Mohon tunggu...
Ell Nur
Ell Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cara "Urang Sunda" Memilih Pemimpin

23 Juni 2018   13:58 Diperbarui: 23 Juni 2018   14:18 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jawa Barat meskipun selalu diidentikan dengan orang sunda, pada kenyataaanya cukup heterogen, terbagi beberapa wilayah yang secara kultur berbeda, ada priangan yang umumnya memiliki kemiripan seperti Cianjur, Sukabumi, sebagian Bogor, Garut, Bandung, Sumedang, lalu Priangan timur misalnya, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, hingga pesisir pantai selatan. Wilayah Cirebon, Wilayah Pantura, dan daerah sekitar Jakarta termasuk Bogor didalamnya. 

Karakteristiknya juga berbeda termasuk dialek bahasa mereka juga berbeda, meskipun umumnya menggunakan bahasa sunda. Sementara Banten yang juga orang sunda, tetapi telah dipisahkan secara politik menjadi wilayah tersendiri.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 40jt untuk Jawa Barat sendiri dan 10 juta untuk Banten, maka daerah ini bisa dikatakan menjadi menarik dalam peta perpolitikan tanah air, bahkan ada yang mengatakan jika bisa menang dijabar untuk skala kepemimpinan nasional, bisa dikatakan sudah meraih suara yang mendongkrak keterpilihan secara signifikan.

Dalam konteks kepemimpinan nasional baik Jabar maupun Banten sebetulnya memiliki kemiripan, bagi orang sunda pada umumnya, pemimpin itu harus "pinter", "bageur", "cageur", dan satu hal yang sering tidak disadari adalah pemimpin itu harus "wah". "pinter" maksudnya adalah pemimpin itu harus cerdas dan meyakinkan, menguasai masalah dan pintar berbicara. "bageur" pemimpin itu harus ramah, bisa membaur dan luwes dalam menghadapi rakyatnya. "cageur" pemimpin itu harus tampak sehat, gagah, dan berpenampilan baik, sehat fisik dan mental, sehingga tidak kehilangan wibawa. 

Oleh karena itu pemimpin yang tampil tidak cukup meyakinkan, tampak inferior, tidak ganteng/cantik, tidak kelihatan mewah, pendeknya penampilan fisiknya kurang meyakinkan, maka agak sulit menarik hati pemilih Jawa Barat. 

Penampilan itu penting, makanya jika pemimpin yang tampak sederhana, maka dia tidak akan terlalu mendapat hati di jawa Barat, apalagi jika dia muncul dari kalangan yang biasa-biasa saja, bukan dari kalangan elit ataupun selebritis.

Hal ini muncul bisa jadi karena figure pemimpin yang diturunkan dari generasi ke generasi, bahwa konsep pemimpin bagi orang sunda haruslah seperti diri Sri Baduga Maharaja Raja Pajajaran di sekitar tahun 1500an, atau yang lebih dikenal dengan Prabu Siliwangi yang gagah perkasa. 

Figur ini begitu melekat sehingga bagi seorang pemimpin yang mendekati figure ini, dijamin akan menjadi panutan bagi sebagian besar orang sunda. Terutama bagi penduduk Jawa Barat di wilayah Priangan, yang secara jumlah menjadi mayoritas penduduk Jabar. Atau juga karena orang sunda umumnya suka dengan keindahan, kebudayaan mereka tinggi dan sangat luwes yang dibumbui dengan kesantaian yang tercermin dari cara mereka bertutur yang selalu menyelipkan humor. Sehingga pemimpin yang pintar membawa diri, berpenampilan menarik sekaligus humoris, akan cepat menjadi idola di Jabar. Dan kemungkinan besar akan meraih suara mayoritas.

Just two cent my shares..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun