Menunggu dalam ketidakpastian adalah suatu pekerjaan yang bukan saja membosankan namun tak jarang pula mengesalkan. Itulah yang hemat saya, sedang dialami oleh Yohanes Pembaptis.Â
Benar bahwa ia adalah utusan Allah; suara aungan singa di hamparan padang gurun yg hadir dan berseru untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Tetapi sungguhkah ia tahu dengan pasti siapakah yg disebut Messias itu? Tentu tidak. . . Ia buta dalam pengetahuan. Akan tetapi, ia tak gelap dalam iman.Â
Maka, meski dalam ketidakpastian, ia memberanikan diri, mengutus kedua muridnya untuk bertanya kepada Yesus; "Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan seorang lain...?" Dan Tuhan pun menjawab kecemasan itu, bukan sebatas berkata bahwa;Â
"Akulah Tuhan..." Seperti yang tertera pada bacaan I, tetapi lebih dari pada itu, Ia memberi tanda; "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan yang kamu dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik..."Â
Jawaban Yesus ini tak lain adalah sebuah perintah, yang sebenarnya pun merupakan salah satu cara ttg bagaimana seseorang mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya di hari Natal nanti. Laku tobat dan sesal serta perubahan diri ke arah yang baik memang menjadi tuntutan dasar, dan salah satu cara lainnya pula yg hendak digemakan dalam Injil hari ini adalah tentang bagaimana memupuk keberanian untuk bertutur tentang pengalaman iman personal bersama Tuhan! Inilah yang acap kali dilupakan.Â
Seperti kedua murid yang diutus kembali bersaksi tentang apa yang mereka dengar dan lihat, begitu pun dengan kita, diutus untuk bersaksi atas  kebaikan yang Tuhan telah tunjukkan dalam hidup kita.Â
Pengalaman iman ini patut dibagikan, sebab selain memuliakan Tuhan, juga memperkuat iman bagi setiap insan yang kehilangan harapan. Ingat... Yang dibagikan adalah pengalaman iman, sesuatu yang memperteguh harapan dan menguatkan iman serta mendatangkan kebahagiaann, bukan suatu kesaksian personal yang lebih cenderung mencari popularitas diri...Â
Apa lagi kabar berita yang mendatangkan perselisihan dan berujung pada konflik untuk mencari keuntungan pribadi sambil mengadudomba orang lain... Hendaknya kita belajar dari spritualitas Yohanes pembaptis; "Ia harus semakin besar dan aku semakin kecil...."Â
-elraymond-Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H