Mohon tunggu...
Elok Firdaa
Elok Firdaa Mohon Tunggu... Freelancer - Renungi, jalani, nikmati dan syukuri. manusia bisa mengubah takdirnya jika ia mau untuk berusaha.

Mahasiswa Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2018

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Have Fun with Childhood Event

28 November 2020   16:52 Diperbarui: 28 November 2020   16:54 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan dan dimana pengalaman pertama kali teman-teman berenang?

Masih ingatkah kejadian tersebut? Yuk kita ingat-ingat kembali pengalaman masa dini yang tidak bisa kita dapatkan ketika sudah dewasa seperti sekarang ini.

Ketika kita mempelajari tentang perkembangan anak usia dini, akan mengetahui bahwasannya anak usia dini memiliki masa unik yang tidak bisa kita dapatkan ketika sudah dewasa. Masa-masa itu adalah masa pertumbuhan berupa sifat egosentris, keingintahuan yang tinggi, imajinasi dan fantasi. Sikap-sikap bermain dalam kebebasan dan keinginan untuk selalu terpenuhi.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman flashback pada ingatan masa dini. masa pertama kali teman-teman belajar berenang. Kenapa saya memilih ketika pertama kali berenang? Karena saya tidak yakin teman-teman akan mengingat jika saya minta mengingat masa pertama kali belajar berjalan atau mengucapkan kata "ayah". 

Hal ini karena ingatan manusia terbagi menjadi dua yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Ketika masih usia dini, ingatan anak berada pada ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek yaitu ingatan yang tidak tersimpan secara jangka waktu yang lama. 

Hal ini karena ingatan yang ingin diingat adalah kejadian yang tidak terlalu penting untuk kita, sehingga mudah untuk dilupakan. Sedangkan ingatan jangka panjang adalah ingatan yang dapat bertahan pada jangka waktu yang lama. Biasanya hal atau kejadian pada ingatan jangka panjang ini merupakan hal-hal yang penting sehingga selalu diingat dan tidak ingin terlupakan.

Daya ingat ketika masa dini biasanya tidak teringat, karena ketika dini belum bisa mengingat jangka panjang. Oleh karena mari kita ingat masa dini yang masih mampu kita ingat. Salah satu masa dini yang saya ingat adalah pengalaman berenang. baca yuk ceritanya!

Pertama kali belajar berenang saya diajarin oleh adik sepupu di sungai belakang rumahnya. Melalui sekali dorongan kaki dan sekali dayung yang diulang-ulang dalam berkali-kali. Mulai dari sekali, dua kali hingga mampu mengambil berkali-kali dayung. Sejak usia 7 tahun, saya senang bermain di sungai bersama teman-teman. Namun, pertama kali bisa berenang ketika berumur 8 tahun. Ini menjadi tuntutan harus bisa berenang karena teman-teman lainnya sudah bisa.

Belakang rumah saya juga terdapat sungai. Sehingga kebiasaan setelah bermain sepulang sekolah adalah ditutup dengan berenang di sungai beramai-ramai bersama teman-teman. Kebiasaan ini berlangsung hingga akhir sekolah dasar yang saat itu berumur 12 tahun.

Meskipun dilakukan setiap hari, saya tidak merasakan akan adanya kebosanan karena dilakukan dengan senang hati dan bersama teman-teman maupun saudara sepupu. Saat berenang yang kita lakukan tidaklah berenang yang biasa, kita akan melakukan hal-hal yang lebih dari menyenangkan. 

Ketika musim hujan kita akan mencari pelepah pisang yang dapat digunakan sebagai perahu. Kita juga mencari akar pohon beringin yang dapat dijadikan sebagai tali panjat tebing. Ya walaupun tebingnya hanya 2-3 meter tingginya. Sesekali kita juga gunakan tali tersebut sebagai ayunan yang kita ikat pada pinggir jembatan.  Hehe

Ketika musim kemarau dan sungai mulai surut, kegiatan yang biasa dilakukan warga adalah menutup bendungan dan mencari ikan yang ada di sungai. Kegiatan ini sekaligus kita jadikan waktu dan kesempatan untuk bermain air di sungai sepuasnya ditemani dengan sebuah jaring untuk menangkap ikan. Meskipun pulang tanpa membawa ikan, namun hati senang sudah menjadi imbalan.

Kembali pada kesenangan berenang. Ada suatu kejadian yang sampai sekarang tidak bisa aku lupakan. Saat itu hari rabu tepat pada hari pengusapan anak yatim terjadi musibah hujan deras yang disertai angin besar. Hingga membuat banyak pohon besar tumbang. Saat itu terdapat salah satu pohon besar yang tumbuh di samping sungai ikut tumbang. 

Pohon tersebut tumbang membentang pada sungai hingga membentuk sebuah jembatan. Namun, di samping pohon terdapat banyak pohon bambo dan beberapa pohon lainnya. Setelah kejadian tersebut, esok harinya saya dan beberapa sepupu bermain di sungai. Melihat adanya pohon yang tumbang membentang ke sungai membuat adanya keinginan untuk bermain di sana. 

Berenang di sungai tersebut dan terjun bebas dari atas bentangan pohon yang tumbang. Agar bisa menuju pada tengah sungai di atas bentangan pohon, kita perlu melewati beberapa pohon bambo yang terdapat banyak duri. Meskipun sedikit menantang, namun keseruan tetaplah terbentang. Dan hal tersebut tidaklah menjadi penghalang.

Selain bermain loncat dari atas pohon yang tumbang. Beberapa hari setelahnya, kita bermain lempar batu ke dalam sungai. Permainannya barang siapa yang menemukan batu tersebut berarti ialah pemenangnya. Ya walaupun yang menang tidak mendapat hadiah apapun, kebersamaan dan kesenangan yang selalu kita dapatkan.

Hingga suatu ketika, adik sepupu saya melempar batu dalam keadaan saya sedang menyelam ke dasar sungai. Tanpa sengaja batu yang dilempar oleh adik sespupu mengenai kepala saya. Berhubung saat itu masih berumur 9 tahun yang tergolong masih anak-anak, sayapun menangis. 

Menangis sembari memegangi kepala yang terasa sakit. Ketika saya pegang, saya merasakan suatu hal yang aneh. Ada rasa basah yang berbeda seperti bukan basahnya air. Kemudian saya melihat tangan yang saya gunakan untuk memegang kepala yang terkena batu tersebut. Ketika saya melihatnya, sontak kaget karena di ujung jari terdapat noda merah yaitu darah. Sontak tangisan saya semakin menjadi sambil bilang "huaaa kepalaku bocor" dan bersikap menyalahkan adik sepupu saya. kemudia saya menangis sembari berlari menuju rumah.

Kejadian ini terjadi ketika di rumah sedang mengadakan tasyakuran/ selamatan. Sehingga di rumah tidak hanya ada orang tua saya. Akan tetapi banyak saudara-saudara yang datang di rumah. Mereka ikut bingung, sebab saya yang menangis sambil bilang "kepala bocor". 

Salah satu saudara ibu yang saat itu saya panggil "bibi" memberikan obat kepada saya berupa "balsem lang" dan dioleskan pada luka kepala. Sejenak setelahnya, darah pada kepala tidak lagi keluar, karena memang sebenarnya itu hanyalah luka sedikit. Hanya saja saya yang terlalu membesar-besarkannya karena takut bocor beneran. Kan ya takut kalo otaknya keluar. Hehe

Saat kejadian itu, saya mempunyai rasa kebencian kepada adik sepupu yang sudah melukai saya. Namun, kebencian tersebut tidak berjalan lama, dan kami kembali bermain bersam-sama lagi. Sampai sekarang dewasa.

Bagaimana man teman, seru kan masa kecilku. Yuk ingat masa kecil kalian dan ceritakan bersama kami. Jika tidak ingin menuliskan cerita panjang, boleh kok tulis di kolom komentar pengalam teman-teman di masa kecil yang tidak bisa terlupakan.

Yuk have fun bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun