Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak-jejak Kampung Pecinan di Peradong

19 Januari 2019   13:42 Diperbarui: 21 Januari 2019   14:09 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah ember peninggalan yang dimiliki oleh keluarga orang Cina yang masih hidup (dokumen pribadi)

Orang-orang Tionghoa atau lebih dikenal dengan orang Cina pada mulanya datang ke pulau Bangka untuk melakukan penambangan timah. Mereka didatangkan pada waktu itu oleh Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I). Hal ini disebabkan karena orang-orang Cina tersebut dikenal pandai dalam teknik penambangan paritnya.

Sebagaimana dikutip dari Jerry, 2018: 251 dalam tulisannya "Pecinan Mentok", bahwa SMB I kala itu tertarik dengan orang-orang Cina tentang pertambangan karena terinspirasi dari teknik tambang parit yang mereka terapkan di Johor. Oleh sebab itu ia memberanikan diri dan merasa yakin akan keahlian mereka.

Kedatangan kuli-kuli Cina ke Pulau Bangka pada awalnya masuk di daerah utara dan barat, yakni Mentok dan Belinyu. Sejak saat itulah orang-orang Cina tersebut mulai tinggal di pulau Bangka, kemudian mereka mulai membangun perkampungan. 

Kampung-kampung perkumpulan mereka ini kemudian disebut dengan pecinan (kampung Tionghoa/Cina). Kampung mereka ini tersebar hampir di seluruh Pulau Bangka, seperti Kampung Lumut di Belinyu, Kampung Tayu di Parittiga, Kampung Ranggam di Mentok, dan lain sebagainya.

Sebuah nisan makam seorang perempuan bermarga Bun yang meninggal tahun 1923 (Cina Republik tahun ke 13) terjemashan Suwito Wu (dokumen pribadi)
Sebuah nisan makam seorang perempuan bermarga Bun yang meninggal tahun 1923 (Cina Republik tahun ke 13) terjemashan Suwito Wu (dokumen pribadi)
Di Peradong, juga terdapat kampung Cina, tepatnya di dusun Menggarau, Peradong Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat. Berdasarkan keterangan dari orangtua di sana, kampung tersebut merupakan kampung salah satu kampung Cina yang ada di Simpang Teritip. 

Hal ini dapat dilihat dari jejak peninggalan dan bangunan Cina yang ada di kampung tersebut. Seperti halnya topikong yang ada di Simpang Teritip, tepatnya di depan kantor camat Simpang Teritip, sebelum dipindahkan dan dibangun baru ke tempat tersebut awalnya berada di dusun Menggarau Peradong.

Bekas bak penampungan air |dokumen pribadi
Bekas bak penampungan air |dokumen pribadi
Jejak-jejak perkampungan tersebut sebagian masih ada bekasnya, termasuk makam atau kuburannya. Menurut informasi mentah, di sana juga pernah tinggal orang yang disebut kapiten. 

Ia tinggal di Cenanom masyarakat menyebutnya, ia juga termasuk orang Cina yang kaya pada saat itu. Nama tersebut menjadi sapaan di masyarakat kala itu, tanpa mengetahui nama sebenarnya. Cerita ini sekarang tidak banyak lagi diketahui oleh masyarakat, termasuk orang Cina yang masih tinggal di kampung tersebut.

Sumur lama peninggalan orang Cina di dusun Menggarau Peradong terdapat beberapa buah yang sampai kini ada yang masih dipergunakan (dokumen pribadi)
Sumur lama peninggalan orang Cina di dusun Menggarau Peradong terdapat beberapa buah yang sampai kini ada yang masih dipergunakan (dokumen pribadi)
Di antara jejak-jejak tersebut seperti bekas bangunan topikong yang terletak di tengah-tengah perkampung dusun Menggarau, yang saat ini sudah semak dan mulai ditumbuhi lumut. 

Selanjutnya beberapa bekas bangunan rumah yang masih terdapat bekas sumur atau perigi dan bak penampungan air yang terbuat dari semen permanen. Selain itu juga terdapat beberapa kuburan atau makam yang menjadi bukti keberadaan orang-orang Cina di kampung tersebut.

Sumur yang ada di belakang rumah Kek Acoi dan masih dipergunakan (dokumen pribadi)
Sumur yang ada di belakang rumah Kek Acoi dan masih dipergunakan (dokumen pribadi)
Sebuah Makam yang disebut Sengkek/Totok dari Kwang Tung meninggal tahun 1977 bermarga Ho, terjemahan oleh Suwito Wu (dokumen pribadi)
Sebuah Makam yang disebut Sengkek/Totok dari Kwang Tung meninggal tahun 1977 bermarga Ho, terjemahan oleh Suwito Wu (dokumen pribadi)
Saat ini keberadaan orang-orang Cina tersebut sebagian besarnya telah bermingrasi ke pelangas, sebagian ada yang ke Pangkalpinang, Mentok, Jakarta, dan bahkan katanya ada yang bermigrasi juga ke Singapura. Sekarang yang masih tersisa hanya 4 sampai 7 kepala keluarga saja.
Bekas Topikong lama yang ada di dusun Menggarau Peradong, kini telah dipindahkan ke Simpang Teritip, tepatnya di depan kantor Camat (dokumen pribadi).
Bekas Topikong lama yang ada di dusun Menggarau Peradong, kini telah dipindahkan ke Simpang Teritip, tepatnya di depan kantor Camat (dokumen pribadi).
Sebuah Guji (dokumen pribadi)
Sebuah Guji (dokumen pribadi)
Sebuah ember peninggalan yang dimiliki oleh keluarga orang Cina yang masih hidup (dokumen pribadi)
Sebuah ember peninggalan yang dimiliki oleh keluarga orang Cina yang masih hidup (dokumen pribadi)
Menurut cerita, di sana juga dahulu pernah ada tambang yang dibuat oleh orang-orang Cina kala itu. Semoga tulisan kecil ini memberikan sedikit informasi dan dikemudian hari ada yang menelusuri lebih dalam lagi tentang keberadaan orang-orang Cina di kampung Peradong.

Ditulis Oleh: Suryan
Pemerhati Manusrip/Naskah Kuno dan Sejarah Lokal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun