Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, berarti kurang lebih 76 tahun Indonesia telah mencapai kejayaannya. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran perjuangan para santri kala itu. Banyak yang menilai bahwa santri itu identik dengan kekolotan, bahkan mereka beranggapan bahwa santri tidak mempunyai pengaruh apapun untuk negara. Santri justru memiliki peran besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.Â
Sebelum membahas lebih dalam mengenai hal tersebut, alangkah baiknya jika kita memahami terlebih dahulu siapa sih santri itu? Sebenarnya santri memiliki bermacam-macam pengertian, salah satunya menurut sepemahaman orang pada umumnya, santri merupakan murid yang datang dari jauh khusus untuk belajar ilmu agama dan tinggal di sebuah kompleks pendidikan yang disebut pesantren.Â
Makna lain santri menurut pendapat para Ulama juga berbeda-beda, salah satunya menurut Gus Mus, santri ialah murid kyai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat imannya, serta mencintai tanah airnya sekaligus menghormati guru dan orang tuanya. Gus Dur juga memiliki definisi berbeda mengenai definisi santri, santri tidak hanya seseorang yang mengampu ilmu di Pesantren, melainkan seseorang yang berakhlaq seperti santri maka dialah santri.Â
Kyai Said Aqil Siraj juga menambahkan, santri menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya yang berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama dengan baik. Santri juga menghormati budaya, bahkan menjadikannya sebagai infrastruktur agama, kecuali budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Santri sekarang dan santri zaman dahulu  sangatlah berbeda. Beberapa hal yang membedakan diantaranya adalah dari segi keilmuan, tingkah laku, dan yang paling menonjol ialah dari segi gaya hidup santri. Mengenai keilmuan, memang untuk sistem pembelajaran santri zaman dahulu belum tersistem dan terstruktur. Metode pembelajaran pada masa itu cenderung lebih mengikuti arahan yang diberikan kyai, jadi tidak menentu kapan mengaji kitab kapan mengaji quran, dsb.
Pelajaran yang mereka pelajari hanyalah seputar agama, jadi pada masa itu mereka belum mengenal ilmu pengetahuan umum secara luas. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka tidak hanya fokus pada pendidikan yang bersifat islami. Sistem pendidikan dipesantren lambat laun berkembang, sehingga menambah wawasan para santri. Saat ini banyak pesantren yang memberikan wajah pendidikan yang mampu mengintegrasikan antara keilmuan agama dan keilmuan umum.Â
Di pesantren juga memberi pengajaran terkait kedisiplinan diri, pendidikan karakter, serta keterampilan hidup. Dalam hal tersebut telah diterapkan sejak dahulu dan masih bertahan sampai sekarang. Mengenai tingkah laku memang banyak perbedaan, apalagi tingkah laku terhadap guru dan ilmu. Santri zaman dahulu sangat tadzim/hormat kepada guru. Mereka sangat menjaga perasaan guru sehingga mereka akan berhati-hati dengan apa yang akan mereka ucapkan/apa yang akan mereka lakukan kepada guru supaya tidak menyinggung perasaan beliau. Para santri melakukan semua itu semata-mata hanya karena ingin mendapatkan ilmu yang barokah, tidak lebih.
Begitu halnya dengan hormatnya santri kepada ilmu, setiap sebelum pembelajaran kitab mereka selalu wudhu terlebih dahulu, sehingga pada saat memegang kitab dan saat menyimak pelajaran mereka dalam keadaan suci. Mereka meyakini dengan ke istiqomahan mereka menjaga wudhu saat pelajaran, akan membuat ilmu tersebut mudah dipahami. Bedanya dengan santri zaman sekarang mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan hal sepele, mereka cenderung meremehkannya.Â
Padahal hal yang mereka anggap remeh justru bisa berimbas pada santri itu sendiri dan bagaimana ilmu itu hadir dan tumbuh dalam pribadi santri masing-masing. Yang terakhir mengenai gaya hidup santri, santri zaman dahulu terkesan lebih sederhana. Mereka lebih mementingkan kebutuhan daripada keinginan, mereka memilih fasilitas yang serba terbatas asalkan memiliki keberkahan jika dibandingkan dengan fasilitas yang memadai tetapi tidak membawa keberkahan. Mereka mencari pondok bukan melihat dari fasilitasnya akan tetapi melihat dari sisi kyai yang alim serta memiliki keluhuran pekerti di mata tuhan dan masyarakat.Â
Mereka juga semata-mata mondok berniat untuk menghilangkan kebodohan sehingga mendapat ridho Allah. Berbeda dengan sekarang, orang tua cenderung memilih pondok dengan fasilitas terbaik akan tetapi mereka mengabaikan kualitas dari seorang guru. Dari cara berpakaianpun juga berbeda, santri zaman dahulu tidak terlalu memperhatikan style mereka, jadi mereka tampil apa adanya. Santri sekarang justru sangat memperhatikan style berpakaian.Â
Sebenarnya hal tersebut tidak luput dengan adanya perkembangan  budaya pada saat ini. Tak hanya masyarakat luas saja, para santri zaman sekarang juga mulai meniru gaya berpakaian orang barat. Namun hal tersebut tentu tidak dilakukan oleh semua santri, mungkin hanya ada beberapa diantara mereka.