plastik? Berdasar dari data World Bank, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. 4,9 juta ton plastik yang tidak tepat pengelolaannya, seperti tidak dikumpulkan, tidak dibuang di tempatnya. Plastik telah merajai hampir setiap aspek kehidupan kita. Fenomena sampah plastik ini sudah banyak diketahui banyak orang, tetapi mengapa mereka cenderung bersikap masa bodoh terhadap fenomena ini? Padahal di balik semua itu, sampah plastik menjadi ancaman serius untuk masa depan.
Sadarkah kalian bahwa Indonesia masuk dalam negara kedua terbanyak penghasil sampahMasalah sampah plastik harus segera ditindaklanjuti. Maka dari itu diperlukan solusi yang tepat, tanpa membatasi produktivitas publik. Tahukah Anda terdapat inovasi yang bersinergi dari alam yang dapat mengubah dampak dari kebiasaan buruk ini? Alam menyimpan sumber daya yang kita butuhkan, yaitu energi baru terbarukan. Bioplastik salah satu inovasinya berbeda dari plastik yang berbasis minyak bumi yang tidak terbarukan dan tidak bisa diurai, Â bioplastik ini 3 able, Degradable (Terpecah menjadi mikro), Biodegradable (Terurai sepenuhnya), Compostable (Dapat dikomposkan). Akankah bioplastik dapat berkembang di negeri ini dan mereduksi dampak permasalahan ini ?
Mengapa bioplastik menjadi solusi inovatif dalam menyongsong era baru energi hijau? Bioplastik sendiri terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah untuk didapatkan, dan cenderung dengan jumlah yang tak terbatas. Dengan komposisi dari, lemak nabati, jagung, kopi, bambu, dan juga jerami. Namun, perlu diketahui komposisi dari setiap bioplastik akan berbeda bergantung dari tujuan penggunaan dan juga kebutuhan, hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi biodegradabilitas bahan. Berbeda dengan non bioplastik, dimana jika mikroplastik akan memasuki tanah, udara, makanan, hal ini akan langsung berdampak pada kesehatan manusia.Â
Walaupun standar umumnya berbahan polyethylene yang cenderung tidak dapat mengalami biodegradasi. Akan Tetapi plastik dengan standar umum dapat mengalami fotodegradasi, yakni dapat rapuh dan terpecah-pecah bila lama terkena dari pancaran sinar ultra violet. Untuk terjadinya hal ini secara sempurna, para pakar memperkirakan setidaknya 500 hingga 1.000 tahun.
Pada produk bioplastik ini terbagi menjadi 2 tipe, pertama yaitu PLA (polylactic acid), bahan ini terbuat 100% murni keanekaragaman hayati sehingga dapat terurai sepenuhnya, jejak karbon yang rendah, dan aman jika terkonsumsi. PLA biasanya terbuat dari pati jagung, singkong atau tebu. Pati memiliki rantai molekul karbon panjang, yang serupa dengan rantai karbon pada plastik non bioplastik. PLA dapat divariasikan menjadi polietilen (yang digunakan untuk bahan pengepakan serta botol), polistiren (bahan styrofoam dan peralatan makan plastik), atau menjadi polipropelina (digunakan untuk tekstil atau suku cadang).Â
Salah satu contoh produk dari PLA ini yakni Biofase inovasi alat saji yang terbuat dari limbah biji alpukat, hal ini dicetuskan dan dikembangkan di Meksiko telah terverifikasi dan mendapatkan penghargaan olah Forbes, MIT Top Innovations of Latin America 2015 (terpilih sebagai inovasi terbaik di Amerika Latin), serta mendapatkan penghargaan dari UN Enviroment programme.Â
Biofase berhasil mengurangi sekitar 60% penggunaan minyak untuk plastik. Tidak kalah dari PLA jenis kedua yang biasa disebut PHA (Polyhydroxyalkanoates) yang lahir dari mikroorganisme ataupun rekayasa genetika, yang membentuk plastik dikarenakan mikroba yang kurang nutrisi, tetapi diberi karbon tingkat tinggi. PHA piawai dalam daya tahan dan fleksibilitasnya, uniknya bahan ini tahan terhadap panas atau cairan kimia serta tidak menyisakan jejak karbon.
Namun, ternyata bioplastik belum dapat menjadi senjata ampuh untuk mengatasi masalah plastik di dunia ini. Plastik ini dapat terurai sepenuhnya menjadi air, karbondioksida, dan juga kompos dari mikroorganisme dalam kondisi yang tepat. Bioplastik ini cenderung tidak tahan lama.Â
Meskipun beberapa bioplastik terbuat dari biomassa yang tidak mudah terurai oleh mikroorganisme. Sebuat studi yang dilakukan pada tahun 2010 dari University of Pittsburgh menemukan bahwa, bioplastik menghasilkan polutan pada jumlah yang besar, dikarenakan adanya pupuk serta pestisida untuk mengubah bahan organik menjadi plastik. Studi tersebut juga menyatakan bahwa bioplastik berkontribusi dalam penipisan ozon dari pada plastik tradisional.Â
Seorang Profesor Teknik Kebumian dan Lingkungan dari University of Colombia, Kartik Chandran mengembangkan sistem dimana air limbah dan juga limbah padat, dapat diubahnya menjadi bioplastik. Dapat digaris bawahi, hal ini menjadikan bioplastik sangat berguna, terutama di negara kita Indonesia. Dimana kecenderungan hal ini akan membantu dalam pengembangan Indonesia. Namun, hal ini juga menjadi masalah utama untuk direkomendasikan di Indonesia. Dikarenakan bioplastik yang relatif mahal dan akan susah untuk menjadikan sebagai plastik utama karena proses rumit untuk mengubah bahan baku bioplastik menjadi bahan penyusun PLA.Â