lelah dalam mengajar.