Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Islam di Peradong

22 Januari 2019   15:37 Diperbarui: 22 Januari 2019   16:18 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Al 'Amal Dusun Menggarau yang didirikan oleh Muhammad Alimun (Atok Bok/Buter) pada tahun 1980-an

Jika melihat alur perjalanan dari Mentok ke Belinyu, berdasarkan peta J.W. Stemfoort 's-Gravenhage tahun 1885, maka perjalanan tersebut pasti melewati Peradong. Peta ini dijadikan rujukan karena tergolong lebih muda dari yang sebelumnya, seperti peta Thomas Horsfiel (1848) dan lainnya. Artinya Peradong bisa jadi merupakan salahsatu tempat persinggahan bagi ulama-ulama yang membawa dan menyebarkan Islam di tanah Bangka yang melalui jalur Mentok -- Belinyu. Ini juga menjadi asumsi penulis tentang sebab keberadaan manuskrip yang ada di Peradong tersebut.

Kaart Van Het Eiland Banka, J.W. Stemfoort 's-Gravenhage Tahun 1885 Sumber: https://www.raremaps.com/gallery/detail/51975/kaart-van-het-eiland-banka-stemfoort
Kaart Van Het Eiland Banka, J.W. Stemfoort 's-Gravenhage Tahun 1885 Sumber: https://www.raremaps.com/gallery/detail/51975/kaart-van-het-eiland-banka-stemfoort
Jejak-Jejak Islam Di Peradong

a.Manuskrip
Data naskah-naskah manuskrip yang ada di Peradong baru terdeteksi oleh penulis berjumlah 5 buah yang didapatkan informasi dari masyarakat setempat. Kelima manuskrip tersebut tertulis menggunakan tulisan arab melayu (arab jawi) bercampur dengan arab asli. Manuskrip tersebut disimpan oleh masyarakat setempat yang sebagian telah meninggal dunia, kemudian diwariskan kepada keluarganya. 

Salahsatunya koleksi yang dimiliki oleh Alm Atok Buter (biasa dikenal masyarakat dengan panggilan Atok Bok, nama aslinya Mohamad Alimun) berjumlah 4 buah yang kini disimpan oleh keluarganya. 

Kondisi manuskrip tersebut sebagian besar masih utuh, meskipun ada beberapa bagian halaman depan dan beberapa bagian halaman akhir kondisinya hampir tidak bisa terbaca lagi dan rusak karena kertas telah rapuh dan ada satu buah manuskrip yang tidak utuh lagi.

Beberapa manuskrip yang ada di Peradong (dok pribadi)
Beberapa manuskrip yang ada di Peradong (dok pribadi)
Untuk warna tulisan, manuskrip tersebut menggunakan warna merah lebih banyak untuk tulisan arab asli tanpa tanda baca (arab gundul), meskipun ada juga untuk tulisan arab melayu (arab jawi). Sedangkan untuk warna hitam untuk tulisan arab melayu saja. Tinta yang digunakan dalam penulisan tersebut adalah tinta cina atau tinta dawai.


b.Makam Haji Sulaiman
Haji Sulaiman nama lainnya yang dikenal masyarakat yang sudah sepuh dulu adalah Batin Rimbun, atau dengan sebutan lokal yang paling dikenal adalah Tok Aji Sulaiman. Makam ini terletak di ujung Dusun Menggarau dekat dengan Sungai Pelangas yang membatasi antara Dusun Menggarau dan Dusun Peradong. Sungai tersebut alirannya sampai ke laut Mesirah Desa Peradong. Jika dari Dusun Menggarau ke lokasi makam + 300 meter dan bila dari Dusun Peradong berjarak + 700 meter. Jarak tempuh ke lokasi dari Simpang Tertip + 4,5 kilometer.

Makam ini tidak ada tulisan atau inskrip sebagai informasi. Nisan dalam makan tersebut adalah dari batu yang berbentuk sedikit bulat. Batu tersebut diduga diambil dari batu sungai yang memang tidak jauh dari lokasi makam tersebut, ada juga masyarakat menyebutkan dari baru karang laut. Nisan ini tidak ada hiasan atau ukiran tertentu (masih alami).

Haji Sulaiman berdasarkan catatan/salinan Akek Arpa'i tahun 1980, nama aslinya Rimbun. Ia adalah seorang keturunan China asli dengan marga Chao, ayahnya bernama Chao Tungit (Chau Tungit) kemudian masuk Islam disebut Muhallaf dan ibunya bernama Jinah (Rimah) keturunan dari Akek Peradong. 

Setelah ayahnya meninggal, ibunya kawin dengan Batin Daik di kampong Ibul, cukup dewasa anak tirinya itu (Rimbun), disalinkan jadi Batin yang bernama Rimbun dari kampong Ibul pindak kePeradong jadi Batin di Peradong. Kemudian ia beristrikan penduduk setempat dan memberikan keturunan sebanyak 8 orang, 7 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Waktu itu nama residen Jur Sekap yang tukang rintis jalan Tuan Seri Mahajir di tanah Bangka.

Batin Rimbun dari Peradong berguru ke Mentok kepada Datok Hasanudin (Syaikh Hasanudin dari Palembang mengajar ke Mentok), serta disahkan menjadi guru di kampung-kampung, serta disahkan mendirikan Jum'at (mendirikan Shalat Jum'at) dari kampung Pal Enam (Air Belo) sampai kampung Tanjung Niur (Tempilang). 

Setelah menunaikan ibadah haji di kota Makkah al-Mukarromah dan menetap (mukim) selama kurang lebi satu tahun, ia kembali ke Peradong. Yang bernama Batin Rimbun setelah pulang dari Mekkah dirubah namanya menjadi Haji Sulaiman (Haji Batin Sulaiman). Di desa Peradong, tepatnya di Pekal Bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun