Aku dan luka yang kubawa berlari.
Meringkuk di antara gelap dan kosong.
Menanti kepulanganmu dirimu didekapku.
Napas putus-putus yang kudera.
Mencumbu tiap rindu yang kau hidangkan.
Lalu aku adalah penulis yang menjadikan darahnya sebagai tinta,
Mendengus dalam makan malamnya.
Mengitari sudut kota bersama sukma yang tersulut.
Tentang aku dan diriku.
Kami anggap semua telah damai.
Meskipun ada ketidakbenaran yang disimpan di ujung cakrawala.
Ibu bulan menjerit pilu.
Bintang-bintang berteriak malu.
Melihat kami dengan lidah kelu.
Yang telah hancur dalam celah jemarimu.
Aku dan diriku, kami tak apa.
-el (28 September 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H