Beberapa hari yang lalu saya mendapati adik saya sedang mengerjakan sesuatu, ketika saya tanya apa yang ia kerjakan ternyata ia sedang mengerjakan PR dari gurunya. Waktu itu saya tidak menanggapi langsung apa yang ingin ia kerjakan, namun saya melihat menatap raut wajah adik saya, wajahnya sedang murung dan kelihatan kalau ia sedang menyimpan sesuatu dalam benaknya, saya tidak berani bertanya lebih lanjut tentang perasaannya, bagaimanakah ia harus menjawab segala pertanyaan yang ia dapatkan.
Memang setiap anak cara menanggapi kata PR berbeda-beda, ada yang menganggap itu sebuah tugas berat, ada yang menganggap itu adalah kesenangan untuk mencari sebuah jawaban di dalam eksplorasi belajarnya.
Nah, Apa PR itu berat? Apa PR itu rumit? Apa PR itu menjenuhkan, apa PR itu membosankan
?, Apa PR itu menyenangkan? Bisa saja pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika melihat anak yang sedih atau senang ketika mendapatkan PR.
Namun, ini adalah sebuah PERSPEKTIF mengapa guru memberi tugas atau PR.
1. Pekerjaan rumah (PR) sebagai awal yang aktif
awal sebuah pelajaran sebaiknya mengenalkan tentang apa itu yang dinamakan PR, untuk menstimulasi anak-anak agar tidak memandang PR adalah sebuah pekerjaan yang menyebalkan. hal ini membantu siswa didik menghubungkan mata rantai pelajaran yang mereka dapatkan dan untuk membangun nuansa bercerita atau perkembangan di dalam fikiran mereka.
caranya:
pasang-pasangkan siswa didik dan beri pekerjaan rumah atau PR, pada pertemuan berikutnya panggil pasang-pasangan tersebut untuk maju dan menceritakan apa yang telah ia dapatkan dengan memalui PR.
atau mintalah gambar apapun yang sesuai dengan keinginan mereka yang ada kaitannya dengam pemahaman PR yang guru berikan.
berdiskusi dengan teman juga akan mempengaruhi proses belajar mereka, berkomunikasi, serta belajar untuk mengungkapkan apa yang ingin peserta didik sampaikan.
2. PR untuk membangun pelajaran
menjadikan PR sebagai hal penting agar siswa didik lebih memahami akan tujuan PR tersebut.Â
caranya:
mintalah siswa didik untuk berdiskusi dengan teman sebangku atau teman sekelompok yg sudah di bentuk.
amati apa saja yg mereka lakukan saat berdiskusi, apabila mereka mulai jenuh, bawalah suasana kelas menjadi membaik kembali seperti gali rasa ingin tau mereka untuk merasa penasaran pertanyaan yang guru ajukan.
semoga bermanfaat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H