Mohon tunggu...
Suryan Masrin
Suryan Masrin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis Pemula, Guru SD Negeri 10 Muntok (sekarang), SD Negeri 14 Parittiga, pemerhati manuskrip/naskah kuno lokal Bangka, guru blogger

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemuda Muhammadiyah Minta Naikkan Harga Karet

26 Agustus 2017   17:53 Diperbarui: 26 Agustus 2017   17:59 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muntok --- Sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu, Pemerintah telah menginstruksikan kepada petani untuk meningkatkan kualitas getah karet (latek) melaui peraturan Mentri Pertanian Nomor:38/Permentan/OT.140/8/2008. Dalam hal ini pemerintah menganjurkan kepada petani untuk menggunakan pembeku karet dengan DEORUB SOP.

Menurut Sarli, anggota Pemuda Muhammadiyah Bangka Barat, Penggunaan Deorub SOP ini sudah diterapkan di beberapa desa Di Bangka Barat, namun sayangnya peningkatan kualitas getah karet atau latek ini tidak di imbangi oleh meningkatnya harga jual. Akhirnya para petani lebih memilih  menggunakan pembeku karet dengan Tawas Atau pupuk SP36 ketimbang Deorub SOP, dengan resika harga hanya  6.000 sampai 6.500 /kg. 

 Sedangkan bila menggunakan Deorub SOP karet petani dihargai dengan 7.000 /kg dengan resiko penyusuyan/pengurangan beban, karena berdasarkan survei di salah satu kebun warga, yang biasanya 200KG/ minggu, ketika menggunakan pembeku Deorub tidak semaksimal menggunakan pupuk SP36, bisa susut hingga 10%.

Untuk saat ini penggunaan Deorub SOP belum memberikan hasil yang maksimal, karena masih merupakan percobaan dan masih mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Harapan saya, kata Sarli agar peningkatan kualitas karet ini di imbangin pula dengan harga jual yang meningkat, karena kita khawatir masyarakat akan kembali menggunakan SP36 karena mendapatkan keuntungan dari jumlah bobot dibanding dengan menggunakan Deorub.

Kita berharap semoga ke depan pemerintah lebih peka dan peduli kepada kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun