Tempat untuk menempuh pendidikan formal itu bernama sekolah. Dan yang bertanggung jawab dalam memberikan asupan pendidikan tersebut adalah guru.
Maka, segala hal yang berkaitan dengan pendidikan bagi anak didik adalah semua guru yang berada dan terikat dalam lingkungan sekolah tersebut.
Dari pagi hingga siang, bahkan kini sejak diterapkan sistem full day untuk jam pelajaran di sekolah, menjadi dari pagi hingga sore hari jadi tanggung jawab guru.
Sisanya, ketika siswa telah harus pulang ke rumah, maka pendidikan harus diambil alih oleh orang tua ataupun setiap sosok yang berada di rumah.
Tent saja peran kedua belah pihak, baik itu guru ataupun orang tua, sangat vital dalam hal proses pendidikan terhadap sasaran didik tersebut.
Hanya saja, yang menjadi catatan, peran kedua pihak yang menjalankan proses pendidikan tersebut seolah berjalan masing-masing tanpa adanya jalinan kerja sama.
Setiap orang tua menganggap jika selama proses jam sekolah adalah tanggung jawab guru. Sementara pihak sekolah menganggap ketika murid sudah sampai rumah, mereka tidak perlu lagi mencampuri urusan si murid karena menganggap sudah lepas tangan karena sudah di tangan orang tua kembali.
Sisi pandang seperti itulah yang membuat tidak optimalnya proses pendidikan terhadap anak. Mereka merasa hanya cukup sebatas menjalankan peran masing-masing saja dalam mendidik, selepas itu, tidak mau tahu.
Tentu saja ini salah. Kesalahan yang maha besar. Karena seandainya ada kolaborasi antara guru dan orang tua murid, maka hasil pendidikan akan sangat optimal terhadap penerima manfaat pendidikan tersebut.
Memang, pada masa teknologi sekarang ini, ada yang namanya group wali murid yang isinya adalah para wali murid dan tentunya ada juga guru atau pihak sekolah terkait.
Tetapi, hadirnya group tersebut masih belum bisa dikatakan kolaborasi dalam proses pendidikan. Hanya lebih mengarah kepada komunikasi pengawasan saja. Untuk ijin sakit, misalnya.
Banyak manfaat dengan adanya kolaborasi pendidikan yang dilakukan oleh guru dan orang tua murid. Menyamakan visi dan misi pendidikan misalnya.
Dengan adanya penyamaan visi dan misi pendidikan antara guru dan orang tua murid, tentu akan memudahkan proses pendidikan itu sendiri.
Dengan adanya komunikasi yang baik, maka akan bisa diketahui apa yang dibutuhkan oleh murid dan metode apa yang tepat untuk bisa diterapkan terhadap si siswa itu sendiri.
Pendidikan terhadap penerima manfaat itu sendiri bukanlah hanya tanggung jawab sebelah pihak saja. Ketika siswa itu tengah berada di sekolah bukan berarti itu hanya tanggung jawab pihak sekolah saja.
Begitu juga sebaliknya. Maka, program kolaborasi antara orang tua murid dan guru ataupun pihak sekolah terkait haruslah bisa dijalankan.
Semua bisa dimulai dengan meningkatkan interaksi antara orang tua dan guru tersebut.