Mohon tunggu...
Nino Saununu
Nino Saununu Mohon Tunggu... profesional -

@AANims | #Lawyer Candidate #Consultant #Creativepreneur #Netizen | elnimos@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Atas Nama Rakyat

6 Juli 2014   18:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:15 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PILPRES 2014 tinggal 2 hari lagi. Kerja keras dua timses kubu No#1 Prabowo-Hatta dan kubu No#2 Jokowi-JK akan terlihat hasilnya pada hari 'keramat' bagi seluruh masyarakat Indonesia tersebut. Akankah Pemilu Presiden ini menghasilkan pemimpin baru yang berasal dari kolaborasi mesin-mesin partai yang solid ataukah justru pemimpin yang 'katanya' berasal dari rakyat ??? Siapapun yang terpilih jelas itu adalah Suara Rakyat (suara rakyat mayoritas).

Menyimak ide-ide pembaruan yang diusung kedua kubu memang menarik. Apalagi platform yang ditawarkan memiliki kemiripan satu sama lain ditambah kedua belah pihak mengedepankan nama 'Atas Nama Rakyat'. Pertanyaannya Rakyat yang mana? Karena konteksnya adalah demokrasi, maka tentu Rakyat yang dimaksud adalah mayoritas suara terbanyak yang disalurkan melalui salah satu kubu.

Berbicara mengenai kubu, tentunya kita harus memahami program-program yang ditawarkan kedua kubu, dan bagaimana upaya implementasi dari program-program tersebut, sebelum menyalurkan aspirasi kita kepada salah satu pihak.

Karena program-program yang ditawarkan selama masa kampanye cenderung mirip, tentunya kita akan bingung memilih siapa yang memiliki kapabilitas dan siap merealisasikan ide-ide yang tertuang dalam visi misi tersebut?  Mari kita bedah indikator dukungan koalisi partai peserta PEMILU 2014 secara sederhana!


  • No. #1 SATU : Jika berpatokan pada komposisi partai pendukung No# SATU dengan dukungan kursi yang ada di parlemen hasil pemilu legislatif 2014,  maka kemungkinan keberhasilan pelaksanaan program-programnya lebih besar karena akan didukung partai-partai koalisinya secara berkelanjutan.
  • No. #2 DUA : Komposisi partai-partai pendukung terhadap No# DUA lebih kecil dibanding No.#SATU. Kemungkinan keberhasilan pelaksanaan program-program kerjanya akan lebih kecil akibat 'bargain power' koalisi partai pendukung yang relatif tidak kuat.


Berdasarkan indikator diatas dan melihat pada catatan sejarah bahwa kita pernah dipimpin seorang presiden di awal tahun 2000-an yang sering sekali berseberangan dengan legislatif (DPR) dan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian kita,   kemudian berujung pada masa jabatan yang relatif singkat, tentunya kita mesti hati-hati dalam menentukan pilihan kali ini. Setuju ?

Jika kita tidak ingin kembali ke masa awal tahun 2000-an dimana kondisi perekonomian kita morat-marit akibat memilih pemimpin berdasarkan euforia terhadap ketokohan seseorang yang kemudian dibayar mahal oleh bangsa ini, maka sudah saatnya kita memilih dengan cerdas.

Saya pribadi memilih pemimpin negara ini bukan hanya karena sosok ketokohan individu, tapi juga didasarkan atas kalkulasi kekuatan pendukung partai-partai politik yang ada, dan kemungkinan keberhasilan pelaksanaan program-program yang ditawarkan selama masa kampanye. Jika kebetulan individu yang diusung partai-partai tersebut adalah seorang tokoh berwawasan internasional dan mumpuni, maka itu adalah bonus yang luar biasa.

Bagi saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang sibuk membanting tulang, dan cenderung melihat apa yang ditawarkan media favorit anda, cobalah melihat arah dukungan pemerintah saat ini ke kubu tertentu (No#1), sebagai tolok ukur. Logikanya, apa yang sudah dibangun selama ini, dan ingin diperkuat dengan pelaksanaan program-program dalam visi misi kubu No#1 harus kita dukung. Apalagi jika program-program yang ditawarkan kedua kubu mirip, maka kita perlu melihat nilai plus yang ada  di antara mereka. Pada kubu No#1, nilai plusnya adalah dukungan dari presiden SBY kepada Capres dan Cawapres No#1,  yang bisa dijadikan panduan kita semua.

Namun jika anda memilih No#2, itupun hak anda masing-masing. Oh ya, mengingat ada yang pernah menyamakan kandidat No#2 dengan Barack Obama, tahukah anda bahwa hasil survey terkini di Amerika, menunjukkan bahwa Presiden terburuk dalam sejarah Amerika adalah Barack Obama ? http://news.liputan6.com/read/2073018/survei-obama-presiden-terburuk-as

Akhirnya, karena kedua pasangan kandidat memang mewakili rakyat dalam kompetisi pemilihan PRESIDEN kali ini, maka silahkan tentukan pilihan anda dengan CERDAS!

Salam IndONEsia SATU !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun