Mohon tunggu...
rosaline halim
rosaline halim Mohon Tunggu... -

Hanya seorang pengembara di dunia yang sedang mengumpulkan bekal untuk perjalanan akhir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Imlek dalam kenangan

3 Februari 2011   14:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekali lagi Tahun Baru Lunar Cina dirayakan kembali,  Waktu kecil yang saya tahu mengenai imlek hanyalah hari dimana saya akan mendapat pakaian baru jahitan popo (nenek )saya. Lalu ada makanan mahal yang sehari hari tidak akan ditemui di meja makan pada malam Tahun Baru Imlek, seperti ayam goreng,  soup haisom ( saya benci sekali karena lembek, di kemudian hari saya baru tahu kalau Haisom ( teripang) itu harganya sangat mahal),permen, kue dlsb. Setelah nenek saya meninggal, tidak ada lagi yang menjahitkan pakaian baru untuk saya, sebagai gantinya ayah dan ibu saya setiap tahun selalu menanyakan,"Apakah kamu mau baju baru?" Sebagai anak yang memahami kesulitan keuangan keluarga, tentu saja saya menolak tawaran ini, tetapi ayah dan ibu sepertinya tidak rela kalau anaknya tidak dapat baju baru. Sekuat tenaga mereka selalu membelikan walau cuma sepasang. Yang paling menyenangkan dari Tahun Baru Imlek adalah hadiah Ang Pao dari para handai taulan, pemberian Ang Pao tergantung pada tingkat ekonomi masing masing saudara yang kami kunjungi. Angpao diberikan dari orang tua ke anak sampai mereka mandiri atau menikah, setelah menikah kewajiban memberi angpao berpindah dari anak ke orang tua, dan adik serta keponakannya. Ada juga yang tidak memberi, biasanya ekonominya memang sedang dalam keadaan paceklik. Kakek saya paling adil, semua cucunya selalu mendapatkan jumlah yang sama. Senangkah saya ketika menerima Angpao ini? Sumpah, saya waktu itu tidak paham nilai uang, bertahun-tahun semua Angpao itu saya berikan pada ayah dan ibu, yang saya tahu setelahnya saya dapat menikmati menu yang lebih nikmat dari biasanya. Tidak seperti generasi muda sekarang yang lebih beruntung, mereka bisa berfoya foya menghabiskan untuk kepentingan mereka sendiri. Kini arti Imlek di mata saya sudah berubah, Imlek tidak lagi identik dengan Angpao, makanan, kue, dlsb. Tetapi nilainya bergeser menjadi rasa senang bisa bertemu dengan keluarga yang semakin mengecil jumlahnya karena banyak yang telah berpulang.  Imlek bagi sebagian orang dianggap sebagai perayaan Agama Kong Hu Cu, tetapi bagi saya Imlek adalah momentum dimana keluarga besar yang merantau pulang untuk berkumpul.  Imlek selain Hari Raya menyambut datangnya musim semi, juga hari dimana kami bisa menyambung tali persaudaraan dan kekerabatan. Kong Xi Fat Chai, Wan Shi Ru Yi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun