Mohon tunggu...
Elora Shaloomita Sianto
Elora Shaloomita Sianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalism Student, Multimedia Nusantara University

Menulis adalah sebuah keberanian -Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PON XX Papua 2021: Merajut Asa dalam Cerita

7 Oktober 2021   15:48 Diperbarui: 7 Oktober 2021   16:38 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
stadion Lukas Enembe (instagram @wahyudinpersipura)

Di pagi yang sejuk. Tatkala embun pagi masih menyisakan kesegaran, kuberjalan melewati tiap lorong-lorong sempit untuk menemui Ayah di teras depan rumah. Sedikit kulirik ponsel antiknya. 

Matanya berbinar-binar menyiratkan perasaan bahagia. Layar ponselnya memperlihatkan poster PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua 2021.

'Menarik!' gumamku, 'Yah, mengapa Papua?' tanyaku kebingungan, sesekali menggaruk kepala. Ayah hanya tersenyum 'Sebenarnya, pertanyaanmu dapat dengan mudah terjawab oleh poster itu, tetapi sini duduk, akan Ayah ceritakan Bumi Cenderawasih beserta isinya' Ayah mempersilakanku duduk di sampingnya dan mulai menjawab pertanyaanku. Tak hanya menjawab pertanyaan singkatku, Ayah merajut asa dalam cerita mengenai Papua beserta isinya.

Papua sungguh menakjubkan. Kini, tak hanya mata Ayah yang berbinar-binar. Mataku pun sama. Lalu, Ayah berdiri dari kursi kayunya dan berkata 'diadakanya PON XX 2021 di Papua melahirkan harapan baru untuk Timur Indonesia. Mentari Harapan Baru dari Timur,' katanya sembari melangkah, meninggalkan teras depan rumah untuk masuk. 

Aku tak paham maksudnya, ingin memastikan maksud dari perkataan Ayah barusan, 'Mentari harapan baru dari timur?' tanyaku kebingungan di lubuk hati terdalam. Kuanggap perbincanganku dengan Ayah telah usai, bayanganku mengenai Papua terus melayang-layang dan sangat melekat di pikiranku.

Mataku yang tak dapat menahan kantuk karena usai begadang kemarin, membawaku kembali menuju pantai indah kapuk. Ruangan kecil, tempatku mengistirahatkan segala lelah dan letih. Aku melemparkan diri ke kasur, dan mengistirahatkan diri.

Selamat datang di Papua.

Aku tertidur pulas, tak berkutik sedikit pun bak burung yang terkurung dalam sangkar, lalu kubuka kedua mata dan melihat sekitar 'Dimana aku sekarang?

 Bukannya aku baru saja tertidur dikasur empuk berwarna merah?' tanyaku kebingungan melihat sekitar yang tampak asing, 'Bahkan tak pernah kaki berpijak pada tanah ini,' kataku tetap memantapkan langkah untuk melihat sekitar, lalu timbul pertanyaan di dalam diriku 'Ini mimpi?' 

Pertanyaanku pun belum terjawab, tiba-tiba terdengar suara asing yang entah darimana asalnya. Suara itu memerintahkanku untuk mendengarkan secara seksama dan aku harus mengunci mulutku sebelum diizinkan untuk membukanya. Ia mulai mengenalkan dirinya.

Aku, Papua.
Tak kenal maka tak sayang. Mari kuperkenalkan terlebih dahulu namaku, usai itu akan kuceritakan kekayaan yang aku miliki. Perkenalkan, namaku Papua atau mungkin kalian lebih mengenalku dengan sebutan Bumi Cenderawasih.

Aku, Papua. Memiliki luas wilayah 316.553,07 km2, terdapat ibu kota di Kota Jayapura.
Aku, Papua. Merupakan provinsi yang terletak paling timur Indonesia, menjadikanku sebagai provinsi pertama yang memperoleh sengatan sinar matahari daripada provinsi lainnya di wilayah Indonesia.
Aku, Papua. Mempunyai keanekaragaman budaya, 255 kelompok suku dan 290 bahasa asli.
Aku, Papua. Data menunjukkan bahwa aku dihuni oleh 3.435.430 jiwa, tersebar di 28 kabupaten, 1 kota, dan terbagi menjadi 579 distrik/kecamatan, 5.549 desa/kelurahan.

Perkenalanku usai sampai di situ. Saatnya aku menyombongkan kekayaan yang aku miliki. Sebenarnya, aku tak tahu harus mulai menceritakan kekayaanku dari mana. 

Kekayaan berupa alam dan budaya yang ada di dalamku tak terhitung jumlahnya. Aku, Bumi Cenderawasih terlalu menakjubkan apabila dideskripsikan hanya melalui kata-kata.

Bumi Cenderawasih memiliki keindahan alam yang sungguh memikat hati, tetapi akan kuperkenalkan satu persatu.

Itu, Lembah Baliem. Salah satu tempat wisata yang terletak di Pegunungan Jaya Wijaya. Tidak hanya menikmati suasana alam bak surga, aktivitas yang asyik dapat dilakukan di sini, antara lain adalah trekking dan atraksi budaya.Itu, Puncak Carstenz. Salah satu gunung tertinggi di lima benua yang dijelajahi oleh para pendaki ini memiliki ketinggian 4884 meter.

Itu, Teluk Cendrawasih. Menampilkan air yang jernih tanpa sedikitpun noda di dalamnya, memiliki 196 jenis moluska dan 209 jenis ikan di dunia bawah laut.

Itu, Danau Sentani. Memiliki arti "Disini kami tinggal dengan damai" yang menyiratkan pesan kedamaian dalam kehidupan. Berdiam di bawah lereng Pegunungan Cyclops dengan luas sekitar 9.360 hektare dan berada di ketinggian 75 meter di atas permukaan laut ini katanya memiliki 15 jenis tumbuhan air hidup seperti kangkung air, peperetan, rumput pita, dan sebagainya.

Itu, Bukit Teletubbies. Memiliki keunikan tersendiri yaitu bentuknya yang mirip seperti bukit miliki Teletubbies di televisi.

Itu, Jembatan Youtefa. Ikon baru Provinsi Papua yang dibangun menggunakan tipe pelengkung baja. Tidak hanya itu, gambar jembatan ini dapat dilihat pada uang pecahan Rp75.000,00.

Tak hanya kekayaan alam yang menakjubkan. Kebudayaan di sini pun sama. Akan kuceritakan sebagian kebudayaan Bumi Cenderawasihku ini.

Tifa bukan sekadar alat musik biasa, salah satu ujungnya ditutupi oleh kulit hewan rusa atau biawak yang dikeringkan. Konon, semakin kering kulit hewan yang digunakan akan mempengaruhi indahnya suara tifa.

Siapa sangka, tifa memiliki nilai sebagai motivasi dan penyemangat dalam memberikan sebuah harapan kehidupan masyarakat Papua.

Papua juga memiliki santapan kuliner yang tak kalah menarik! Diantara berbagai pilihan yang tersedia, terdapat Papeda yang menjadi khas Papua, disajikan dengan kuah kuning ini memiliki serat tinggi, rendah kolesterol, dan cukup nutrisi.

Sepertinya perkenalan mengenai diriku dan isinya cukup sampai di sini. 'Bagaimana menurutmu mengenai diriku, Bumi Cenderawasih terlalu kaya, bukan?'


Pon XX Papua 2021: Mentari Harapan Baru dari Timur


Papua adalah kita. Kita adalah Papua -Gus Dur.

Aku, Bumi Cenderawasih. Tempat berlabuh untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) XX yang dilaksanakan pada 2--15 Oktober 2021, diagungkan sebagai pesta olahraga tingkat nasional atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. 

Ajang kompetisi olahraga tingkat nasional yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali diikuti oleh seluruh atlet-atlet kebanggaan dari 34 provinsi di Indonesia ini sempat tertunda. 

Awalnya, PON yang seharusnya diselenggarakan 2020, terpaksa diundur karena satu dan lain hal, salah satunya adalah perihal Covid-19 yang sempat menjadi kekhawatiran terbesar PON XX Papua 2021.

Pesta olahraga tingkat nasional mempersilakan 6.300 atlet, 679 nomor pertandingan, 56 displin olahraga, dan terdapat 37 cabang olahraga, diantaranya Aerosport, Akuatik, Anggar, Angkat Berat, Atletik, Baseball, Bermotor, Biliard, Bola Basket, Bola Tangan, Bola Voli, Bulutangkis, Catur, Cricket, Dayung, Gulat, Hockey, Judo, Karate, Kempo, Layar, Menembak, Muaythai, Panahan, Panjat Tebing, Pencak Silat, Rugby, Selam, Senam, Sepak bola, Sepak Takraw, Sepatu Roda, Taekwondo, Tarung Drajat, Tenis, Tinju, dan Wushu.

PON (Pekan Olahraga Nasional) XX Papua, tidak hanya menampilkan pertandingan olahraga saja, tetapi juga memanfaatkan serta memperkenalkan keindahan alam dan budaya Papua. Hal ini akan memberikan daya tarik tersendiri dalam penyelenggaraan pesta olahraga tersebar di Indonesia. 

Seperti yang telah dilakukan oleh tim PON XX Papua 2021, mengusung perpaduan visual cabang olahraga yang akan dipertandingan dengan menampilkan keindahan alam Papua. 

Panitia Besar PON XX Papua 2021, telah merilis enam seri promo tematik untuk mensosialiasikan penyelenggaraan PON. Promo tematik ini berisi perpaduan atlet dari berbagai cabang olahraga dengan keindahan alam di Bumi Cenderawasih.

Terselenggaranya PON XX Papua 2021 memupuk harapan baru bagi masyarakat di Papua. Tepatnya, Mentari Harapan Baru dari Timur. Bagaimana tidak, banyak sekali dampak yang dihadirkan akibat terselenggaranya Papua sebagai tuan rumah PON (Pekan Olahraga Nasional) XX.

PON XX Papua 2021 dijadikan sebagai momentum untuk mempercepat pemerataan pembangunan Papua. Nantinya, terdapat empat klaster berdasarkan cabang olahraga yaitu Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke.

Didirikannya venue olahraga PON XX Papua sebagai infrastruktur olahraga dapat memfasilitasi bertemunya anatara kegiatan masyarakat dalam bentuk olahraga dan ekonomi. 

Termasuk prasarana dan sarana cabang-cabang olahraga seperti perumahan, jalan, jembatan, jaringan air bersih, daya listrik dan Telekomunikasi, serta ruang terbuka hijau yang tertata sedemikian rupa. 

Seperti contohnya, bus yang diberikan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Darat yang digunakan untuk mobilitas para atlet dari Berbagai daerah dan juga panitia. Nantinya, setelah PON berakhir, bus akan dimanfaatkan untuk kepentingan masyrakat sebagai angkutan umum atau angkutan perintis di Papua.

MASKOT PON XX PAPUA

Berbicara mengenai kekayaan alam dan budaya yang Bumi Cenderawasuh miliki. Kekayaan satwa pun dimanfaatkan untuk memeriahkan PON XX Papua 2021. Perjalanan selanjutnya akan ditemani oleh maskot kebanggaan PON XX Papua 2021, Kangpho dan Drawa. Mereka yang akan menemani petualangan PON XX Papua ini.

Aku, Kangpho, si Kangguru Pohon Mantel Emas. Saat ini kepalaku dihiasi mahkota yang indah. Mahkotaku memperlihatkan salju yang menggambarkan puncak Gunung Jayawijaya. 

Warna kuning keemasan pada tiap sisi mahkotaku menambah keindahan, melambangkan kejayaan hasil kekayaan tambang bumi Papua. 

Tak hanya itu, terlihat badan di bagian bawahku diselimuti oleh rumbe-rumbe yaitu busana lambang kebesaran untuk kaum laki-laki dan perempuan Papua, mengartikan sambutan hangat dan penuh keakraban tanah Papua.

Aku, Drawa, seekor Burung Cenderawasih. Jumlah sayap, ekor, dan jari kedua kakiku melambangkan PON XX Papua yang diadakan pukul 20:00, tanggal 20, tahun 2020. 

Warna kuning di kepala dan ekorku melambangkan semangat, kehangatan, dan kegembiraan, juga menunjukkan Papua beserta kekayaan tambang emasnya. 

Tak hanya itu, tubuhku didominasi oleh warna oranye, melambangkan kehangatan, persahabatan, dan cinta kasih. Saat ini aku mengalungkan medali yang memiliki tiga lingkaran mengartikan PON XX Papua memperebutkan medali emas, perak, dan perunggu.

'Perkenalan kita sampai disini saja, Drawa!' perintah Kangpho sembari merangkul tubuh berwarna oranye Drawa. Lalu Drawa berhenti sejenak, seakan-akan ada yang terlupakan, 'Kangpho! kita belum menjelaskan logo PON XX Papua 2021!' ucap Burung Cenderawasih itu sambil menepuk jidatnya.

Logo PON XX Papua 2021 memiliki sejuta makna dan filosofi. Dilatar belakangi oleh kekayaan alam dan budaya Papua yang sangat melimpah. Oleh karena itu, pada PON (Pekan Olahraga Nasional) XX, Papua mengusung ilustrasi dari landmark yang megah dan terbaru Bumi Cenderawasih yaitu Stadion Lukas Enembe sebagai simbol wadah atau tempat pemersatu.

Lalu, Kangpho dan Drawa melanjutkan perjalanannya mengelilingi daerah PON XX Papua 2021 'Kita akan menemani penjelajahan menelusuri setiap sudut PON XX Papua 2021, siapkan diri!' seru kedua maskot kebanggaan PON XX Papua.

Stadion Lukas Enembe

'Selamat datang di Stadion Lukas Enembe, bangunan yang mengukir sejarah dan membangun harapan baru bagi Indonesia, khususnya di Tanah Papua' ucap Kangpho dan Drawa.

Kangpho mengangkat jemarinya menunjuk ke arah stadion 'Apakah kamu melihat PON XX Papua punya Stadion? Dari segi arsitektur, stadion ini menggunakan ukiran khas Papua dan mengangkat tema kebudayaan masyarakat Papua berupa Honai!' kata Kangpho dengan bangga menyombongkan kemegahan arsitektur Stadion Lukas Enembe yang sempat menjadi perbincangan khayalak ramai.

Stadion Lukas Enembe atau yang dulu dikenal sebagai Stadion Utama Papua Bangkit terletak di Kampung Harapan Sentani, Kelurahan Nolokla, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. 

Pergantian nama stadion ini bukanlah tanpa alasan, nama Lukas Enembe diusung dari nama Gubernur Papua yang saat ini sedang menjabat. Lukas Enembe dinilai memiliki andil besar dalam mewujudkan Papua sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XX.

Stadion yang akan menjadi tempat upacara pembukaan dan penutupan PON (Pekan Olahraga Nasional) XX 2021 ini dibangun sejak tahun 2016 hingga 2020 dan diresmikan pada 23 Oktober 2020 yang memiliki kapasitas untuk 42.000 penonton. 

Seluruh fasilitas stadion ini berstandar internasional memenuhi peraturan Federasi Sepak Bola Internasional dengan luas stadion mencapai 71.697 meter persegi di atas lahan 13 hektare. Tak heran apabila dana pembangunan stadion tersebut menghabiskan Rp1,3 triliun dari Otonomi Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Papua.

Stadion Lukas Enembe diagungkan sebagai stadion terbaik dan termegah kedua yang ada di Indonesia, setelah Stadion Gelora Bung Karno, yang berlokasi di Ibu Kota Jakarta. Stadion yang memiliki luas 71.697 meter ini berhasil masuk sebagai salah satu Nominasi Stadion Terbaik Dunia 2019 yang diselenggarakan oleh media online asal Polandia, yaitu StadiumDB.com. Stadion ini bersaing dengan 21 stadion lainnya yang berasal dari 19 negara untuk menjadi yang terbaik.

'Mari kita keliling Stadion Lukas Enembe!' ucap Kangpho sembari menarik Drawa untuk menjelajahi setiap ruang di Stadion Lukas Enembe.

Kangpho dan Drawa sampai di dalam Stadion Lukas Enembe yang menampilkan lapangan bak stadion di Eropa 'PON XX Papua 2021 punya stadion! Berkelas sekali,'kan?' tanya Drawa memastikan.

Stadion Lukas Enembe merupakan salah satu Lapangan sepak bola yang telah mengikuti standara FIFA, tidak hanya sarana pendukung yang diluncurkan secara langsung dari luar negeri. 

Namun, jenis rumput yang dihadirkan untuk menyambut PON XX Papua 2021 tidak kalah keren! Jenis rumput di stadion ini adalah Zoysia Matrella (Linn) Merr atau rumput Manila yang lazim digunakan di stadion-stadion besar, salah satunya di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta.

Kilauan Mutiara Siap Bertempur

Persiapan Papua sebagai tuan rumah PON (Pekan Olahraga Nasional) XX 2021 tidak main-main. Tidak hanya bertujuan untuk memajukan industri pariwisata berbasis alam dan kebudayaan. 

Namun, PON XX Papua 2021 mengharapkan dengan semangat "Mentari Harapan Baru dari Timur" akan lahir kilaun mutiara, atlet-atlet berprestasi dari tanah Papua.

'Kamu sudah boleh berbicara sekarang! Perjalanan sudah mau berakhir.' perintah Kangpho dan Drawa. Sepanjang mereka merajut cerita dalam asa mengenai PON XX Papua 2021, Aku sebagai pemeran utama hanya terdiam, terlalu kagum kepada Bumi Cenderawasih ini, kata-kata pun tak dapat kulontarkan. 'Sekarang kamu ikut kita melihat semangat kilauan mutiara yang siap bertempur.' ajak Kangpho dan Drawa menggenggam jari jemari dan menarik tanganku.

Pada akhirnya, cerita perjalanan yang merajut asa ini memberikan kesimpulan bahwa, adanya PON XX Papua 2021, menaburkan benih-benih pengharapan bagi masyarakat Indonesia, khususnya Papua. 

Oleh karena itu Papua mengusung Torang Bisa! Sebagai perwujudan kesiapan masyarakat Papua menyambut Mentari Baru, Harapan Baru dari Timur.

'Sudah dulu ya! Kita ketemu lagi di PON XX Papua 2021.' ucap Kangpho dan Drawa meninggalkanku sendirian. Tiba-tiba terdengar suara teriakan keras, tepat di sebelah kanan daun telingaku 'Bangun... sudah sore, waktunya mandi. Jangan tidur terus,' kata Ayah sembari memegang tubuhku yang terbaring di kasur. Ternyata, perjalanan tadi hanya mimpi. Tetapi, harapan baru dari Timur sungguh nyata adanya.

Sa dukung PON Papua!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun