Mohon tunggu...
Nino Saununu
Nino Saununu Mohon Tunggu... profesional -

@AANims | #Lawyer Candidate #Consultant #Creativepreneur #Netizen | elnimos@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ah, gampang itu ...

7 Juli 2014   04:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:13 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai salah satu swing voters yang menjadikan acara debat Capres-Cawapres 2014 sebagai panduan dalam menyalurkan hak politik saya, saya jelas kecewa. Bayangkan dari lima kali acara debat yang telah dilakukan oleh KPU, semuanya masih jauh dari  harapan saya.

Tapi, herannya, kenapa reaksi para pendukung kedua kubu yang berseberangan pada saat acara debat di studio itu justru begitu luar biasa ? Teriakan, sorakan para pendukung fanatik tersebut bahkan terkesan lebih ekstrim dibanding yang umum terjadi pada pertandingan tinju profesional atau acara-acara kompetisi olahraga lainnya.

Makin bingung lagi ketika saya mencoba menyimak berita-berita dari dua stasiun TV yang jelas bersifat tendesius dalam porsi tayangan 'beritanya'.  Jika aksi dan tingkah kandidat No#1 diekspos secara total di TV One, maka kandidat No#2 juga diekspos secara habis-habisan di Metro TV. Bombardir informasi dari dua Stasiun TV terpercaya yang berlawanan ini, mengakibatkan saya memilih untuk kembali ke TVRI lagi untuk bahan referensi berita yang bukan hanya aktual dan terpercaya, tapi juga NETRAL.

Untungnya saya tidak gampang terpengaruh dengan perang opini yang terjadi di Media Sosial, karena saya cukup memahami kepentingan-kepentingan terselubung dibalik opini-opini yang dilemparkan para pendukung kedua kubu dimaksud yang seringkali cenderung absurd dan 'luar biasa'. Walau harus diakui, animo Netizen Indonesia pada PILEG dan PILPRES 2014 kali ini, memang luar biasa.

Menentukan pilihan pada tanggal 9 July nanti ternyata memang tidak gampang bagi saya. Namun hal yang paling membekas dari keseluruhan debat Capres-Cawapres kali ini adalah ucapan dari kandidat No#2 (Jokowi),pada debat capres tahap dua (15 juni), yaitu 'gampang itu...' ketika ditanya kandidat No#1 (Prabowo) mengenai cara membuat daerah patuh dan penyediaan anggaran Rp. 40 T untuk alokasi program pendidikan 12 tahun.  .........Apakah memang segampang itu mengurusi permasalahan-permasalahan dalam NKRI sebesar ini ? Jika begitu, kenapa justru menjadi tidak segampang yang dipikirkan bagi pemerintahan Mr. S B Yudhoyono selama 10 tahun terakhir ini?

Baiklah, saya tidak ingin berpolemik lebih jauh tentang statement diatas, karena hanya ingin mencari kepastian dalam memilih calon terbaik pemimpin negara ini. Dan kriteria yang saya impikan adalah sesosok tokoh yang punya impian (ambisi) dan yakin dengan dirinya. Kenapa ambisi penting?  Karena memang untuk jadi Ketua OSIS  atau Ketua Senat Mahasiswapun, seseorang individu harus memiliki ambisi yang tercermin dalam tuangan Visi Misi yang jelas, baru kemudian mencari dukungan.

Penilaian saya atas acara debat capres-cawapres, secara keseluruhan memang kedua kandidat tidak sempurna. Namun setidaknya ada yang mendekati kriteria ideal. Dan pilihan saya jatuh pada kandidat yang konsisten dalam menyampaikan dan mempertahankan Visi Misinya yang terstruktur, jelas, realistis dan dapat dipertanggungjawabkan. Kandidat yang menghormati hasil kerja pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, dan berkeinginan untuk memperkuat program-program yang sudah ada atau sedang berjalan.  Juga bagaimana cara kandidat tersebut merengkuh berbagai kalangan yang jelas menunjukkan kelasnya sebagai politisi dan negarawan.

Sekarang jika ditanya kemana akan saya salurkan hak politik nanti? jawabannya, 'ah ternyata tidak segampang itu'. Alasannya, karena kualitas seorang pemimpin itu mencerminkan kualitas  orang-orang yang dipimpinnya. Maka saya tidak akan memilih pemimpin yang menggampangkan masalah.

Bagaimana dengan anda ?

Salam IndONEsia SATU!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun