Ia mulai menyebarkan ilmunya yang diperoleh dari tanah suci Makkah tersebutDi antara muridnya yang menjadi guru dan penugasan wilayahnya adalah Djidin kampung Ibul, Teret kampung Ibul, Djidan kampung Teritip, Aman kampung Peradong, Lipung kampung Pangek, Rinda (perempuan) kampung Peradong, Samah kampung Mayang, Wahab kampung Mayang, Dirun kampung Berang sampai naik haji, Ketak kampung Pelangas, dan Amat kampung Kacung. Kemudian turunan dari muridnya yang masih menjalankan tradisi tulis-menulis jawi (arab melayu), yakni wilayah sekitar Peradong adalah Kek Pi'i, Kek Klares, Kek Yasir, Kek Durahim (masyarakat asli di kecamatan Simpang Teritip), dan lainnya.
c.Makam Akek Peradong
Makan Akek Peradong (Kek Adong/Kek Dong sebutan lainnya) berada di pemakaman Dusun Peradong, tepatnya di belakang Masjid Baitul Mukminin. Tidak banyak yang tau akan cerita tentang Akek Peradong ini.Â
Makam beliau-pun tidak ada yang spesial, dan bahkan tidak akan diketahui jika tidak ditunjukkan oleh orang di sana. Menurut Mang Suden, beliau ini bukan orang Bangka, beliau berasal dari Bugis. Penyematan nama Akek Peradong ini karena di sana ada Sungai Peradong (dalam masyarakat lebih dikenal dengan Pekal Peradong), yang kebetulan juga searah dengan makam tersebut.
Versi mistis, seperti yang disampaikan oleh Mang Keman tetua adat Tempilang, menyebutkan bahwa dahulu ada 7 orang sakti yang ada di Bangka (bukan orang Bangka) yang menghilangkan identitas aslinya. Di antara mereka ada yang berasal dari pulau jawa. Akek Peradong sendiri menurut beliau adalah seorang Pangeran dari Kerajaan Singosari, namun tidak diketahui namanya.
Menurut Mang Suden, dahulu masyarakat di sana, termasuk beliau, sempat ingin merenovasi makam tersebut, tetapi entah bagaimana akhirnya tidak terlaksana. Padahal menurut beliau, sendirian saja mampu untuk merenovasinya. Secara sosial, ini untuk menjaga makam tersebut agar tidak dikenal dan dijadikan tempat untuk hal-hal yang berbau syirik.
d.Makam Akek Pelimbang
Makam ini terletak di ujung Dusun Menggarau, sama halnya dengan lokasi makam Haji Sulaiman, tetapi sedikit lebih mengarah ke arah sungai. Makam ini bergabung dengan kavling pemakaman anak keturunan Haji Sulaiman dengan posisi paling depan mengarah ke pinggir jalan. Makam ini tidak ada tulisan atau inskripsi sebagai informasi, namun jika dilihat dari ciri dan bahan nisan ini merupakan batu nisan Sumatra (Palembang atau Aceh).Â
Penilaian ini didapat setelah penulis memberikan foto makam tersebut kepada Said Deqy untuk diamati. Menurut beliau, jenis batu nisan ini adalah batu granit pasca tersier, batu ini tidak diolah atau diukir di Bangka, ciri ini banyak di makam Tangga Seribu Mentok. Nisan ini tipe B (botol), bukan cungkup dan tidak ada inskripsi. Biasanya nisan tipe seperti ini dipakai untuk para alim ulama' abad 17-18.
Selain penjelasan ini tidak ada informasi lain, tokoh masyarakat yang sudah sepuh di kampung tersebut juga tidak ada yang bisa menjelaskan tentang riwayat Akek Pelimbang tersebut, hanya saja menurut Mang Suden berdasarkan sepengetahuan dia dari cerita-ceirta orang tua dahulu nama beliau adalah Jalaludin.
e.Setana
Setana merupakan komplek makam yang terdiri dari 6 makam dalam satu bangunan yang telah di bikin oleh masyarakat, dan ada tiga makam yang berada di luar bangunan tersebut, yakni bagian samping kanan bangunan ada dua makam dan bagian samping kiri bangunan ada satu makam. Orang ada dalam makam ini menurut sepengetahuan Mang Suden bukan orang kampung Peradong atau masyarakat sekitar, melain dari berbagai daerah, seperti; Kayu Agung - Palembang, Pulau jawa, dan Malaysia. Tidak ada riwayat atau cerita yang dapat dijelaskan mengenai orang berada dimakam tersebut.
f.Masjid
Terdapat dua masjid/surau yang ada di Peradong, pertama Masjid Baitul Mukminin yang terletak di dusun Peradong, didirikan sekitar tahun 1875. Dahulu tulisan angka tahun ini tertulis di tembok pagar masjid sebelum dilakukan perehaban.Â
Setelah direhab tulisan tersebut tidak ada lagi. Kedua Masjid Al 'Amal terletak di dusun Menggarau ini tergolong lebih muda dibandingkan masjid yang ada di dusun Peradong. Masjid ini dirikan oleh Mohamad Alimun (dikenal dengan Atok Bok) sekitar tahun 1980-an. Ini berdasarkan perkiraan dari Rahman, yang waktu itu ikut membantu dalam pembangunan masjid (dahulu surau), ketika usia beliau + 20an tahun.