Mohon tunggu...
Latatu Nandemar
Latatu Nandemar Mohon Tunggu... Relawan - lahir di Pandeglang Banten

Lahir di Pandeglang, Banten. seorang introvert yang bisa menjadi extrovert ketika situasi mengharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hal-hal yang Tidak Ingin Kita Temui Ketika Berkendara di Pedesaan

12 Februari 2023   18:59 Diperbarui: 12 Februari 2023   19:02 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkendara di jalan raya perkotaan, entah itu roda dua maupun roda empat, dengan lalu lintas sangat padat bisa menguras emosi jiwa.

Hal itu dikarenakan selalu saja ada kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan sehingga sering sekali terjadi konflik yang disebabkan oleh hal-hal sepele. Meski penyebabnya sepele, tetapi efek yang diakibatkan sama sekali tidak sepele.

Adu mulut, adu jotos, adu nyali dan adu-aduan lainnya sering sekali banyak terjadi di jalan raya kota. Itulah sebabnya, banyak yang berpikir bahwa berkendara di jalan perkotaan pasti tidak sama dengan berkendara di jalan pedesaan. Di pedesaan pasti lebih asri, toleransi, ramah, tanpa polusi dan lain sebagainya.

Tapi, tunggu dulu! Benar gak sich kaya gitu?

Baca dulu beberapa hal yang pernah saya jumpai selama berkendara di desa! Saya yakin semua pembaca akan berpikir ulang dengan anggapan bahwa menggunakan kendaraan di desa-desa lebih aman, nyaman, sehat dan tidak menguras emosi jiwa.

Pertama, polusi. Siapa bilang berkendara di desa bebas polusi? Jika yang Anda maksud polusinya adalah polusi yang berasal dari asap knalpot yang diakibatkan padatnya jumlah volume kendaraan, mungkin benar. Tetapi berkendara di pedesaan pun sama, ada polusi yang ditimbulkan oleh para petani yang membakar sampah limbah pertanian tanpa memikirkan pengguna jalan.

Para petani ini selalu membakar sampah sisa-sisa mereka bertani tanpa melihat lokasi yang tepat. Di mana mereka seringkali menumpuk sampah tersebut di pinggir jalan kemudian membakarnya. Alhasil, asap tebal hasil pembakaran terkadang menghalangi jalan yang akan dilintasi.

Dan tumpukan pembakaran ini tidak hanya satu atau dua, melainkan bisa hampir di sepanjang jalan tempat lokasi mereka melakukan cocok tanam. Tentu saja ini sangat mengganggu pengendara jalan karena jarak pandang yang terganggu dan bisa membahayakan.

Kedua, menjemur hasil tani di jalan umum. Ketika panen tiba, para petani akan menjemur hasil panen mereka agar kadar air yang terkandung di hasil tani mereka berkurang. Itu bisa berlaku untuk hasil panen apa saja. Bisa cengkih, kopi, padi dan lain sebagainya.

Tetapi yang menjadi masalah adalah lokasi mereka menjemur hasil bumi itu tidak memilih lokasi yang tepat. Mereka menjemur di sepanjang jalan umum yang seharusnya steril dari apa saja yang bisa mengganggu proses lalu-lalang kendaraan.

Mereka memilih jalan sebagai tempat menjemur hasil panen mereka karena permukaan jalan yang sudah di-cor sangat rata dan juga ditambah sorot matahari yang optimal jika menjemur di permukaan jalan sehingga bagi mereka itu adalah lokasi yang ideal untuk mengeringkan hasil panen mereka.

Tetapi pilihan mereka sangat mengganggu karena hampir menutupi setengah badan jalan desa yang biasanya tidak terlalu lebar itu. Tentu saja perbuatan mereka ini bisa membuat emosi para pengendara karena membuat terganggu serta sangat tidak nyaman.

Ketiga, ternak yang hilir mudik seenaknya. Ternak milik para penghuni desa banyak yang  dibiarkan hilir mudik tanpa diikat. Dan kalau pun diikat, biasanya lokasi pengikatan selalu berada di pinggir jalan yang selalu banyak dilalui kendaraan.

Banyak pengendara yang mengalami kejadian menabrak hewan ternak, entah itu ayam ataupun kambing, yang kebetulan menyeberang jalan dengan secara tiba-tiba. Dan apesnya, para pemilik hewan ini  tidak mau tahu siapa yang salah, mereka pasti secara 'militan' akan membela hewan ternak mereka dengan mengharuskan pengendara yang menabrak tadi membayar ganti rugi atas apa yang telah mereka perbuat terhadap hewan ternak ini.

Jika tidak mau mengganti, risiko yang harus di hadapi oleh pengendara adalah dikerubungi para AKAMSI (Anak Kampung Sini) atau warga sekitar yang selalu membela teman mereka walaupun tidak tahu secara pasti apakah teman satu kampung mereka entah salah atau benar. Sudah pasti si pelaku penabrak akan kena mental dikerubungi warga.

Keempat, bocil-bocil main di tengah jalan. Jalanan desa yang mulus dan dengan permukaan cor yang rata seperti permukaan kue martabak manis yang masih terlipat merupakan lokasi yang bikin candu para bocil untuk "rekreasi" bersama teman-teman seusia mereka.

Mereka bisa mengalih fungsikan jalan desa tersebut untuk menjadi apa saja sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Bisa menjadi arena sepak bola dengan panjang kali lebar yang sama sekali tidak sesuai dengan standar lapangan sepak bolanya FIFA.

Bisa juga menjadi tempat kompetisi lato-lato, mainan yang viral dan menimbulkan bunyi yang sangat berisik itu. Apa pun itu, kehadiran mereka benar-benar membuat kita harus ekstra hati-hati. Karena mereka terkadang tidak menyadari dengan bahaya yang bisa menimpa mereka ketika mereka berada di tengah jalan itu.

Dan terkadang yang membuat miris adalah, orang tua mereka yang tidak mengawasi dengan baik bagaimana anak-anak mereka yang masih rentan ini bermain di jalan desa. Saya sendiri pernah berulang kali secara tidak sengaja hampir menabrak mereka yang sudah dibunyikan klakson tetapi tetap asyik bermain menghalangi jalan desa tersebut.   

Beberapa hal tersebut adalah hal-hal fakta yang memang selalu terjadi atau saya jumpai di pedesaan. Dengan begitu, saya mengambil kesimpulan bahwa berkendara di perkotaan atau juga di pedesaan sama-sama memiliki hal-hal yang juga menguras emosi kita. Yang terpenting tetaplah hati-hati.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun