Kegiatan study tour bukan sekadar waktu untuk refreshing dan senang-senang. Tragedi Kecelakaan bus yang baru-baru ini terjadi, membawa luka yang mendalam. Bus Putera Fajar yang membawa rombongan pelajar dan guru SMK Lingga Kencana Depok, di Subang, Jawa Barat, mengingatkan kita bahwa kegiatan tersebut juga merupakan kesempatan untuk pembelajaran edukatif yang berpotensi berakhir tragis, seperti halnya kecelakaan tersebut yang menelan 11 korban jiwa dan melukai puluhan lainnya.
Kecelakaan tragis yang menimpa rombongan pelajar dan guru SMK Lingga Kencana Depok menjadi momentum penting untuk merefleksikan keamanan dan manfaat dari kegiatan study tour. Meskipun beberapa pihak mengusulkan pembatasan hanya di dalam kota, hal ini mungkin tidak menjamin keselamatan penuh dan bahkan dapat mengurangi eksposur siswa terhadap pengetahuan daerah lain. Sementara itu, imbauan untuk memprioritaskan ekonomi lokal melalui study tour di dalam wilayah tertentu menunjukkan upaya untuk mendukung pertumbuhan lokal, tetapi juga memicu pertanyaan tentang manfaat pendidikan lintas daerah. Lebih dari sekadar menghentikan kegiatan, perlu adanya pendekatan yang holistik yang mencakup pengawasan ketat terhadap kelaikan transportasi serta edukasi yang lebih kuat bagi sekolah dan agen perjalanan untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat dari setiap kegiatan study tour.
Kecelakaan tragis yang menimpa bus Putera Fajar yang membawa rombongan pelajar dan guru SMK Lingga Kencana Depok di Subang, Jawa Barat, telah menimbulkan duka yang mendalam dengan 11 korban tewas dan banyak lainnya luka-luka. Peristiwa ini telah memicu berbagai reaksi, termasuk imbauan dari pemerintah daerah untuk membatasi kegiatan study tour hanya di dalam kota sebagai tindakan pencegahan. Meskipun imbauan tersebut bertujuan untuk keamanan dan ekonomi lokal, sebagian pihak, termasuk Ketua Umum DPP Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, menolak pembatasan ini. Pauline menekankan pentingnya edukasi dan pencegahan yang lebih baik terhadap kegiatan study tour, sambil menyoroti pentingnya pengalaman belajar di luar kota bagi siswa. Selain itu, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, juga menyarankan agar sekolah memperhatikan dengan cermat kelaikan bus yang digunakan untuk kegiatan tersebut, menegaskan bahwa keselamatan siswa dan guru harus menjadi prioritas utama.
Study tour sebagai salah satu bentuk kegiatan dari pariwisata pendidikan yang bertujuan untuk mempelajari destinasi wisata langsung di lapangan. Program wisata ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bagi siswa agar memiliki pengalaman langsung mengenai situasi di suatu daya tarik wisata. Hal ini dilakukan karena tidak memungkinkan menghadirkan setiap peristiwa ke dalam kelas pelajaran untuk dipelajari dan diamati (Mahika, 2011). Pendapat lain disampaikan oleh (Goh, 2011), bahwa study tour sebagai alat dalam pendidikan yang berguna untuk mengubah pengalaman belajar di luar kelas pada umumnya.
Pemikiran Herbert Blumer mengenai interaksionisme sosial dipengaruhi oleh Mead, Manusia bertindak atas sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. Tragedi kecelakaan mempengaruhi cara masyarakat melihat study tour, tidak hanya sebagai pembelajaran tetapi juga sebagai risiko yang perlu dikelola lebih baik, memicu refleksi tentang keamanan dan manfaatnya. Respons yang beragam dari pemerintah, agen perjalanan, dan tokoh-tokoh terkemuka mencerminkan dinamika interaksi simbolik dalam menafsirkan peristiwa tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya pengalaman belajar di luar kota bagi siswa, sementara juga menimbulkan pertanyaan tentang manfaat pendidikan lintas daerah. Teori interaksi simbolik dapat memahami bagaimana persepsi dan tindakan masyarakat terbentuk dari interaksi simbolik di sekitar tragedi tersebut.Â
Dalam menghadapi tragedi kecelakaan yang mengguncang SMK Lingga Kencana, penting bagi kita untuk memandang kegiatan study tour dengan kacamata yang lebih cermat dan proaktif. Sebagai solusi, pendekatan holistik yang mencakup pengawasan ketat terhadap kelaikan transportasi, peningkatan edukasi bagi sekolah dan agen perjalanan, serta penerapan standar keamanan yang lebih ketat dapat membantu meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat dari setiap kegiatan study tour. Dengan demikian, kita dapat menghargai potensi pembelajaran yang dihadirkan oleh study tour sambil tetap memprioritaskan keselamatan siswa dan guru sebagai prioritas utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H