Mohon tunggu...
Betha Khumairo
Betha Khumairo Mohon Tunggu... Mahasiswa - MABA

life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Tak Menjadi Penghalang

18 November 2021   23:58 Diperbarui: 19 November 2021   00:42 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki etnis dan ras yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak heran apabila banyak ditemukan adanya keberagaman budaya di Indonesia. Adanya keberagaman tersebut pasti memiliki perbedaan, yang mana tidak semua orang atau suku setuju akan hal itu. Lalu tahukah kalian mengenai multikulturalisme?

Ya benar, multikulturalisme merupakan konsep pandangan kehidupan masyarakat di dunia ataupun kebijakan kebudayaan yang menegaskan akan pentingnya penerimaan seseorang terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya di dalam realitas masyarakat yang menyangkut nilai-nilai, sistem sosial, praktik budaya, adat, dan filosofi politik yang dianut dalam konteks tertentu. Akan tetapi multikulturalisme tidak bertujuan untuk menciptakan keseragaman monisme maupun menciptakan budaya universal ala pluralisme. 

Multikulturalisme hanya bisa menerima adanya perbedaan budaya, namun mereka tidak akan mempelajari budaya lain maupun mendalami budaya lain. Hal tersebut tentu bisa memicu timbulnya konflik antar budaya karena tidak sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia, sekalipun mereka masih termasuk dalam konsep "menghargai", namun hal tersebut tentu tidak cukup. Seperti yang kalian ketahui di Indonesia terdiri dari beribu-ribu budaya dan kita selaku masyarakat Indonesia hendaknya mengetahui serta mempelajari keaneka-ragaman budaya, supaya kita mengetahui hal apa saja yang tidak disukai maupun hal yang dilarang budaya lain. 

Masyarakat multikultural juga memiliki potensi konflik. Hal tersebut terjadi karena masyarakat multikultural terdiri dari berbagai kepentingan, organisasi, institusi, dan kelas sosial yang tidak selalu memiliki kesamaan dan kepentingan yang harmonis. Konflik bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yaitu karena polarisasi sosial yang memisahkan masyarakat berdasarkan pengelompokkan tertentu.

Dari hal di atas, akhirnya Indonesia memutuskan memilih untuk tidak menerapkan sistem multikultural, karena takut akan munculnya konflik yang akhirnya bisa memicu perpecahan budaya. Pada akhirnya Indonesia memutuskan untuk menganut sistem pluralisme, yang mana pada sistem ini  kita tidak hanya mengetahui serta menghormati budaya lain, melainkan kita akan mempelajari serta mendalami budaya lain. 

Serta memperbolehkan kelompok yang berbeda untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing, sehingga antar kelompok memiliki kedudukan yang sama, tidak ada yang mendominasi maupun menguasai antar kelompok. Pluralisme sendiri merupakan sebuah paham dimana ada interaksi beberapa komunitas yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Pluralisme juga memiliki pengertian dari beberapa pendapat para ahli diantaranya :

Dalam ilmu sosial, pluralisme merupakan sebuah sistem yang mana ada interaksi beberapa kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.

Pluralisme dapat diartikan sebagai salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.

Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis, kekuasaan dan penentuan keputusan lebih tersebar.

Dipercayai bahwa hal ini bisa menghasilkan peserta yang lebih tersebar luas dan menghasilkan peserta yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh komunitas dan situasi-situasi di mana pluralisme merupakan hal penting ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.

Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah merupakan faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada akhirnya, pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, misalnya, lebih besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran.

Pluralisme juga berhubungan dengan bidang keagamaan. Seperti yang pasti kalian ketahui, bahwa ada 6 agama yang ada di negara kita, dan tentunya semua itu memiliki ciri khas masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus memahami dengan benar mengenai paham pluralisme, karena bisa jadi pluralisme justru menjadi pemicu konflik antar umat beragama bahkan bisa juga sampai konflik sosial. 

Umumnya agama dan pluralitas selalu mengajarkan kebaikan, kasih sayang, dan kerukunan. Tetapi pada nyatanya hal tersebut menunjukkan sebaliknya, agama justru dijadikan sumber konflik yang tak kunjung reda, baik konflik intenal maupun eksternal. Lalu langkah apa yang bisa kita lakukan selaku masyarakat yang menjunjung nilai toleransi? 

Salah satunya yaitu dengan memahami ajaran agama masing-masing secara utuh, karena setiap agama mempunyai ajaran/nilai kebaikan serta misi penegakan moralitas. Memahami disini dengan artian perlunya keterbukaan antar umat beragama melalui berbincang ringan. Tidak cukup dengan adanya dialog-dialog logika rasional, namun perlu juga logika psikis. 

Mengenai masalah kerukunan umat beragama antar umat beragama, sangat diperhatikanuntuk dibina, sebab akhir-akhir ini banyak terjadi kerusuhan di berbagai daerah yang melibatkan petikaian, meskipun pemicunya sangat jelas menyangkut soal ekonomi politik. Tetapi jika ajaran agama dipahami dengan benar, maka tidak akan terjadi kerusuhan, sebab setiap agama pasti mengajarkan kerukunan, menyerukan kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Sudah saatnya kita sesama umat beragama mempelajari serta memahami ajaran agama masing-masing secara benar dan kritis, sehingga tidak mudah terjebak dalam persoalan-persoalan yang formalistik dan bersifat simbol belaka. Dengan cara itu maka akan terciptanya kesejahteraan masyarakat. Pada dasarnya segala sesuatu itu bergantung pada bagaimana kita menyikapi hal tersebut. Jika kita pandai menyikapinya, maka hal baiklah yang akan menghampiri, dan juga sebaliknya. Dengan adanya perbedaan justru bisa menjadi penyempurnaan kekurangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun