Mohon tunggu...
Cerpen

[RINDU] Rindu Juga Separuh Jiwaku

8 September 2016   18:45 Diperbarui: 8 September 2016   19:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
persadabintang.wordpress.com

Sudah tak terhitung lagi berapa hari rindu menemaniku, entah 1 bulan, satu tahun, 1 windu ataukah 1 abad aku tak tau. Yang ku tau rindu selalu setia menemaniku di setiap hembusan nafasku, ia yang selalu ada disampingku kemanapun aku pergi rindu selalu bersamaku. Apa ia tak lelah ataupun bosan bersamaku terus-menerus setiap waktu?

Rindu itu bagiku sudah seperti nyawa dalam diriku, jika tak ada rindu aku bagaikan mayat yang hampa dan tak punya rasa apa-apa. Rindu pun juga begitu, tanpa aku rindu juga tak berarti apa-apa. Jika tidak ada aku rindu bagaikan layang-layang yang dikibarkan di bawah langit yang terang serta awan yang menawan lalu di tinggal pergi oleh pemiliknya. Jadi kalaupun layang-layang itu di terpa angin kesana kian kemari layang-layang itu tak punya arah atau bahkan lama-lama akan jatuh begitu halnya dengan rindu, jika rindu tak dimiliki ia akan kebingungan, merana tak tau ia harus membuat kerinduan untuk siapa.

Hari ini hari Kamis malam Jumat begitulah orang-rang jawa menyebutnya. Masih sama malam ini aku di temani oleh rindu. Rindu yang masih sama dengan yang dulu, namun kali ini rindu itu lebih berasa aku semakin merasakan rindu dan aku semakin merindu. Andaikan aku bisa  melihat sang rindu kan ku gapai tangan si rindu aku pegang erat-erat.

Mengapa sampai saat ini aku hanya bisa merasakan rindu tanpa bisa melihatnya, tak bisa ku bendung rasa sedih dalam hatiku. Aku ingin bisa melihat rindu, melihat sosok rindu seperti apakah dia?

Rindu selalu hadir dalam mimpiku, membayangiku setiap waktu yang membuaku gagal fokus ketika aku kerja ataupun beraktifitas lainnya. Apa yang harus aku lakukan? Mengapa rindu membuatku dilema seperti ini. Rindu tak mengerti maksudku, rindu tak mengerti keinginanku, haruskah aku membencimu rindu? Supaya batinku terus-menerus tak tersiksa olehmu. Tapi sepertinya itu mustahil, aku tak bisa membencimu rindu karena kamu sudah seperti separuh jiwaku. Aku relakan jika selamanya aku tak bisa melihat rindu karena rindu telah mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun