Sebilah rotan runtuh di punggung kecil
Menyisakan tangis oleh sabitan
Gerak bibirnya mematung walau sekadar meminta ampun
Geraman kebencian memenuhi sudut rumah, menyakiti pendengaran
Gadis kuncir dua dengan gigi susu yang bergelayut tak beraturan
Senyum secerah mentari pernah singgah dahulu
Melapisi tiap waktunya dengan tawa
Bukan yang meraung dalam diam, tanpa suara
Gadis yang tenggelam dalam luka
Dia kirimkan sebait jawaban yang belum pernah sampai
Tanda hatinya yang telah pilu
Dari tinta hitam di atas kertas putih untuk yang teramat ia cinta
Moga-moga Tuhan berkenan
Pertemukannya dengan mimpi indah di balik sadisnya kutukan malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H