Mohon tunggu...
Elfish Angelic
Elfish Angelic Mohon Tunggu... Supir - Suka baca yang tidak terbaca

Mari berbagi...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjadi Pemilih Cerdas VS Kalapers, Anda Pilih Mana?

24 Maret 2014   19:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari terjadilah percakapan antara dua orang pemuda. Sebut saja si A dan si B.

A :”Hy bro. Whatsapp?”

B : “Hy bro. WeChat”

A :”Bentar lagi kan pemilu bro. Loe pilih siapa nih?”

B : “Halah. Bosen gue ama pemilu. Bosen gue ama janji-janji caleg. Dari dulu juga gini-gini aja. Ujung-ujungnya tetep aja tuh para pemimpin pada korupsi. Tetep aja pada ngga mikirin rakyat kecil”

A : “Terus kalo gitu loe mau gimana?”

B : “Gue, kalo ngga golput ya coblos yang ngasih duit aja lah. Ngapain mikirin caleg-caleg ngga jelas. Toh mereka kalo udah jadi juga ngga mikirin kita”

Sering denger kan percakapan seperti itu? Atau malah kalian sendiri yang ngalamin? Atau kalian sendiri yang jadi si B? Ckckck kalau kalian jadi si B, gue saranin segera elo baca syahadat yang bener. Emang seperti itulah gambaran anak-anak muda sekarang. Mulai acuh, mulai apatis, mulai bosan dengan dunia politik. Bahkan belum mengenal pun udah mulai kerasa mual mau muntah. Memang bisa dimaklumi itu semua karena keadaan bangsa kita yang kian hari dirasa ngga semakin baik tapi sebaliknya. Korupsi dimana-mana, kemiskinan disana sini, wakil rakyat hidup mewah, rakyat hidup miskin. Emang kalau kita hanya mengandalkan satu sisi kacamata pemikiran kita, maka akan terjadi pemikiran-pemikiran semacam percakapan dua pemuda tadi.

Lalu, sebenernya apa yang mau gue tulis disini? Gue mau ngomongin langkah sederhana kita selaku generasi muda untuk sedikit bisa merubah keadaan bangsa kita tercinta ini. Sedikit. Ya memang sedikit. Karena mungkin solusi yang gue berikan ngga bakal berpengaruh banyak. Tapi paling engga kita udah bisa melakukan sesuatu untuk kebaikan negara kita walaupun sedikit. Bukankah borobudur yang megah itu juga pasti dibangun dari satu batu lebih dulu? Bukankah monas yang menjulang tinggi juga diawali dengan pondasi yang begitu rendah?

Yup. Ini tahun 2014, 9 April nanti kita bakalan memilih wakil rakyat yang akan menentukan nasib bangsa kita 5 tahun kedepan. Intinya, di tulisan ini gue mau ngomong dikit solusi yang berhubungan dengan percakapan 2 orang pemuda tadi. Sebelum itu, gue mau tanya sebuah pertanyaan yang diutarakan Pandji di tour Mesakke Bangsaku Jakarta. Diantara elo, siapa yang masih inget siapa yang dicontreng (2009 pakenya contreng bukan coblos) pas pemilu 2009? Pada ngga bisa jawab kan? Nah itu sedikit gambaran salahnya kita-kita dalam memilih pemimpin-pemimpin negara ini. Gimana negara ini mau lebih baik kalo loe sendiri milih seseorang yang ngga jelas itu siapa?

Terus tiba- tiba ada yang nyeletuk gini“Lah emang ngga tahu. Calegnya aja buanyak banget. Belum lagi kita disuruh nyoblos 4 surat suara”. Nah itulah salah satu titik awal kesalahan kita. Jaman sudah semakin maju, internet dimana-mana. KPU pun pasti sudah menyediakan sarana untuk masyarakat bisa mengakses informasi mengenai segala sesuatu tentang caleg. Bahkan di twitter pun banyak sekali yang ngetweet tentang profil-profil para caleg. Nah kita tinggal mencari mana-mana saja caleg yang track recordnya bagus. Apa profesinya, gimana pendidikannya, apa aja prestasi-prestasi yang pernah diraih, kalo dulu udah pernah jadi wakil rakyat, apa aja yang udah dia lakuin. Cari info-info tadi, baru elo tentuin mana yang bagus mana yang engga.

But, be very carefull. Media sekarang pun banyak sekali yang kampret. Banyak yang suka menggiring opini masyarakat sesuai dengan keinginan si penggiring opini itu. Padahal mungkin saja faktanya ngga seperti itu. Dengan adanya penggiringan opini, akhirnya opini masyarakat kebawa. Jadilah bukan fakta yang berbicara. Solusinya, cari tuh pembanding-pembanding dari media lainnya. Misalkan, loe baru aja liat berita tentang caleg A di TV anu. Loe cari lagi tuh misal di internet. Nah dengan cara itu kira-kira loe bisa memilih mana media yang bener-bener netral dan mana media yang berusaha nggiring opini ke arah yang ngga bener. Intinya jangan mudah percaya ama media. Apalagi media-media sekarang banyak yang terkesan lebay dalam menyiarkan segala sesuatu. Masa wakil rakyat makan di warteg aja diliput, disiarin gila-gilaan di tivi? Gue pernah baca berita, Soeharto tidur di rumah penduduk sampai penduduk itu ngga tau kalo itu presiden RI, dan ngga ada satupun media yang meliput. Intinya, jadilah pemuda-pemudi yang cerdas jangan mudah digiring oleh media-media kampret. Cari berita dari berbagai sumber. Bandingin. Biar ngga memandang sesuatu dari satu sisi aja. Jadi pas jagoan loe ada yang mengkritik loe ngga bakal kebakaran jenggot. Karena loe tau faktanya kalo jagoan loe juga punya salah. Sekarang itu banyak masyarakat yang kampret. Kalo jagoannya dikritik, malah menghujat. Seakan-akan jagoannya itu dewa yang ngga pernah punya salah (You know who I mean).

Soal golput, gue punya pendapat gini. Mungkin elo muak, benci, marah, sebel, ngga cucok, dengan keadaan politik negara ini, tapi kalo semua orang berfikiran kaya elo, terus siapa yang mau memimpin? Belum lagi kalo elo golput, suara elo disalah gunakan oleh orang-orang yang ngga bertanggung jawab. Kalo elo doang itu ngga ngaruh. Lah misal ada 1000 elo? 1 juta elo? Bisa berabeh tuh suara. Apapun alasannya, golput ngga akan nyelesaiin masalah. Justru kemungkinan besarnya akan menambah masalah. Itu negara udah ngeluarin triliyunan rupiah lho demi terselenggaranya pemilu. Masa elo sekali selama lima tahun aja ngga mau milih? Apakah itu cerminan warga negara yang baik?

Soal milih yang penting dapet bayaran. Jangan pernah berharap pemimpin-pemimpin kita bersih, kalo elo milih mereka karena duit. Itu kuncinya. Politik uang jelas udah diatur dalam undang-undang. Ngga boleh. Mereka jelas-jelas udah ngelanggar. Kalo elo masih aja milih mereka, elo milih orang yang udah jelas-jelas salah langkah dari awal. 20 ribu, mungkin paling tinggi 50 ribu. Itu sama sekali ngga sebanding dengan akibat yang nanti bakal diterima selama 5 tahun kedepan. Mereka bisa korupsi untuk menutupi modal yang udah dibayarin ke elo-elo pada. Mereka bakal menjadikan proyek-proyek yang seharusnya untuk kepentingan rakyat justru untuk menebalkan kantong mereka, dlsb.

Inti dari tulisan gue, jadilah pemuda-pemudi Indonesia yang cerdas. Memang gue akui wakil rakyat kita banyak yang memuakkan. Nah makanya untuk sedikit mengurangi itu, marilah kita ikut berpartisipasi. Paling ngga kaya yang udah gue sebutin tadi. Karena ngga semua wakil rakyat itu memuakkan. Masih buanyak wakil rakyat yang memang kerjanya bagus dan keren integritasnya. Nah tugas kita itulah untuk menemukan dan menentukan yang bagus- bagus itu. Jangan pernah salahkan wakil rakyat kita yang pada bobrok, kalo kita sendiri aja tidak pernah ikut berpartisipasi mengurangi kebobrokan itu. Bisa saja kebobrokan para anggota dewan itu karena kesalahan kita terdahulu. Jangan lupa 9 April 2014, “Datang, pilih, coblos, celup”. Untuk Indonesia yang lebih baik. MERDEKA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun